REVANZA (END)

By wpinaplle_

43.2K 5.2K 944

"Jangan membenci takdir karena kita hanya manusia yang tidak tau apa-apa tentang apa yang akan terjadi selanj... More

REVANZA ARFANDY BRATADIKARA
01- AWAL DARI SEBUAH KISAH
02- FILOSOFI BUNGA MATAHARI
03- KELICIKAN BARA ELVANO
04- TINGKAH ABSURD TRIO SOMVLAK
CHARACTERS
05- MENGHABISKAN WAKTU BERDUA
06- TENTANG LUKA DAN RASA SAKITNYA
07- REVAN MUNAFIK
08- KEMARAHAN FERO
09- BAGAS AGRA BRATADIKARA
10- WELCOME IN NEW HOME!
13- REVAN'S FIRST HONESTY
11- GILANG YANG TERLUPAKAN
12- DAY ONE IN SMA TARIKSA
14- LEMBARAN BARU
15- ANCAMAN SAGARA
16- KEMBALI BERULAH
17- RENCANA BUSUK FERO
18- DIA BUKAN LAWAN LO!
19- DIEM ATAU GUE CIUM?
20- SAMPAI KE PELAMINAN
21- MENGHILANG?
22- TOLONG BERTAHAN
23- SALSA MEMPUNYAI MUSUH?
24- SANKSI DAN HUKUMAN
25- BUKAN RUMAH TAPI NERAKA
26- HAPPY BIRTHDAY DEAR!
27- SENGAJA MENGHINDAR?
28- JANGAN PERNAH SENTUH DIA!
29- SALAH MENARUH RASA
30- SEMUANYA TELAH BERUBAH
31- SEBUAH FAKTA TENTANG DIA
32- SEE YOU ORANG BAIK!
33- KEBODOHAN REVAN
34- GET WELL SOON, CANTIK!
35- KEMBALI KEHILANGAN
37- TRAUMA AKAN KEHILANGAN
38- RENCANA PENGHANCURAN
39- BELUM BISA MERELAKANNYA
40- NOT LIKE OR LOVE JUST OBSESSION
41- MERINDUKAN SOSOK SEPERTI DIRINYA
42- HALUSINASI ATAU KENYATAAN?
43- DIA STELLA BUKAN SALSA
44- SATU ORANG YANG SAMA?
45- KEJANGGALAN
46- DARK LIFE AFTER SHE LEFT
47- FAKTA YANG SEBENARNYA
48- PENJELASAN
49- KEMBALI DIHANCURKAN KENYATAAN
50- BERDAMAI DENGAN SEMUANYA
51- MENGULANG SEMUANYA
52- KENYATAAN YANG MENYAKITKAN
53- KENYATAAN YANG MENYAKITKAN (02)
54- KEJADIAN KELAM DIMASA LALU
55- REVANZA BUKAN MARVENZO
56- PERIHAL PERJODOHAN
57- ENGAGEMENT
57. ENGAGEMENT (END)

36- HANCURNYA DUNIA REVAN

589 41 28
By wpinaplle_

Warning ⚠️
Di bagian ini banyak mengandung bawang, jadi siapkan mental sebelum membacanya:v wkwkwk

Play song : Belum siap kehilangan 🎧

Kehilanganmu adalah kenyataan pahit yang tak ingin aku alami. Tapi sekarang, kau telah pergi meninggalkan sejuta luka untuk aku disini”

_Revanza Arfandy Bratadikara

36- Hancurnya dunia Revan

Hari ini adalah hari terburuk yang pernah Revan alami. Semuanya terjadi begitu saja, dia pergi meninggalkan luka yang teramat dalam untuk kami semua. Orang yang selalu membawa keceriaan kini telah pergi. Tak ada lagi senyum manisnya, suara lembutnya, canda tawanya dan semua perlakuan-perlakuan manisnya.

