Alana [END]

By bbyyzzii_

2.4M 184K 24.9K

DILARANG PLAGIAT! Alana Annatasya Wibawa merupakan siswi yang baru saja menginjak SMA. Alana punya satu kele... More

Prolog
Part-01 Awal
Part-02 Mengagumi
Part-03 Hadir
Part-04 Harapan
Part-05 Kak Key
Part-06 Terpaksa sekolah
Part-07 Dibandingkan
Part-08 Teman
Part-09 Club Renang
Part-10 Kissmark
Part-11 Follback
Part-12 Jalan
Part-13 Jauhin gue
Part-14 Cemburu
Part-15 Berarti
Part-16 Tidak Peka
Part-17 Rencana jahat
Part-18 Kemarahan Alana
Part-19 Mine
Part-20 Pacar
Part-21 Monster
Part-22 Datang Bulan
Part-23 Peringatan
Part-24 Kebijakan baru
Part-25 Modus!
Part-26 Pertengkaran
Part-27 Perpustakaan
Part-29 Gagal
Part-30 Tes
Part-31 Peringkat 10
Part-32 Memburuk
Part-33 Pelakor?
Part-34 Liam Agiswara
Part-35 Athaya
Part-36 Kecewa
Part-37 Sosok lain
Part-38 Kehilangan
Part-39 UKS
Part-40 Keputusan
Part-41 Terluka
Part-42 Kehidupan baru
Part-43 Terpaksa
Part-44 Siapa yang salah?
Part-45 Batal
Part-46 Mereka
Part-47 Ancaman
Part-48 Hancur
Part-49 Impian
Part-50 Tired
Part-51 Penyesalan
Part-52 Kembali
Part-53 Memulai
Part-54 Tak bisa
Part-55 Alres
Part-56 Salah satunya
Part-57 Takdir?
Part-58 Valenio
Part-59 Murahan
Part-60 Putus?
Part-61 Obsession
Part-62 Bodyguard
Part-63 Tidur Bareng
Part-64 Bertemu Jordan
Part-65 Kemarahan Alan
Part-66 Kepergok
Part-67 Kejutan
Part-68 Terbongkar
Part-69 Rindu
Part-70 Bolos
Part-71 Malam Terindah
Part-72 Balasan
Part-73 Apartment
Part-74 Rumah Sakit
Part-75 I'm your's
Part-76 Start
Part-77 Revenge
Part-78 My beautiful girl
Epilog

Part-28 Cium

37K 2.1K 370
By bbyyzzii_

"Betul satu soal, lima kali cium."

- Alana A.W

-★☠★-

Saat bell pulang berbunyi Alana segera berlari ke luar kelas menuju parkiran. Hati Alana kembali berbunga-bunga, saat Azka meminta Alana membawa Gevano ke rumah.

Wajah gadis itu tampak berseri-seri, berbeda dengan murid lain yang tampak lesu karena takut nilai simulasi mereka hancur.

Senyum Alana perlahan luntur melihat seorang gadis bersama dengan Gevano sedang tertawa berdua. Alana sangat kesal melihat hal itu, ia pun segera menghampiri mereka berdua.

"Kak Gevan ayo pulang. Daddy udah nungguin kak Gevan di rumah." ucap Alana yang kini bergelayut manja di lengan Gevano.

Alana sama sekali tidak mempedulikan bahwa ada orang lain selain mereka berdua di sana. Gadis tanpa nama tersebut, tersenyum kecut melihat Alana yang begitu dekat dengan Gevano.

"Hah?" Gevano mengangkat sebelah alisnya, tidak mengerti apa yang diucapkan Alana.

"Daddy minta kak Gevan dateng ke rumah. Kita makan siang bareng." ucap Alana penuh penekanan. Alana melirik gadis yang tak kunjung pergi itu.

"Tapi gue ada-"

"Kamu siapa yah? Kok deket-deket sama pacar Alana sih?" tanya Alana menyela ucapan Gevano, dengan tatapan sinis kepada gadis di hadapannya.

"Sorry yah. Aku gak bermaksud deketin kak Gevano kok. Tapi aku ada urusan sama dia. Kamu bisa pergi gak?" balas gadis itu dengan senyum ramah.

Alana menganga saat gadis itu mengusirnya secara tidak langsung. Ia semakin mengeratkan pelukan di lengan Gevano enggan untuk pergi.

"Dih. Harusnya kamu yang pergi. Alana juga ada urusan sama kak Gevan. Mending kamu yang pergi, hush sana!" Usir Alana kepada gadis itu.

