REVANZA (END)

By wpinaplle_

43.2K 5.2K 944

"Jangan membenci takdir karena kita hanya manusia yang tidak tau apa-apa tentang apa yang akan terjadi selanj... More

REVANZA ARFANDY BRATADIKARA
01- AWAL DARI SEBUAH KISAH
02- FILOSOFI BUNGA MATAHARI
03- KELICIKAN BARA ELVANO
04- TINGKAH ABSURD TRIO SOMVLAK
CHARACTERS
05- MENGHABISKAN WAKTU BERDUA
06- TENTANG LUKA DAN RASA SAKITNYA
07- REVAN MUNAFIK
08- KEMARAHAN FERO
09- BAGAS AGRA BRATADIKARA
10- WELCOME IN NEW HOME!
13- REVAN'S FIRST HONESTY
11- GILANG YANG TERLUPAKAN
12- DAY ONE IN SMA TARIKSA
14- LEMBARAN BARU
15- ANCAMAN SAGARA
16- KEMBALI BERULAH
17- RENCANA BUSUK FERO
18- DIA BUKAN LAWAN LO!
19- DIEM ATAU GUE CIUM?
20- SAMPAI KE PELAMINAN
21- MENGHILANG?
22- TOLONG BERTAHAN
23- SALSA MEMPUNYAI MUSUH?
24- SANKSI DAN HUKUMAN
26- HAPPY BIRTHDAY DEAR!
27- SENGAJA MENGHINDAR?
28- JANGAN PERNAH SENTUH DIA!
29- SALAH MENARUH RASA
30- SEMUANYA TELAH BERUBAH
31- SEBUAH FAKTA TENTANG DIA
32- SEE YOU ORANG BAIK!
33- KEBODOHAN REVAN
34- GET WELL SOON, CANTIK!
35- KEMBALI KEHILANGAN
36- HANCURNYA DUNIA REVAN
37- TRAUMA AKAN KEHILANGAN
38- RENCANA PENGHANCURAN
39- BELUM BISA MERELAKANNYA
40- NOT LIKE OR LOVE JUST OBSESSION
41- MERINDUKAN SOSOK SEPERTI DIRINYA
42- HALUSINASI ATAU KENYATAAN?
43- DIA STELLA BUKAN SALSA
44- SATU ORANG YANG SAMA?
45- KEJANGGALAN
46- DARK LIFE AFTER SHE LEFT
47- FAKTA YANG SEBENARNYA
48- PENJELASAN
49- KEMBALI DIHANCURKAN KENYATAAN
50- BERDAMAI DENGAN SEMUANYA
51- MENGULANG SEMUANYA
52- KENYATAAN YANG MENYAKITKAN
53- KENYATAAN YANG MENYAKITKAN (02)
54- KEJADIAN KELAM DIMASA LALU
55- REVANZA BUKAN MARVENZO
56- PERIHAL PERJODOHAN
57- ENGAGEMENT
57. ENGAGEMENT (END)

25- BUKAN RUMAH TAPI NERAKA

534 48 8
By wpinaplle_

Mereka menyebut rumah sebagai tempat ternyaman untuk pulang namun berbeda denganku. Fisik dan mental yang selalu menjadi korban atas dasar keserakahan. Dan kau tau? Itu sangatlah menyakitkan”

_Revanza Arfandy Bratadikara

25- Bukan rumah tapi NERAKA

Bel istirahat telah berbunyi dua menit yang lalu. Kini, semua murid masih menikmati waktu istirahat mereka dikantin entah untuk makan atau sekedar berkumpul bersama teman.

Revan, Arbi dan Gilang berjalan dengan gagahnya menuju kantin yang kemungkinan telah ramai pengunjung. Tatapan mata para gadis tertuju kepada 3 badboy SMA TARIKSA itu. Sesekali mereka berteriak memanggil Revan tetapi lelaki itu hanya mengacuhkannya karena dia pikir itu tidaklah penting.

"Kak Revan, Vika boleh minta nomer WhatsApp nya nggak?" Tanya salah satu siswi berbadan mungil disebelah Revan. Revan hanya menatapnya dengan tatapan dingin. Lelaki itu sama sekali tak menanggapinya.

"Kak Revan mau nggak jadi pacar Citra?" Tanya Citra anak kelas X IPA 2.

"Heh para bocil! Nggak usah mikir pacar-pacaran Mulu! Di selingkuhin nangis dah lo" peringat Gilang dengan ketus.

