Gamaphobia

By Lin_iin03

87.8K 8.7K 444

Kegagalan pernikahan kedua orangtua dan Kakaknya membuat Pramesti Ayunindya takut melangkahkan hubungannya de... More

1. Pramesti Ayunindya
2. Randu Kalandra
3. Momen Akward
4. Nikahan Wisnu
5. Bujuk Rhevan
6. (bukan) Sesi Curhat
7. Break
8. Gagal Kenalan
9. Congratulations
10. Bertemu Lagi
11. Kekecewaan Ayu
12. Bertukar Pikiran
13. Kepedulian Randu
14. Strategi Randu
15. Usaha Terosss
16. Pertanyaan Tidak Tepat
17. 520?
18. Menunggu Chat
19. Korban Drakor?
20. Kondangan Sendirian
21. Oalah, Saya Pikir Siapa
22. Kedatangan Tamu
23. Masak Bareng
24. Menjelaskan
25. Mari Menjalankan Misi
26. Ke Gap
27. Mission Com... eh, Failed?
28. Gagal Ijab Sah?
29. Kesempatan?
30. Official?
31. Ketularan
32. Terima Kasih
33. Kumpul Bareng
34. Izin Nikah??
35. Oh, Oke
37. Nasehat Ajeng
38. Mulai Terbuka
39. Jenguk Camer
40. Kehilangan
41. Nikahan Hana
42. Dipermainkan Takdir?
43. Sebut Randu Bodoh
44. Marahnya Hana
45. Penyesalan Randu
46. Akhir Cerita Kita?
47. Merayakan Kesedihan
48. Sulit Mengakui?
49. Rencana Febi
50. Final
Numpang Promo
promo again

36. Kehilangan Kabar

1.2K 134 7
By Lin_iin03


####$$

Randu kembali menyimpan ponselnya setelah gagal menghubungi Ayu sejak tadi pagi. Ini aneh, tidak biasanya sang kekasih sulit dihubungi begini. Apakah terjadi sesuatu dengan sang kekasih? Atau Ayu sedang marah terhadapnya? Tapi apa penyebabnya kalau memang Ayu marah terhadapnya? Seingatnya ia tidak melakukan kesalahan. Batinnya terus bertanya-tanya. Namun, sampai detik ini ia tak kunjung menemukan jawaban. Hal ini tentu saja membuat Randu semakin gelisah tak tenang.

"Dokter Randu kenapa sih? Kok kayak lagi gelisah?"

Randu segera mengangkat kepalanya, menatap kedua perawat yang berdiri di belakang meja Nurse Station menatapnya penasaran. Ia mengetukkan bolpoin yang ada dalam genggamannya sambil menghela napas.

"Saya mau tanya deh ke kalian."

"Soal?" Winda bertanya mewakili.

"Kalian kalau lagi nggak bisa dihubungi pasangan kalian, biasa karena apa?"

Kedua perawat itu saling bertukar pandang. Detik berikutnya, mereka paham apa yang membuat atasan mereka gelisah begini. Perlahan senyum keduanya terbit. Lalu dengan jahil Winda langsung menggoda Randu.

"Kenapa, dok? Pacarnya nggak bisa dihubungi?"

Dengan wajah masam, Randu mengangguk membenarkan. "Dari tadi pagi nggak bisa dihubungi," curhatnya kemudian.

"Hapenya mati mungkin, lagi nggak bawa charger."

"Tapi saya hubungi dia sebelum jam kantornya. Pagi-pagi sekali, saya yakin dia belum pergi ngantor lah."

"Iya, mungkin pacarnya dokter Randu tadi pagi belum sadar kalau hapenya mati, tapi dibawa ngantor gitu aja. Eh, pas sampai kantor baru deh nyadar kalau hapenya mati. Pas mau dicharger, eh, lupa nggak bawa. Terus giliran mau pinjem, nggak ada yang punya charger sama kayak punya pacarnya dokter Randu. Ya udah, berujung mati deh hapenya, nggak bisa dihubungi jadinya."

Winda menjentikkan jari sambil mengangguk setuju. "Masuk akal sih analisa Nisa."

Nisa tersenyum malu-malu karena dipuji sang senior yang terkenal galak.

Randu terdiam. Bergelut dengan pikirannya sendiri, sambil berharap kalau analisa yang dijabarkan perawat junior ini benar. Ia kemudian melirik kedua perawat yang ada di hadapannya secara bergantian.

"Tapi bukan karena lagi ngehindarin saya kan?" tanya Randu ragu-ragu sekaligus khawatir kalau ternyata Ayu memang sedang berusaha menghindarinya.

"Emang dokter Randu abis ngapain, sampai pacar dokter Randu harus menghindar?"

Randu menggeleng. "Saya juga nggak tahu salah apa. Perasaan kita nggak abis ribut atau semacemnya sih."

"Coba diinget-inget dulu, dok. Siapa tahu dokter Randu lupa gitu bikin salah apa."

"Udah saya coba, tapi hasilnya malah bikin saya tambah pusing. Bukannya nemu jawaban."

"Samperin ke kantornya aja lah, dok," sahut Nisa terdengar gemas.

Di sampingnya Winda langsung memberikan tatapan galaknya sambil berdecak gemas. Randu menggeleng, memberi intruksi agar Winda tidak memarahi Nisa.