Disinilah mereka berada sekarang, didepan gundukan tanah yang masih basah dengan bunga mawar yang tampak masih segar dan dengan batu nisan bertuliskan Salsa Shevilla Gautama.

Revan mengusap pelan batu nisan itu seraya tersenyum pilu ke arahnya. Pandangan Revan terus menatap nama Salsa yang terpampang jelas disana. Rasanya ini seperti mimpi buruk yang tak pernah Revan bayangkan.

Mata sembab Revan kini kembali mengeluarkan air mata. Air mata kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan tercampur menjadi satu disana. Dia sangat marah kepada dirinya sendiri, mungkin jika pada waktu itu ia tak mengejar Salsa, semuanya tak akan pernah terjadi.

Revan merasa bodoh, kecewa, marah dan merasa sangat tidak berguna karenanya Salsa menjadi seperti ini.

"Sa, bangun yuk udahan bercandanya gue udah nggak kuat Sa" ucap Revan dengan bodoh. Bagaimana bisa orang yang telah dimakamkan bisa bangun kembali?

"Kenapa Lo tinggalin gue Sa? Katanya kita mau kuliah bareng-bareng di London" suara Fira terdengar bergetar. Mata cantiknya tak henti-hentinya mengeluarkan air mata.

"Bercanda Lo nggak asik Sa, masa Lo tiba-tiba pergi gitu aja sih?" Gilang tersenyum pilu ke arah makam. Walaupun biasanya dia selalu menjadi pelawak diantara mereka semua, tapi kali ini berbeda. Pelawak itu kini meneteskan air matanya. Bagaimanapun Salsa adalah teman baru sekaligus sahabat yang paling Gilang sayangi karena Salsa juga selalu baik dan memperhatikannya.

Kepergiannya membuat luka yang teramat dalam untuk mereka para sahabat dan keluarganya.

"Bilang sama gue ini cuma mimpi kan Sa?" Revan terus menatap batu nisan itu dengan lekat.

"Ini cuma mimpi kan Sa?!!" Jerit Revan. Dunianya seakan hancur sekarang. Tak ada lagi orang yang bisa mendengarkan keluh kesahnya. Tak ada lagi orang yang menjadi sandarannya.

Revan mengakui bahwa kehadiran Salsa di hidupnya sangat berarti. Gadis cantik itu telah memberi warna di hidupnya yang gelap. Saat semua wanita menjauhinya karena mengetahui tentang masalah hidupnya tapi berbeda dengan Salsa dia bahkan menawarkan diri untuk selalu membantu dan mendengarkan seluruh keluh kesahnya.

Setelah kehadirannya, Revan tak lagi merasakan stres berat seperti sebelum-sebelumnya. Dia bahkan bisa tersenyum walaupun hanya sebentar. Gadis itu memang berdampak besar dalam diri Revan yang sekarang.

"Gue nggak sanggup kalau harus kehilangan Lo Sa. Lo sumber kebahagiaan gue kalau Lo pergi gue pasti bakalan stres lagi.... Gue nggak bisa Sa" Revan menangis sejadi-jadinya. Tepat di depan gundukan makam inilah dia menjelaskan betapa berartinya Salsa bagi dirinya.

"Masih ada kita Van" ucap Arbi menenangkan.

"NGGAK, GUE CUMA BUTUH SALSA!!" Revan memukul dada bidangnya berkali-kali. Rasa sesak di dadanya membuat Revan semakin merasa tak berdaya.

"Ikhlasin dia Van" lagi dan lagi Arbi berbicara berusaha untuk menenangkannya. Akan tetapi, Revan sama sekali tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Dia menarik rambutnya kuat dan memukuli dirinya sendiri sumpah demi apapun, Revan sangat benci kepada dirinya sendiri.

Arbi yang melihat itu langsung menghampiri Revan dan memegang pundaknya. Kemudian ia mengelus punggung Revan dengan perlahan agar sahabatnya berhenti melakukan hal bodoh itu.