"Apaansi kak Gilang! Nggak usah cerewet orang kita ngomong sama kak Revan bukan sama kak Gilang!" Vika menatapnya tidak suka.

"Belajar dulu yang bener nggak usah mikirin pacaran, fokus belajar dulu biar pinter" ujar Revan dengan bijaksana.

"Duhh idaman deh... Sabi kali nomer WhatsApp nya jangan pelit-pelit atuh" Hani mengedipkan sebelah matanya.

"Idihh tobat Lo, ganjen banget jadi cewek! Sopan dikit kek sama kakak kelas!" Gilang memukul kepala Hani dengan pelan membuat sang empu menatapnya dengan tatapan tajam.

"Dih syirik aja Lo kak! Bilang aja iri nggak ada yang godain situ, iyakan?" Hani menatapnya remeh.

"Sorry ya, nggak ada kamusnya Gilang syirik sama seseorang" ucap Gilang penuh percaya diri.

"Halah" Ucap Vika and the gang bersamaan.

"Dasar bocil! Pergi kalian bertiga!!" Usir Gilang dengan ekspresi kesal. Sementara mereka bertiga buru-buru pergi dari hadapan Gilang untuk menghindari amukan lelaki itu.

Gilang memutar bola matanya malas melihat kelakuan adik kelasnya itu. Bukan sekali dua kali akan tetapi kejadian ini sudah sering terjadi dan masalahnya pun sama, mereka menggoda bahkan memohon Revan menjadi kekasihnya.

Setelah kepergian kedua makhluk menjengkelkan itu, mereka bertiga melanjutkan langkahnya memasuki kantin sekolah. Kali ini adalah tugas Gilang untuk memesankan makanan untuk mereka bertiga. Gilang berjalan menuju stand Bi Darmi stand favorit mereka sekaligus anak Tariksa. Sementara Revan dan Arbi berjalan menuju meja khusus untuk mereka bertiga. Kemudian Mereka berdua mendudukkan tubuhnya di kursi masing-masing.

Setelah selesai dengan urusan memesan makanan, Gilang berjalan menghampiri kedua sahabatnya yang telah duduk santai di sana "Udah gue pesenin tuh" Ucapnya.

"Hm" Arbi hanya menjawabnya dengan deheman. Dia sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari benda pipih yang ada di tangannya.

"Thanks Lang" ucap Revan.

"Yoi bro" balas Gilang setelah mendudukkan tubuhnya di kursi kosong sebelah Arbi.

"Ngomong-ngomong kasian juga si Starla, beasiswa nya dicabut" celetuk Gilang tiba-tiba.

"Mau gimana lagi? Orang itu juga akibat dari kesalahannya sendiri" Revan berbicara dengan santainya.

"Iya juga sih" Gilang menganggukkan kepalanya paham.

"Walaupun butuh uang tapi nggak seharusnya dia mau ngelakuin hal yang membahayakan nyawa orang lain. Berapa pun nominal uang yang Nabilla kasih, itu nggak sebanding dengan nyawa seseorang" jelas Revan dengan wajah dinginnya.

"Gue jadi penasaran berapa sih uang yang Nabilla kasih ke Starla? sampai dia mau kerjain apa yang Nabilla suruh walaupun bersangkutan sama nyawa seseorang" Gilang bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.

"Yang pasti jumlahnya banyak nggak kaya uang jajan Lo Lang" Arbi tersenyum miring setelah mengatakan itu.

"Anjir Lo bi! Makan masih minta traktiran nggak usah sok keras!!" Sindir Gilang dengan wajah garangnya. Arbi yang mendengar itu hanya merotasikan bola matanya.

Mereka semua terdiam tenggelam dalam pikirannya masing-masing, tak ada satupun yang mengeluarkan suara sampai pesanan mereka tiba.

"Ini pesanannya mas-mas ganteng" bi Darmi meletakkan 3 piring nasi goreng dan 3 gelas es teh ke meja mereka.

"Makasi Bidar!" Pekik Gilang dengan semangat.

"Iya den kalau begitu saya permisi dulu" mereka bertiga mengangguk sebagai jawabannya. Mereka mulai mengambil makanannya masing-masing kemudian memakannya dengan perlahan.

"Hei bro!!" Suara berat itu menghentikan aktivitas Revan, dengan segera ia menoleh dan menatap sumber suara. Revan berdecak setelah melihat sang pemilik suara itu.

"Hei brother! Gimana kabar Lo?" Lelaki itu merangkul pundak Revan. Karena merasa risih Revan langsung melepaskan rangkulan pada pundaknya.