"Kak Gevano?" panggil gadis itu meminta pertolongan.

"Lo latihan sama Mars aja. Gue ada urusan." balas Gevano.

Alana tersenyum senang kemudian menatap gadis itu dengan tatapan menantang. Gadis itu berdecak sebal kemudian pergi dari sana. Sial. Alana sangat menyebalkan.

"Akhirnya pergi juga," ucap Alana yang kini bernafas lega.

"Na. Gak seharusnya lo usir dia kaya gitu,"

"Loh. Kak Gevan kok belain dia sih? Lagian dia duluan yang usir Alana ya Alana bales lah. Enak aja main usir Alana, dia pikir dia siapa?" ucap Alana dengan kesal. Gadis itu melepaskan pelukannya di lengan Gevano, kemudian memalingkan wajah ke arah lain sembari mendumel tidak jelas.

Gevano hanya mendesah pasrah kemudian mengelus kepala Alana. "Oke gue yang salah, jangan marah lagi."

"Kak Gevan kok deket-deket dia sih? Waktu itu juga kak Gevan deket-deket sama dia. Dia gebetan kak Gevan yah?"

"Bukan,"

"Kak Gevan bohong. Kak Gevan ada hubungan ya sama dia? Dia siapa sih? Cantikan juga Alana." cibir Alana.

Gevano terkekeh geli melihat Alana yang merajuk. Pria itu kini menarik pinggang Alana agar tak menjauh darinya.

"Cemburuan dasar cewe."

"Gak. Alana gak cemburu kok!"

"Boong banget," ucap Gevano sembari menarik pipi Alana, membuat pipi itu semakin memerah.

"Ih. Kak Gevan nyebelin banget sih. Pipi Alana sakit tahu!" Alana mendengus sebal sembari mengusap pipi kanannya yang ditarik Gevano.

"Mana coba yang sakit?" tanya Gevano.

"Ini." Alana menunjuk bagian pipinya.

Cup

Waktu seakan berhenti, bagaikan di slow motion tubuh Alana membeku tanpa bisa berkata-kata saat benda kenyal tak bertulang mencium tepat di pipinya.

"Kenapa pipinya tambah merah hm?" tanya Gevano menggoda Alana.

Pipi Alana semakin merah padam. "Kak Gevan ish. Nyebelin banget!!" teriak Alana yang kini menyembunyikan wajahnya di dada Gevano. Gevano tertawa renyah melihat tingkah Alana yang menggemaskan.

"Gemes banget, pacarnya siapa sih?"

"P-pacar kak Gevan lah." balas Alana yang diam-diam tersenyum.

"Ayo pulang. Daddy lo bener undang gue makan siang?" tanya Gevano.

Alana mengangguk, kemudian memberikan ponselnya kepada Gevano. "Nih liat, daddy suruh Alana ajak kak Gevan."

Apa yang dikatakan Alana memang benar. Tapi Gevano sangat ragu jika ia ikut makan siang bersama dengan keluarga Alana. Gevano hanya tidak mau nanti dijatuhkan lagi oleh mommy dari pacarnya itu.

"Kak Gevan?"

"..."

"Kak Gevan ih!" Alana sangat kesal saat Gevano tidak menyahuti panggilannya. Pria itu malah melamun.

"Hah? Apa?"

"Kok ngelamun sih? Mikirin Alana yah?"

"Pd banget lo. Gue cuman mikir, kenapa tiba-tiba daddy lo ajak gue makan siang? Dalam rangka apa? Emang mommy lo izinin gue gabung?'

"Dalam rangka meresmikan hubungan kita." balas Alana dengan dramatis.

Gevano yang sedang gundah gelisah pun tak tahan untuk mencubit pipi Alana. Gadis itu punya cara tersendiri menghibur Gevano.

"Serius sayang." ucap Gevano begitu geram.

"Hah? Kak Gevan panggil Alana apa?" tanya Alana. Alana takut salah dengar saat Gevano tiba-tiba memanggil Alana seperti itu. Jantung Alana semakin berdetak kencang.

"Gak ada pengulangan. Cepet naik,"

"Ah. Nyebelin banget. Kak Gevan tadi panggil Alana sayang kan? Coba ulang lagi."

"Buat apa sih?"

"Ih, kan Alana mau denger lagi Kak." rengek Alana.

Gevano menelan salivanya sendiri. Panggilan sayang itu tak Gevano sadari, tiba-tiba saja keluar dari mulutnya. Saat Alana menyuruh Gevano untuk mengulang panggilan itu, entah mengapa jantung Gevano berdebar dengan suara yang tercekat.