"Berhenti sakitin diri Lo sendiri Van! Jangan kayak gini, Salsa pasti sedih ngeliat Lo kaya gini!!" Arbi memegangi kedua pundak Revan.

"Nggak!! Salsa belum pergi! Ini pasti makam kosong. Iya kan Lang? Ra? Iyakan?!!!" Dengan mata yang memerah, Revan menatap mereka bergiliran. Tindakan Revan membuat mereka semakin terisak hebat.

"Arghhh!!!! Salsa belum meninggal! Dia belum pergi! Dia nggak boleh pergi...." Suara Revan melemah. Dia sudah tidak memiliki tenaga sekarang.

Fina mencoba tersenyum dan menghapus jejak air matanya "Semoga tenang disana ya besti? Tungguin gue.... Gue bakalan nyusul Lo kesana. Tapi gue nggak tau kapannya."

"Sahabat macam apa Lo Ra?! Dia belum meninggal anjing! Dia masih hidup!! Sahabat Lo belum pergi" mata merah Revan menatap Fira dengan tajam.

"Dia udah pergi Van! Buka mata Lo, di depan Lo ini makam dari orang yang Lo sayang!!! Lo harus sadar tentang itu" Fira menjelaskan dengan dada yang menggebu-gebu. Nafasnya naik turun, emosinya tak bisa terkontrol.

"Nggak.... Salsa belum pergi" Revan menggelengkan kepalanya seolah enggan menerima takdir yang telah terjadi.

"Salsa belum pergi! Dia belum meninggal!!" Sentak Revan kepada mereka semua.

"Ikhlasin dia Van.... Biar dia tenang disana..." ujar Gilang menenangkan.

Revan berdiri dan menunjuk ke arah mereka semua "DIAM KALIAN!!! PERGI DARI SINI! TINGGALIN GUE SAMA SALSA SENDIRI!!" usir Revan dengan kasar.

"Tapi Van─" ucapan Gilang terpotong kala Revan kembali menyentak mereka

"PERGI SEKARANG!!!" Potong Revan.

"Tinggalin dia sendiri. Dia butuh waktu buat ngertiin semuanya, gue harap Lo baik-baik aja disini Van" Arbi menepuk pundak Revan berkali-kali kemudian dia mengajak Gilang dan Fira untuk pergi dari makam.

Mereka telah pergi, kini hanya tersisa dia sendirian di makam ini. Air mata Revan kembali tumpah, tenggorokannya tercekat, wajahnya telah basah akibat air mata.

"Kenapa Lo tinggalin gue sendirian, hm?" Revan tersenyum manis ke arah makam Salsa.

"Mau balas dendam sama gue soal permasalahan yang kemarin?" Tanya Revan seraya mengusap batu nisan itu.

"Lo boleh balas dendam sama gue, tapi nggak gini caranya Sa!!!" Revan memukuli gundukan tanah itu dengan kuat.

"Kembali Sa... Kembali.... Gue nggak bisa kehilangan Lo."

"Gue harus gimana supaya Lo mau balik lagi kesini? Apa gue harus gantiin Lo disana? Gue mau kok, gue mau banget malahan daripada gue harus kehilangan Lo" Revan menatap nanar makan itu.

"Gue beliin seblak deh atau.... Bakso? Mie ayam? Tapi Lo harus janji sama gue, Lo harus balik kesini" suara pilu Revan terus mengisi keheningan disekitar makam Salsa.

"Lo mau jalan-jalan? Ayok kita jalan-jalan kalau bisa kita keliling dunia biar gue puas ada disamping Lo terus" katakanlah Revan telah frustasi berat menghadapi musibah ini, bahkan mungkin dirinya hampir kehilangan kewarasan gara-gara orang yang dia sayangi pergi meninggalkannya.