"Nggak usah basa-basi, apa mau Lo?" Tanya Revan dengan ketus.

"Gue juga nggak suka basa-basi sih okelah to the point aja ya, gue disuruh bokap bilang sama Lo katanya Lo harus balik lagi ke rumah bokap"

"Gila... Rencana apa yang sekarang lagi dia susun? Heran gue kemarin diusir sekarang dipaksa buat balik lagi haha" Revan tertawa hambar.

"Bilang sama dia gue nggak mau balik lagi ke rumah itu!" Ucap Revan penuh penekanan.

Arbi menatap tajam wajah Bara "Bener Van jangan mau balik lagi ke rumah bokap Lo. Percuma, fisik sama mental Lo jadi taruhannya" kemudian ia mengalihkan pandangannya menatap Revan.

"Nggak usah ikut campur" Bara menatapnya sinis.

"Dia temen gue sekaligus Keluarga gue. Jadi gue harus ikut campur sama semua masalahnya!" Seru Arbi.

"Halah palingan juga kalian berteman sama dia cuma mau manfaatin hartanya kan?" Bara melirik Revan sekilas.

"Mereka bukan Lo sama papah yang cuma mau manfaatin gue" sindir Revan sesaat kemudian ia mengambil gelas yang berisi es teh dan meminumnya.

"Terserah Lo mau ngomong apa, yang penting gue udah kasih tau Lo tentang itu" ucap Bara dengan santai.

"Oh iya lupa, Lo harus balik secepatnya soalnya bokap udah nunggu Lo dan dia bakal ngasih kejutan ke Lo jadi siap-siap aja" Bara menepuk pundak Revan berkali-kali. Setelah mengatakan itu ia beranjak dari tempat duduknya dan berlalu meninggalkan Revan disana.

"Woi kenapa es teh gue Lo minum bangsat!!!!" Teriak Gilang saat menyadari Vino telah meminum es teh nya.

"Sorry haus banget gue!" Sahut Vino tak kalah lantangnya.

"Anjir masa gue harus beli lagi sih mana antriannya panjang banget lagi!" Gilang menatap nanar gelasnya yang kini telah kosong.

"Sukurin haha" Arbi tertawa puas melihat kejadian itu.

"Diem Lo!" Sentak Gilang.

*  *  *

Jam sekolah telah usai beberapa menit yang lalu, kini Revan melajukan motornya menuju ke Rumah sakit tempat Salsa dirawat. Sedari tadi memang ia sudah berniat untuk menjenguk gadis itu.

Jarak antara Rumah sakit dengan SMA TARIKSA cukup dekat hanya memakan waktu 10 menit saja. kondisi jalanan saat ini juga lumayan sepi tidak seperti biasanya yang ramai pengendara sampai menyebabkan kemacetan.

Setelah berkendara lumayan singkat akhirnya Revan sampai di RS. DESALVA NUGRAHA. Dia memarkirkan motornya dan merapikan rambutnya yang berantakan akibat memakai helm. Setelah merasa telah rapi ia turun dari motornya dan berjalan memasuki rumah sakit itu.

"Permisi saya mau tanya pasien atas nama Salsa Shevilla Gautama ada di ruangan mana ya?" Tanya Revan kepada resepsionis rumah sakit.

"Sebentar...." Sang resepsionis tampak sibuk mencari data pada komputer nya.

"Pasien atas nama Salsa Shevilla Gautama ada di ruangan VVIP 1" ujar resepsionis dengan Ramah.

"Oke terimakasih" setelah mengatakan itu Revan bergegas menuju ruangan yang dimaksud.

Revan berjalan santai dengan posisi tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Sesekali ia tersenyum kepada orang yang lebih tua yang ia temui. Langkahnya berhenti tepat didepan ruangan VVIP 1. Ia meraih knop pintu dan membukanya perlahan.

Ceklek
Perhatian ketiga orang yang berada didalam ruangan itu tertuju kepada Revan. Revan yang merasa diperhatikan langsung tersenyum manis dan menyapa kedua orang tua Salsa.

"Permisi pak bu, Revan mau jenguk Salsa boleh?" Tanya Revan dengan sopan.

"Oh boleh dong nak Revan, sini..." Erin membalas senyuman Revan.

"Terimakasih bu" Revan berjalan mendekati mereka bertiga setelah menutup rapat pintu itu kembali.

"Jangan panggil Pak Bu dong kesannya kayak gimana gitu... Panggil om sama Tante aja ya" Erin terkekeh kecil di akhir kalimat.