"Gak." Hanya itu yang mampu keluar dari mulutnya.

"Kok gitu sih? Em yaudah gini aja. Kita kan udah pacaran, gimana kalo panggilan kita berubah?"

"Berubah jadi apa? Power rangers? Lo warna pink gue warna merah gitu?" tanya Gevano.

Alana mempout bibirnya kemudian memukul lengan Gevano. "Kak Gevan kok nyebelin banget sih? Yang Alana maksud itu kaya panggilan sayang gitu loh kak. Kaya kak Damian sama kak Kia panggilannya by sama beb. Bukan jadi power rangers ih." dumel Alana, yang tak henti-henti memukuli lengan Gevano.

"Berhenti dulu," Suruh Gevano yang kini mencekal lengan Alana. "Emang lo mau gue panggil apa? Sayang? By? Honey? Boo? Atau bunda hm?"

Wajah Alana kembali bersemu. "Ih. Kok Alana jadi geli sendiri yah?" tanya gadis itu.

"Lo yang mau," celetuk Gevano.

"Coba panggil sayang Kak."

"Sayang," ucap Gevano dengan wajah datar. Alana ada-ada saja, entah apa yang gadis itu rencanakan.

"Tambahin Alana."

"Sayang Alana."

Jantung Alana seakan ingin meledak sekarang juga. Alana memekik kesenangan dalam hati. Gevano menatap Alana dengan heran, sesenang itu Alana dipanggil sayang.

"Ah seneng banget. Jantung Alana jedag-jedug kak Gevan. Huft ... tarik nafas ... buang."

"Akh! Alana juga sayang kak Gevan." pekik Alana dengan tiba-tiba, membuat Gevano reflek memegang dada, saat jantungnya tiba-tiba hendak keluar.

"Ayo kita pulang." Ajak Alana begitu bersemangat. Gevano hanya diam tak menegur saat Alana menyeretnya.

Gevano menjalankan motor keluar dari area sekolah. Jalanan tampak ramai diisi oleh anak SMA yang baru saja pulang sekolah, bukan hanya dari SMA Cahya Bangsa ada juga dari sekolah lainnya sehingga jalanan menjadi macet.

Alana menopang dagu di bahu Gevano kemudian melingkarkan kedua tangannya di perut Gevano. Sekarang Alana sangat berani memeluk Gevano seperti ini. Karena Gevano adalah pacarannya. Pacar Alana. Perlu digaris bawahi jika Alana tidak suka berbagi. Dan ia tidak suka miliknya direbut oleh orang lain. Sekali ia memiliki tak akan ia lepas.

Gevano mengelus punggung tangan Alana kemudian menjalankan motornya kembali, menuju rumah sang mertua.

Setelah setengah jam di perjalan, akhirnya mereka sampai di rumah mewah yang tamannya dipenuhi oleh bunga.

Alana turun dari motor Gevano, kemudian merapihkan rambutnya yang acak-acakan karena terbawa angin.

Setelah menyimpan helm. Alana tiba-tiba saja menarik lengan Gevano masuk ke dalam rumah. Gevano menelan saliva saat tak sengaja bertatapan dengan Ashilla.

"Assalamualaikum. Daddy!!!" teriak Alana menggelegar.

Selama berpacaran dengan Alana, Gevano tahu bahwa Alana, gadis berwajah polos menggemaskan itu sering kali berteriak. Untung saja telinga Gevano sudah terlatih, maka dari itu Gevano terbiasa dengan teriakan Alana.

"Alana biasakan tidak berteriak ketika masuk ke dalam rumah!" ucap Azka dengan tegas, menegur Alana.

Namun gadis itu tampak tak peduli. Ia malah menyeret Gevano menuju Azka yang sedang duduk di sofa dengan secangkir kopi di tangan.

"Alana bawa kak Gevan sesuai perintah daddy."

Azka mengangguk kemudian berdiri saat Gevano dengan sopan mencium punggung tangannya sebagai rasa hormat.

"Alana, kamu mandi dulu sana."

"Oke."

Alana menuruti perintah Azka untuk mandi. Gadis itu berlari kecil menuju ke tangga. Sedangkan Gevano kini duduk berdua dengan Azka, mereka saling berhadapan.

"Kamu pacar Alana?" tanya Azka basa-basi.

"Iya Om. Dan saya datang untuk meminta izin agar om Azka mengizinkan saya dan Alana berpacaran. Saya akan menjaga Alana dan berpacaran sewajarnya." ucap Gevano dengan tegas.