"Lo nggak bosen disana Sa? Gelap loh, Lo pasti takut ya disana? Gue akan nungguin Lo disini sampai Lo mau balik lagi kesini" Setelah mengatakan itu Revan semakin terisak.

"Gue nggak bisa kehilangan Lo Sa, gue nggak sanggup...."

"Kenapa tuhan lagi-lagi ambil orang yang gue sayang? Kenapa?!!" Revan mendongak menatap langit yang tampak gelap.

"Apa gue bener-bener nggak boleh bahagia?" Gumamnya lirih.

"Tuhan kenapa gue harus kehilangan orang yang gue sayang lagi?!!! Kenapa tuhan?!" Revan kembali menjerit bersamaan dengan itu hujan tiba-tiba saja turun dengan derasnya.

"Bahkan hujan nggak mau ngeliat gue nangis! Bahkan hujan nggak mau denger gue menjerit!! Arghhh!!"

Revan mencoba menormalkan nafasnya yang memburu. Ia mendongak menatap langit dengan mata yang tertutup, merasakan dinginnya air hujan yang mengguyur wajah dan seluruh tubuhnya. Kemudian dia kembali menatap gundukan tanah yang ada didepannya.

"Balik yuk Sa? Hujan loh ntar Lo kedinginan disana" Revan berbicara seolah-olah Salsa bisa mendengar dan meresponnya.

Petir menyambar dengan kencang tapi dalam diri Revan tak ada niat sedikitpun untuk meninggalkan makam ini. "Lo takut petir kan? Makannya jangan disini, ayok balik sama gue. Lo boleh peluk gue sepuasnya" Revan tersenyum manis.

"Kalau Lo nggak mau balik biar gue yang nungguin Lo disini sampai kapanpun" ucap Revan dengan suara parau.

"Gue sayang banget sama Lo Sa, gue nggak bisa kehilangan Lo. Gue nggak sanggup!! Lo wanita terbaik yang pernah gue temui! Cuma Lo yang bisa ngertiin gue....." Sekuat apapun dia menahan diri agar tidak menangis lagi tapi tetap saja, air mata itu bahkan terus keluar dari pelupuk matanya.

"Maafin gue Sa. Gue jahat banget ya? Gue udah bikin Lo kaya gini.... Bilang sama Tuhan kalau boleh gue aja yang gantiin Lo. Gue udah nggak kuat hidup di dunia ini. Gue bener-bener lelah!!" Revan memukuli dada bidangnya sendiri.

"Tuhan! Kembalikan Salsa dan bawa aku pergi!! Aku sudah terlalu lelah tuhan!!!" Revan menjerit meluapkan emosinya. Hatinya sangat kacau sekarang, kepergian Salsa membuatnya sangat terpukul.

Langit semakin gelap sementara tubuh Revan kini telah basah kuyup. Suara petir yang bergemuruh memenuhi pendengaran Revan kali ini.

Revan menundukkan kepalanya yang terasa pusing akibat terlalu banyak menangis, sungguh dia sangat tidak bisa mengontrol dirinya sendiri saat ini.

Melepaskan seseorang yang belum pernah kita genggam itu sangat menyakitkan. Apalagi melihat seseorang yang kita sayangi tiada dan meninggalkan kita, rasanya sangat amat menyesakkan.

Saat sedang menunduk, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya pelan. Revan terkejut, ia menoleh dan menatap seseorang yang berada dibelakangnya itu. Revan menatapnya sendu, air matanya juga sedari tadi tak bisa berhenti. Ia mendekati orang itu dan bersimpuh dihadapannya.

"Om Tama, bilang sama Revan kalau ini bohong kan om? Iya kan om?" Revan menggerak-gerakkan kaki Tama dengan perlahan agar laki-laki paruh baya itu segera menjawab pertanyaannya.