"Eh iya tante" Revan tersenyum kikuk seraya menggaruk pipinya.

"Nah gitu dong" Erin tersenyum tipis ke arah Revan.

"Keliatannya baru pulang sekolah ya nak Revan?" Tanya Erin setelah melihat seragam yang masih melekat di badan Revan.

"Iya Tante baru pulang" Sahutnya.

"Kok nggak balik ke rumah dulu malah mampir kesini?" Tanya Tama dengan dingin.

"Sekalian om soalnya deket dari sekolah jadi mampir dulu lagian saya juga bawa baju ganti hehe" Revan terkekeh di akhir kalimat agar suasana tidak terlalu canggung.

"Oh yasudah" Tama mengangguk paham.

Drrttt drrttt drrttt
Ponsel Tama berdering menandakan bahwa ada seseorang yang menelponnya. Dengan segera pria paruh baya itu mengangkat telponnya.

"Halo?"

"Halo pak selamat siang, maaf telah menggangu waktunya saya hanya ingin mengingatkan bahwa hari ini bapak dengan ibu Erin ada meeting pertemuan dengan salah satu donatur di hotel Garvinda City pukul 14:00 WIB."

"Aduh hampir saja saya lupa. Baik saya akan kesana sekarang" balas Tama.

"Baik pak terimakasih."

Setelah itu telpon berhenti secara sepihak. Tama menatap lama wajah istrinya kemudian beralih menatap anak semata wayangnya.

"Kenapa pah, ada masalah?" Tanya Erin dengan wajah sedikit cemas.

"Oh nggak ada masalah kok mah cuma hari ini kita ada jadwal meeting di hotel Garvinda City dan waktunya kurang 15 menit lagi" jelas Tama.

"Yah gimana dong pah siapa yang mau jagain Salsa pas kita pergi?" Erin menatap wajah Salsa dengan tatapan tidak tega.

"Nggak apa-apa mah pergi aja lagian kan meeting itu pasti penting banget kan? Salsa bisa jaga diri kok" Salsa meraih tangan Erin dan mengelusnya secara perlahan.

"Tapi sayang mamah nggak mau ada kejadian kaya kemarin lagi."

"Kalau boleh saya aja yang jagain Salsa Om Tante. Tenang saya nggak akan apa-apain Salsa kok" Ucap Revan penuh keyakinan setelah melihat tatapan dingin Tama kepada dirinya.

"Beneran kamu mau nak?" Tanya Erin dengan manik mata berbinar.

"Beneran Tante" Revan tersenyum.

"Makasih banget ya nak Revan emang bener yang dibilang Salsa, kamu ini nggak se nakal yang Om Tama ceritakan" Erin terkekeh kecil.

"Bener kamu mau jagain anak saya?" Tama menatap wajah Revan dengan intens.

"Iya Om."

"Tolong jagain Salsa ya kalau dia nakal sama nyusahin cubit aja tangannya" wajah Tama berubah menjadi sangat menyenangkan setelah mengatakan itu. Sementara Revan, Salsa dan Erin tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataan Tama.

"Hahaha siap Om" ucap Revan disertai dengan tawaan.

"Kalau gitu kita pergi dulu ya sayang" Erin mengecup kening Salsa.

"Iya mah pah hati-hati ya" Salsa tersenyum manis ke arah mereka berdua.

"Iya sayang."

"Om titip Salsa sebentar ya Revan. Tolong jagain dia" Tama menepuk pundak Revan berkali-kali.

"Pasti Om" Revan mengangguk yakin. Setelah mendengar itu mereka berdua berjalan keluar ruangan dengan perasaan lega.

"Gimana kondisi Lo sekarang sa?" Revan menatap lama wajah Salsa.

"Udah lumayan sih tapi kaki masih sakit dikit" netra Salsa menatap kakinya yang berada dibawah selimut tebalnya.

"Oh syukur deh kalau gitu" Revan tersenyum tipis.

"Em Van, gue bosen banget deh kita keluar yuk jalan-jalan" Salsa nampak sangat bersemangat.

"Mau jalan-jalan kemana? Lo kan masih sakit sa jangan aneh-aneh deh." Seketika wajah salsa berubah menjadi murung setelah mendengar perkataan Revan.

"Ke taman belakang rumah sakit. Ayolah Van.... gue bosen banget sumpah" Salsa menatap Revan dengan tatapan mata puppy eyes nya.