Azka dapat melihat Gevano begitu yakin dengan ucapannya. Jika memang Gevano bisa membahagiakan Alana. Azka pasti mengizinkan mereka.

"Saya mengizinkan. Pegang kata-kata kamu Gevano. Saya percaya kamu bisa membahagiakan putri saya. Jangan sampai kamu mengecewakan saya. Jangan buat Alana menangis dan terluka segores pun. Saya tidak akan memaafkan kamu."

Gevano menelan ludah dengan bersusah-payah ketika mendengar bagian akhir. Tidak terluka segores pun. Bahkan Alana selalu membahayakan dirinya sendiri.

"Baik om saya akan menjaga Alana."

"Hm. Termasuk tidak boleh menyentuh putri saya. Jangan sampai kalian berpacaran di luar batas. Atau saya akan menjauhkan Alana dari kamu Gevano. Arti menjaga, bukan hanya menjaga dari orang lain yang ingin melukainya. Tapi menjaga Alana dari kamu sendiri, termasuk nafsu kamu."

Deg ... Deg ....

Jantung Gevano berpacu kencang mendengar hal itu. Gevano teringat kembali hal yang terjadi kepada dirinya dan Alana. Mereka melakukan hal di luar batas pacaran. Bahkan mereka saling memuaskan. Tapi tidak dengan menjebol milik Alana. Jika Azka sudah seperti ini, artinya Gevano harus menurut bukan? Oke. Gevano bisa memuaskan dirinya sendiri, daripada harus kehilangan Alana.

"Tentu saya akan menjaga Alana dari diri saya sendiri." jawab Gevano dengan yakin.

Azka tersenyum tipis. Gevano terlihat dewasa dan dapat Azka percaya. Semua akan baik-baik saja jika Gevano menempati apa yang ia katakan.

"Bagus. Saya mengatakan hal ini karena saya tahu Alana sedang dalam proses pertumbuhan. Ia sedang beranjak dewasa. Tapi saya tidak mau salah langkah, sehingga Alana terjerumus pergaulan bebas. Kamu akan mengerti kekhawatiran saya jika kamu sudah mempunyai seorang anak perempuan."

"Saya punya Alana. Bagaimana jika mendengar putri yang kamu jaga, yang kamu rawat dengan penuh kasih sayang terluka karena lelaki yang ia cintai? Pasti kamu akan marah bukan? Ya. Saya juga akan seperti itu jika kamu melukai hati putri saya."

"Saya mengerti om. Saya tidak akan berjanji tapi saya akan melakukan yang terbaik. Saya tidak akan memberikan janji karena yang namanya manusia ada khilafnya. Tapi saya tidak akan melukai Alana. Termasuk melukai perasaannya." ucap Gevano.

"Saya percaya itu. Ashilla apa kamu mendengarnya?" tanya Azka kepada Ashilla yang masih terdiam menguping pembicaraan mereka.

"Hm." Ashilla hanya membalas Azka dengan bergumam. Malas sekali rasanya mengeluarkan suara. Suaminya itu akan tetap dengan pendapatnya.

"Ya satu lagi. Dan ini yang dikhawatirkan semua orangtua. Banyak di luar sana gadis yang hamil di luar nikah karena lelaki bejat yang haus akan nafsu. Setelah melakukan hubungan seks, mereka pergi tanpa tanggung jawab. Dan setelah si perempuan hamil lelaki bajingan itu tetap tak mau bertanggung jawab. Sudah banyak kasusnya. Dan saya tidak mau Alana termasuk dalam kasus itu."

"Saya tahu lelaki seperti kamu mempunyai rasa penasaran yang tinggi. Ingin mencoba hal-hal baru, terutama dengan Alana. Tapi coba kamu bayangkan menjadi sosok ayah. Apa hatimu tidak hancur ketika anak gadis mu dilecehkan oleh pria lain yang tak bertanggung jawab? Tentu hatimu juga akan hancur. Termasuk saya sebagai orangtua Alana. Saya tidak ingin hal itu terulang lagi dalam keluarga saya."

"Alana dalam pengawasan saya. Jika sampai kamu berbuat yang macam-macam. Saya tidak akan segan-segan membawa Alana pergi jauh dari kamu!"

Deg ...

Nafas Gevano terasa memberat, dengan dada yang terasa sesak. Perkataan Azka tidak main-main.