Tama berjongkok dan memeluk tubuh Revan setelah meletakkan payungnya di sembarang tempat. Bagaimanapun dia juga seorang ayah, dia tidak sanggup melihat keadaan Revan yang sangat menyedihkan. "Ikhlasin Salsa, dia udah tenang disana" sahut Tama.

"Nggak! Salsa masih hidup, dia belum meninggal!! Salsa udah janji akan selalu ada disamping Revan!" Berontak Revan tak terima dengan perkataan Tama.

"Tenang Revan, kita sama-sama terpukul. Kamu jangan seperti ini. Ikhlasin Salsa, biarkan dia pergi dengan tenang" ucap Tama dengan terus mendekap tubuh Revan erat.

"Revan nggak bisa Om, Revan nggak sanggup kalau harus kehilangan Salsa. Dia orang terbaik yang ada di hidup Revan. Dia satu-satunya yang bisa buat Revan bahagia" Revan menangis didalam dekapan Tama. Posisi yang sangat menenangkan, ternyata seperti inilah rasanya dekapan seorang ayah. Karena seumur-umur dirinya tidak pernah dipeluk oleh ayahnya sendiri.

"Kamu harus kuat! Buktikan kepada Salsa bahwa kamu mampu Revan."

"Revan nggak sekuat itu om... Revan lemah! Revan butuh Salsa Om" ucap Revan dengan suara parau.

Sekuat apapun Tama berusaha menguatkan Revan tapi sepertinya dia memang tidak bisa menerima semua ini. Sebegitu besarnya arti kehadiran Salsa di hidup Revan hingga membuat laki-laki itu terus menangis dan menutup mata akan kejadian yang baru saja terjadi. Dia masih belum bisa menerima kenyataan ini. Kenyataan pahit yang kini harus ia dapatkan lagi.

"Saya juga butuh Salsa Revan! Dia anak saya, anak satu-satunya yang saya miliki dan kini dia pergi meninggalkan saya dan istri saya sendiri disini. Bukan cuma kamu yang kehilangan Van.... Bukan cuma kamu" Air mata Tama turun begitu saja setelah mengatakan itu.

"Revan nggak bisa nerima semua ini! Kenapa tuhan jahat banget? Kenapa tuhan ambil semua orang yang Revan sayangi?" Tanya Revan dengan suara bergetar.

"Bukan tuhan yang jahat melainkan ini adalah ketetapannya. Ini semua takdir yang telah digariskannya. Kita harus menerima semua ini walaupun berat."

"Revan nggak sanggup, Revan udah nggak kuat....."

"Bawa gue pergi sama Lo Sa"

* * *

Nyesek banget nggak sih? Atau kurang nge-fell?

Goodbye Salsa..... See you next time mwehehe🥲👍🏻

Sebenernya saya nggak jahat pren sumpah deh! Saya aslinya baik banget ahahahaha

Oh iya makasih banget buat kalian yang selalu ngeramein lapak Revan, sayang banget dehhh❤️❤️❤️
Makasih buat vote sama komen kalian huhu.....

Aku tantang kalian baca sampai akhir, bisa nggak?
Kalau bisa sih hebat wkwk

Yaudah See you next chapter 💘

Continue Reading

You'll Also Like

463K 24.6K 55
Siapa bilang kalau cowok gak punya rahasia? Start : 16 April 2020 End : 23 Agustus 2020 [Aku gak suka kalau ceritaku dicopas karena itu aku gak perna...
72.3K 5.8K 72
[TAHAP REVISI] "Dia laki-laki yang dulu mencintai ku dengan sangat tulusnya. Namun, aku sia-siakan keberadaannya karena ketidakpuasan ku dan segala a...
GAFIN By vina

Teen Fiction

30.6K 3.3K 32
Spin off cerita Rayan, kamu bisa baca terpisah, tidak harus membaca cerita Rayan terlebih dahulu. start : 18 Februari 2023
9.7K 7.6K 45
"Bertemu dan berpisah adalah takdir" -bragapraditama