"Huftt yaudah deh tapi Lo harus pake kursi roda bentar gue ambilin dulu" Revan bangkit dari duduknya kemudian berjalan mengambil kursi roda yang ada disudut ruangan. Setelah mendapatkannya Revan membawa kursi roda itu ke samping hospital bed Salsa.

"Ayok" ajak Revan dan di angguki oleh Salsa.

"Pelan-pelan" Revan membantunya untuk duduk di kursi roda. Luka jahitan pada kaki Salsa menyebabkan gadis itu kesusahan untuk berdiri sendiri. Setelah berhasil duduk di kursi roda Revan segera mendorongnya dan keluar dari ruangan itu menuju taman belakang rumah sakit.

Senyum Salsa mengembang saat melihat pemandangan hijau dan warna-warni bunga yang ada didepannya. Revan terus mendorong kursi roda gadis itu dan membawanya ke tempat yang teduh agar Salsa tidak merasa kepanasan. Mereka berdua duduk di kursi panjang yang ada di bawah rindangnya pepohonan.

Revan memerhatikan wajah gadis disebelahnya. Senyum manis terus terukir diwajahnya membuat Revan merasa tenang melihat itu. Sadar jika diperhatikan Salsa menoleh menatap wajah lelaki disampingnya dan benar saja Revan menatapnya seraya tersenyum lebar ke arahnya.

"Kenapa Lo ngeliatin gue kaya gitu?" Tanya Salsa dengan sedikit ketus.

"Nggak, lucu aja liat Lo senyum gitu" Ucapnya menggoda.

"Ck!" Salsa berdecak mendengar perkataan Revan. Mereka berdua kembali menikmati tenangnya Suasana taman ini.

"Tenang banget ya liat pemandangan kaya gini, serasa semua masalah hilang gitu aja haha" Revan tertawa hambar setelah mengatakan itu. Dia terus menatap kosong ke depan. Salsa yang menyadari bahwa ada sesuatu yang memenuhi pikiran lelaki itu lantas menoleh menatapnya intens.

"Lo ada masalah?" Tanya nya dengan lirih.

Revan menatap gadis disebelahnya, perlahan ia tersenyum tipis ke arahnya "Nggak ada" ucapnya berbohong.

"Gue pernah bilang sama Lo kalau ada masalah Lo boleh cari gue, cerita ke gue, nggak baik pendam semuanya sendiri, Lo ingat? Jangan rasain semuanya sendiri Lo bisa stres Van" ujar Salsa tanpa mengalihkan pandangannya dari depan.

"Gue selalu ingat perkataan Lo sa. Gue juga nggak bisa bohongi diri gue sendiri kalau gue butuh seseorang buat dengerin semua keluh kesah gue" Revan tersenyum tipis.

"Dan Lo punya gue yang akan selalu ada dan selalu siap dengerin cerita Lo" Salsa meraih tangan Revan dan mengelusnya perlahan.

"Makasih sa Lo udah hadir di hidup gue dan mau jadi temen curhat gue. Selama ini gue cuma cerita ke makam almarhumah mamah karena gue juga nggak punya siapa-siapa."

"Jadi... Gue boleh cerita ke Lo?" Salsa mengangguk kecil.

"Tadi disekolah Bara bilang sama gue kalau gue harus balik lagi ke rumah bokap. Firasat gue bilang kalau mereka lagi merencanakan sesuatu. Demi apapun gue nggak mau balik ke sana soalnya fisik sama mental gue yang jadi korbannya. Gue lelah sama mereka semua, gue lelah jadi samsak bokap, kenapa mereka nyuruh gue balik lagi setelah mereka ngusir gue dari rumah itu? Bener-bener nggak habis pikir sama mereka" Revan mengeluarkan seluruh isi hatinya.

"Gue paham posisi Lo Van, tapi apa Lo bener-bener nggak mau balik lagi ke sana? Siapa tau bokap Lo udah mengakui kesalahannya dan mau berubah?" Salsa mengangkat sebelah alisnya.

"Dia nggak akan bisa berubah. Dari dulu sampai sekarang sifatnya selalu kasar, arogan, egois dan nggak pernah mikirin perasaan gue sa. Sesekali dia baik sama gue tapi itu semua karena ada maunya, terakhir kali dia sama bara mau ambil semua blackcard gue tapi gagal karena gue udah titipin itu semua ke Arbi sama Gilang" sahutnya dengan suara parau.

"Lo nggak akan pernah nyesel kan ninggalin rumah itu? secara itu tempat kelahiran Lo dan pasti banyak banget kenangan yang ada di sana" tanya Salsa.