"Kamu paham Gevano? Berpacaran dengan Alana sewajarnya saja. Saya akan mengizinkan jika hal itu positif untuk Alana."

"Saya mengerti om."

"Kalian ngomongin apa? Kok serius banget?" tanya Alana yang kini menghampiri Azka dan duduk di sebelahnya.

"Cuman tes seleksi jadi menantu." balas Azka.

"Menantu?" tanya Alana dengan mata membuka lebar.

"Bercanda sayang. Tadi daddy cuman amanatin Gevano aja. Sekarang kita makan yuk." Ajak Azka kepada keduanya.

Alana dan Gevano mengangguk kemudian ikut duduk di kursi yang yang telah disediakan.

Ashilla menyajikan makanan dengan hati-hati. Sebenarnya hati Ashilla menolak untuk makan satu meja dengan Gevano. Tapi perintah Azka tak bisa Ashilla cegah. Bagaimanapun ia hanya seorang istri yang harus menurut kepada suami.

"Jadi daddy izinin kita pacaran kan?" tanya Alana.

"Iya sayang." balas Azka.

"Em. Kalo mommy? Mommy masih marah sama Alana? Apa mommy masih gak setuju?" tanya Alana dengan takut-takut.

Ashilla tersenyum kecil kemudian mengangguk. "Silahkan saja. Mommy gak bakal ikut campur." ucap Ashilla penuh penekanan, ia melirik Gevano dengan sinis.

Alana tersenyum senang, akhirnya ia bisa bernafas lega. Walaupun ucapan Ashilla terdengar seperti paksaan, tapi Alana tetap senang, yang terpenting hubungannya dengan Gevano sudah direstui oleh kedua orangtua. Tak perlu ada yang Alana takutkan lagi.

"Kak Gevan dengerkan? Jadi gak ada alasan buat kak Gevan putusin Alana." ucap gadis itu membuat Gevano tersedak.

Uhuk

"E-eh maaf. Ini minum dulu Kak." Alana menyodorkan segelas air putih kepada Gevano. Gevano menerimanya dan meminum air itu hingga tandas.

Setelah merasa baikan. Gevano melanjutkan acara makan yang sempat tertunda. Mereka berempat makan dengan tenang.

Alan tidak ikut karena ia belum pulang sekolah. Setiap hari Senin Alan mengikuti kegiatan kumpul OSIS, makanya ia belum pulang.

"Udah makan kamu belajar ya sayang. Besok masih tes simulasi." ucap Ashilla.

"Oke mommy. Kak Gevan ayo ajarin Alana. Daddy Alana izin bawa kak Gevan ke kamar mau belajar."

"Iya."

Alana segera menyeret Gevano menuju ke kamarnya. Gevano tak habis pikir Alana bisa semudah itu meminta izin kepada Azka untuk membawa seorang pria ke kamarnya. Jika Gevano semudah ini, apa Alana pernah mengajak pria lain?

"Alana udah siapin baju buat kak Gevan. Kak Gevan pasti gerah kan? Makanya kak Gevan mandi dulu." Alana memberikan celana pendek dan kaos oblong berwarna hitam kepada Gevano.

"Gue gak papa pake kamar mandi lo?"

"Gak papa dong. Emangnya kenapa? Gak harus bayar kok. Buat kak Gevan gratis tapi harus cium Alana dulu." ucap gadis itu sembari cekikikan.

"Cium?" tanya Gevano dengan tak parcaya.

Alana mengangguk sebagai jawaban. "Iya cium. Kaya di perpustakaan tadi loh Kak."

Gevano mengumpat dalam hati. Bagaimana mungkin ia bisa mencium Alana padahal ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri agar tidak menyentuh Alana. Mengapa disaat Gevano ingin tobat, justru godaan terbesar berasal dari sumbernya? Ya. Dan itu adalah Alana.

"Hm. Kalo gue udah mandi." ucap Gevano mencoba menghindar dari Alana.

Alana mengangguk pelan kemudian duduk anteng di karpet bulu yang memang sudah ada di kamarnya. Alana menopang dagu melihat punggung Gevano yang hilang di balik pintu.

Karena Alana bosan ia membuka buku, mulai menghafal rumus sembari menunggu Gevano yang tak kunjung keluar dari balik pintu. Entah apa yang dilakukan pria itu.

Gevano keluar dari kamar mandi Alana dengan wajah yang tampak begitu segar. Pria itu mengeringkan rambut menggunakan handuk kecil, sembari memperhatikan Alana yang belum menyadari keberadaannya.

Gevano pun menghampiri Alana kemudian duduk di hadapannya. Alana yang merasa ada pergerakan pun mendongak, sehingga tatapan keduanya bertemu.

"Kenapa?" tanya Gevano ketika Alana tak berkedip sama sekali ketika memperhatikannya.

"Kak Gevan jangan ganteng-ganteng nanti banyak yang suka. Alana gak suka yah nanti banyak cewek-cewek yang ngejar kak Gevan."

Gevano menghela nafas pelan. Entah mengapa gadis itu kini berubah. Alana sekarang menjadi posessif apa karena wanita tadi?

"Kak Gevan dengerin Alana gak sih?" tanya Alana sembari menggembungkan pipi, dengan tangan terlipat di depan dada.

"Iya denger. Sekarang mulai belajar, lo gak paham yang mana?"

"Semua." jawab Alana dengan cepat.

Gevano menatap Alana dengan tatapan penuh selidik. Jelas-jelas Alana sudah menghafal banyak rumus-rumus itu.

"Kenapa? Kak Gevan gak percaya yah? Alana beneran gak paham. Apa lagi sama bagian aljabar yang ini." lirih Alana sembari menunjuk buku yang berisi rumus-rumus itu.

"Caranya tinggal disamain dulu. Lo tahu rumus eliminasi sama subtitusi?"

"Tahu, yang harus disamain dulu kan X atau Y nya?"

"Pinter. Coba kerjain yang ini. Cara kerjanya sama kaya gitu cuman bedanya ini tiga variabel X, Y, dan Z. Lo cari dulu X sama Y nya baru nanti yang Z." jelas Gevano.

"Ih ... gak paham." rengek Alana.

"Apa yang gak paham?"

"Ya cari X, Y, sama Z-nya. Coba kak Gevan contohin dulu. Masa cuman jelasin gitu doang tanpa contoh, Alana mana ngerti."

Gevano mendesah kasar kemudian mengambil buku Alana, ia mengerjakan sembari menjelaskan langkah-langkah memecahkan soal itu. Alana mengangguk-ngangguk walaupun tidak paham.

"Nah gitu. Ngerti?"

"Enggak." balas Alana dengan wajah polos tak berdosa.

Gevano menahan kesal ketika pacarnya ini tidak mengerti sama sekali. Padahal Gevano sudah menjelaskan langkah-langkahnya secara rinci.

Alana mengerucutkan bibir saat Gevano terlihat begitu kesal. Jangan salahkan Alana yang tidak dapat menyerap ilmu Gevano salahkan saja otaknya.

"Oke sekali lagi. Kalo lo gak paham-paham gue hukum."

"Hukumannya apa?" tanya Alana.

"Lo belajar dan pahami materi sendiri."

Alana menggelengkan kepala dengan cepat. "Gak. Alana gak mau. Ish kak Gevan harus ajarin Alana."

"Makanya kalo gue jelasin fokus sama soalnya jangan liatin gue." sindir Gevano.

Wajah Alana merona saat Gevano menyadari hal itu. Alana tersenyum bodoh sembari menggaruk kepalanya. "Abisnya kak Gevan ganteng sih. Alana kan jadi gak fokus,"

"Gue tahu lo udah paham. Kerjain soal ini,"

"Ih Alana belum paham Kak!" tolak Alana dengan cepat.

"Kalo lo gak kerjain lo gak bakal bisa-bisa Alana. Kerjain dulu nanti gue jelasin yang gak lo ngerti."

"Oke. Tapi ada hadiahnya gak?"

"Lo mau apa?"

Mata Alana kini berbinar, kemudian seringai kecil muncul di wajahnya. "Betul satu soal, lima kali cium." ucap Alana dengan mengedipkan sebelah matanya.

Gevano mengerjapkan mata beberapa kali. Ternyata Alana benar-benar harus dimusnahkan. Bisa-bisanya Alana menggoda Gevano seperti ini.

"Gak! Kerjain soalnya atau gue pulang."

"Ih kak Gevan kok gitu sih. Lagian kan cuman ciuman, biasanya juga kak Gevan yang duluan cium Alana tuh."

Gevano mengusap wajahnya frustasi. "Gak. Itu enak di lo, betul satu soal satu ciuman oke?"

Alana menggelengkan kepala. "Alana gak mau ngerjain kalo cuman satu ciuman. Alana maunya lima kali!"

"Oke. Tapi kalo lo salah satu soal ciumannya pupus." balas Gevano dengan senyum miring ketika wajah Alana berubah masam.