"Nggak, gue nggak akan pernah menyesali pilihan gue buat ninggalin rumah itu. Dan menurut gue itu bukan rumah tapi tempat simulasi neraka, banyak banget rintangan, tekanan dan siksaan yang gue alami selama tinggal disitu" jelas Revan penuh keyakinan.

"Gue rasa keputusan Lo udah bener banget. Kesehatan fisik sama mental Lo jauh lebih penting dari segalanya. Percuma bertahan dalam lingkungan orang-orang yang nggak suka sama kita yang ada rasa sakit yang akan kita dapatkan. Apapun keputusan Lo gue dukung, semangat Revanza!!!" Salsa tersenyum lebar ke arah Revan.

"Ahahaha pinter banget bikin mood orang naik thanks sa"

*  *  *

Jam menunjukkan pukul 18:00 WIB waktunya Salsa untuk makan malam dan meminum obatnya. Kedua orang tua Salsa juga belum kembali sejak tadi, bukannya merasa terbebani karena Salsa dititipkan kepadanya akan tetapi lelaki itu justru telaten mengurusi Salsa. Dia juga telah berganti pakaian dari seragam sekolah menjadi Hoodie hitam favoritnya.

"Ayok buka mulutnya cantikk...." Berkali-kali Revan berusaha menyuapi gadis itu makanan namun ia terus menolaknya.

"Nggak mau Revan mulut gue pahit rasanya" tolak Salsa sembari menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.

"Dikit aja buat minum obat sa kalau nggak minum obat ntar Lo tambah sakit, gimana?" Tanya Revan kepada Salsa Karena memang sudah waktunya dia meminum obat.

"Yaudah deh tapi dikit aja ya" Revan terkekeh melihat ekspresi wajah Salsa yang seakan-akan tertekan.

"Iya janji. Sekarang buka mulutnya aaa" satu suapan masuk ke mulut Salsa, Revan tersenyum manis melihat itu.

Salsa terus memakan buburnya dengan lahap membuat Revan yang menyuapinya merasa senang akan hal itu. Saat Revan hendak menyuapi gadis itu lagi tiba-tiba terdengar suara decitan pintu terbuka refleks kedua remaja itu menoleh ke arah pintu.

"Anjir!!! Ke uwu an apa ini miskah?!!!" Gilang berteriak melihat kejadian didepannya itu.

"Bau-bau couple baru nih" Arbi menatap mereka berdua dengan tatapan menggoda.

"Salsa!! Ya ampun kenapa bisa gini?!!" Fira berlari mendekati Mereka berdua.

"Gimana keadaan Lo sa? Masih ada yang sakit nggak? Apa yang Lo rasain sekarang? Lo mau apa? biar gue ambilin" Fira terus melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada Salsa membuat Salsa dan Revan memijit pelipisnya.

"Gue nggak apa-apa Firaa" sahut salsa dengan lembut.

"Beneran nggak apa-apa?" Raut wajah Fira nampak sangat khawatir.

"Beneran Fira."

"Maaf baru jenguk Lo sa soalnya gue juga baru tau tadi" Fira menatapnya sendu.

"Nggak masalah justru gue mau bilang makasih banget kalian mau jenguk gue kesini" Salsa menatap mereka bergiliran.

"Santai sa, Lo kan temen kita jadi udah seharusnya kita jenguk Lo" ujar Arbi dan di angguki oleh mereka semua.

"Makan lagi sa" Revan kembali menyuapi gadis itu membuat 3 orang disana berteriak histeris melihat adegan menggemaskan itu.

"Beneran ini mah SMA Tariksa bakalan ada couple baru"

*  *  *

Oke segini dulu wkwk see you next chapter<3

Jangan lupa follow Instagram aku, mau follback? DM aja xixi
@wpinaaplle_
@ssaaxll

•TBC•

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 211K 77
#MEGANTARASERIES 1 👑 Jika semua laki-laki mengatakan bahwa seorang ibu adalah cinta pertamanya, maka hal itu tidak berlaku bagi seorang Axelino Dyla...
4.2K 2.2K 60
Jefano Argantara, cowok tampan dan pintar membuatnya jadi Most Wanted di sekolahnya, yaitu SMA National High School atau SMA NHS. Meskipun pintar Jef...
599K 7.6K 23
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
GAFIN By vina

Teen Fiction

30.7K 3.3K 32
Spin off cerita Rayan, kamu bisa baca terpisah, tidak harus membaca cerita Rayan terlebih dahulu. start : 18 Februari 2023