"Kok gitu sih? Kalo Alana betul satu soal lima kali cium, kalo salah satu dua kali cium. Kita sama-sama untung kan?"

Gevano menggeram kesal kemudian mengangguk daripada nanti Alana menangis, bisa dipecat jadi menantu jika Alana sampai menangis. Lagipula Gevano tidak merasa dirugikan. Jadi terserah pada gadis polos berwatak keras itu.

Senyum Alana terbit. Dengan semangat yang berkobar Alana mengerjakan semua latihan soal dengan cepat. Gevano menatap Alana tak percaya, tadi gadis itu bilang tidak paham, tapi lihatlah sekarang, bahkan Alana tak sampai dua menit mengerjakan soal. Memang licik gadis yang satu ini.

Gevano terus memperhatikan wajah cantik Alana yang serius mengerjakan soal. Gadis itu bergumam menyebutkan angka-angka. Gevano tahu sebenarnya Alana gadis yang sangat pintar, hanya saja perlu sesuatu untuk memancing kepintaran Alana. Yaitu dengan apa yang Alana mau. Alana tipikal gadis yang tidak mau melakukan sesuatu jika tidak diberi upah.

30 menit berlalu Alana sudah mengerjakan 25 soal essay matematika. Alana tersenyum manis sembari memberikan bukunya kepada Gevano.

"Alana yakin bener semua. 25 soal dikali 5 ciuman hasilnya 125 ciuman." ucap Alana dengan sangat yakin.

Gevano hanya mendengarnya saja. Kemudian mengkoreksi jawaban Alana, yang sialnya benar semua.

"Shit." umpat Gevano dalam hati.

"Yes! Betul semua!" pekik Alana kegirangan. Ia senang bukan karena nilai sempurna, tapi karena Gevano akan menciumnya sebanyak 125 kali.

"Sesuai perjanjian. Kak Gevan cium Alana."

Gevano sangat terkejut saat Alana tiba-tiba duduk di pangkuan. Mata gadis itu berkilau seakan mendapatkan lotre.

"Na jangan gini nanti orangtua lo liat." ucap Gevano yang kini mulai gelisah.

"Cium Alana dulu, baru Alana turun."

Gevano membelai pipi Alana dengan lembut kemudian memajukan wajahnya. Alana memejamkan mata saat merasakan hembusan hangat menerpa wajahnya. Alana memajukan bibirnya sendiri.

Cup.

Sontak saja gadis itu melotot saat Gevano mencium bukan di tempat yang ia inginkan. Pria tersebut malah mencium Alana tepat di keningnya.

Mulut Alana terbuka lebar, dengan rasa kesal menyelimuti hatinya. "K-kok cuman di kening sih? Alana kan maunya kak Gevan cium bibir Alana." Alana memprotes tak terima.

"Yang penting gue udah cium. Sekarang belajar lagi."

"Ih kan masih ada 124 ciuman lagi kak Gevan. Masa harus belajar lagi sih? Alana kan masih cape,"

"Terus lo mau apa? Cium? Udahkan."

Gevano menggeram rendah saat Alana mengusap bibir bawahnya dengan jari mungil itu. Gevano menatap tajam gadis yang mulai nakal, memainkan bibirnya dengan sensual.

Gevano dengan cepat mencekal tangan Alana. "Na. Jangan nakal!" bentak Gevano.

Alana mengembungkan pipi dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Hatinya begitu sakit saat Gevano membentaknya.

Gevano panik seketika. Ia segera menghapus air mata Alana. "Jangan nangis, gue minta maaf kelepasan bentak lo."

"Hiks ... Alana kan mau cium aja. K-kak Gevan kok marah hiks ...." Gadis itu mulai terisak membuat Gevano kelimpungan.

"Udah sayang jangan lagi."

"Cium dulu!"

Gevano mendesah frustasi saat Alana sama sekali tidak melupakan pasal ciuman itu. Ingin sekali rasanya Gevano memakan Alana hidup-hidup.

Gevano menangkup wajah Alana kemudian memiringkan wajahnya. Ia mulai mencium bibir Alana dengan singkat, namun saat hendak menjauh. Alana menekan belakang kepala Gevano, kemudian melumat pelan bibir pria tersebut. Gevano membalas ciuman Alana yang menjadi candu.

Cukup lama berciuman. Akhirnya Alana melepaskan ciuman mereka karena kehabisan nafas. Gevano mengelus kepala Alana dengan lembut.

"Belajar ya?"

"Entar malem aja. Alana masih mau sama kak Gevan," rengek Alana manja. Gadis itu menenggelamkan wajah di leher Gevano.

Gevano mengelus punggung Alana. "Belajar Na biar lo bisa ajarin anak-anak kita nanti," bujuk Gevano.

"Nanti kalo kita punya anak. Anak kita diajarin guru private aja biar Alana bisa berduaan sama kak Gevan." balas gadis itu.

Gevano sangat gemas dengan Alana. Ia menggigit pelan pipi Alana dari samping. "Gak yah. Gue mau punya istri pinter. Sekarang belajar, atau lo mau dicoret dari daftar menantu mama gue hm? Cewe lain banyak yang antri lo Na."

Mendengar hal itu membuat Alana buru-buru mendongak. Yang benar saja karena tidak belajar Alana tereliminasi dari calon menantu. Alana tidak akan membiarkan hal ini terjadi.

"Gak. Gak boleh. Kak Gevan punya Alana."

"Makanya belajar sayang."

Alana dengan cepat membalikkan badan, kemudian mengambil buku dan mulai membaca materi pelajaran berikutnya.

Gevano hanya diam memperhatikan Alana yang kunjung turun dari pangkuannya. Bahkan sekarang kepala Alana bersandar di dadanya.

Gevano mengecup singkat kepala Alana, kemudian mengelus rambut Alana dengan sayang.

"Belajar biar pinter." ucap Gevano.

"Alana belajar biar direstuin mama kak Gevan." balas gadis itu tanpa menoleh ke arah Gevano.

Gevano mencium pipi Alana membuat gadis itu menegang seketika. Ia menatap Gevano dengan tanda tanya. "Lagi dong," pinta Alana dengan cengiran khasnya.

Gevano terkekeh geli kemudian melumat bibir Alana kembali. Pria itu memeluk Alana semakin erat dari belakang sana.

"Udah. Kapan lo belajar kalo minta dicium terus."

"Ini Alana belajar Kak. Kak Gevan mau Alana belajar apalagi?"

"Belajar bikin anak mau?" tanya Gevano frontal.

Alana mengangguk dengan semangat yang mulai membara. "Ayo kita buat anak." Ajak Alana.

Gevano menggigit bibir bawahnya sendiri ketika Alana menganggap hal itu serius, padahal Gevano hanya bercanda.

"Nanti aja kalo udah nikah. Makanya belajar biar cepet lulus."

Alana semakin bersemangat mendengar hal itu. Gevano tersenyum kecil saat Alana semakin giat belajar.

Walaupun Gevano tidak yakin akan ucapannya. Menikahi Alana? Pernikahan bukan hal yang mudah, ia akan memikirkannya nanti. Untuk saat ini Gevano hanya akan memikirkan Alana, dan memikirkan sekolahnya terlebih dahulu.

Gevano juga harus kuliah dan mencari kerja setelah lulus SMA, agar bisa membiayai Alana nanti. Jantung Gevano berdetak dua kali lebih cepat membayangkan bagaimana kehidupannya nanti dengan Alana.

"Kak Gevan," panggil Alana.

"Kenapa? Ada yang susah?"

"Dada Alana sakit," cicit gadis itu.

Mata Gevano terbuka lebar, ia menajamkan pendengarannya. "Hah?"

"Dada Alana sesek banget. Pengen di itu," rengek Alana.

"Itu apa? Jangan buat gue traveling Alana. Gue cowo normal." geram Gevano.

"Pengen diremes k-kaya gini,"

Gadis itu meraih kedua tangan Gevano kemudian meletakkan telapak tangan Gevano di kedua dadanya. Alana meremas dadanya sendiri dengan tangan Gevano.

"Ahh ...."

-★☠★-

Alana!!! Kamu ini yah!!
Pengen ku sentil ginjalnya 😭

Mohon bersabar Gevano ini ujian

Gak cukup
Lanjut part2 :v

Bonus Gevano!!

Next?

Jangan lupa vote dan komen

Continue Reading

You'll Also Like

328K 16.2K 47
18+ Yang Risih Bisa Menjauh :) šŸŒ±šŸŒ±šŸŒ± Ketika gadis norak dan aneh menyukai seorang Starboy, dan mengambil keputusan bodoh yang menjerat nya den...
5.7M 306K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
3.8M 48.7K 38
Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setela...
5.5M 78.6K 8
start : April 2019 finish : Juli 2020 1 #youngadult 9 Maret 2020 1 #teenage 27 Januari 2020 1 #teenage 14 Juni 2020 1 #posesif 8 februari 2020 1...