"Nggak, nggak, Win. Ide Nisa bagus kok, mending saya dateng ke kantornya buat mastiin."

Winda berkacak pinggang. "Dokter Randu," panggilnya dengan nada memperingatkan. Sepertinya ia khawatir kalau sang atasan sampai melakukan hal konyol.

Kini giliran Randu yang berdecak. "Tenang aja, Win, saya pergi setelah menyelesaikan pekerjaan saya. Saya tahu tanggung jawab saya."

"Bagus itu. Memang harusnya begitu. Saya hanya khawatir dokter nekat aja," balas Winda dengan wajah datarnya.

Randu terkekeh. "Iya, terima kasih karena sudah peduli."

"Jangan baper, dok! Saya ini sudah jadi istri orang," balas Winda galak.

Randu mendengus. "Saya tidak baper Prawinda."

"Oh, bagus tuh."

__________

Setelah menyelesaikan shift-nya, Randu segera bergegas menuju kantor Ayu. Tapi saat ia sampai di sana, ruko yang dijadikan kantor WO Ayu sudah tutup, ia berusaha untuk menghubungi sang kekasih sekali lagi. Namun, lagi-lagi hanya suara operator yang terdengar. Tak ingin membuang waktu, ia kemudian bergegas menuju apartemen sang kekasih.

"Eh, Mas Randu, mau ngapain ke sini? Kan Mbak Ayu belum balik ke Jakarta."

Kening Randu mengkerut heran dengan pertanyaan sang resepsionis yang menyambutnya. Ayu belum balik ke Jakarta? Maksudnya saat ini Ayu sedang tidak di Jakarta?

"Maksudnya?"

"Loh, Mas Randu belum tahu? Kan Mbak Ayu pulang ke Solo." Sang resepsionis tampak kebingungan. Mendadak ia merasa bersalah, "eh, Mbak Ayu nggak kasih tahu Mas Randu?"

Randu menggeleng pasrah. Perasaannya kecewa, Ayu pulang ke Solo tanpa memberitahunya? Kenapa begitu, setidak berarti itukah dirinya sampai pulang ke Solo tanpa memberitahu dirinya.

"Mas Randu?"

"Ya?"

"Mas Randu baik-baik saja?" tanya sang resepsionis terdengar mulai khawatir, saat melihat perubahan ekspresi wajah Randu.

Mencoba memaksakan senyumnya, Randu mengangguk. "Iya, saya baik-baik saja. Hanya sedikit kaget, mungkin emang Ayu-nya lupa kali ya, sibuk gitu di sana makanya belum ngehubungi saya." Ia meringis canggung sambil mengusap tengkuknya, "em, kalau gitu saya langsung pulang ya, Res. Makasih untuk infonya."

"Eh, iya, Mas, sama-sama." Resti, sang resepsionis mengangguk canggung, merasa sedikit tidak enak juga.

Batin Randu kembali bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan keluarga Ayu di Solo, sampai sang kekasih tidak memberinya kabar terlebih dahulu sebelum pulang?

Sambil berdecak samar, Randu kembali mencoba menghubungi Ayu, namun lagi-lagi hanya suara operator yang terdengar.

"Kenapa kamu pulang nggak ngasih kabar sih, Yu? Aku khawatir tahu," gerutu Randu menahan kesal.

Sambil mendesah pasrah Randu kemudian mengemudikan mobilnya menuju rumah, ia tak punya pilihan lain selain pulang. Mungkin Ayu sedang sibuk jadi belum sempat menghubunginya, nanti kalau sudah sempat pasti Ayu akan menghubunginya. Pasti itu. Sugestinya dalam hati, mencoba untuk tetap optimis.

Mencoba bersabar Randu mencoba menunggu Ayu menghubunginya lebih dahulu. Namun, sampai tiga hari kemudian kekasih itu masih belum memberinya kabar. Hal ini tentu membuatnya semakin cemas dan khawatir.

"Ayu masih belum ngehubungi lo?"

Randu hanya bisa menggeleng pasrah, saat menjawab pertanyaan Gilang.

"Udah coba hubungi dia lagi?"

Randu mengangguk. "Pernah sekali, tapi nggak aktif."

"Terus lo udah coba tanya anak buah di kantornya?"

"Udah. Tapi mereka nggak ngasih jawaban yang bikin gue lega."

"Ayu sengaja ngehindarin lo? Kalian ada masalah?" tebak Gilang merasa aneh dengan sikap Ayu. Menurutnya Ayu tidak mungkin meninggalkan Jakarta begitu saja, tanpa memberi kabar Randu. Ia yakin keduanya sedang ada masalah, entah siapa yang membuat masalah itu.

"Tapi kita baik-baik aja sebelum dia ngilang tiba-tiba gini, Lang."

Gilang menyipitkan kedua matanya curiga, merasa tidak percaya dengan ucapan Randu barusan.

"Coba deh lo inget-inget dulu, kali aja lo bikin salah, tapi lo-nya nggak nyadar. Cowok kan suka gitu."

"Gue udah coba inget-inget, tapi emang nggak ada kok. Kita biasa aja."

"Kalau gitu coba lo inget-inget kapan terakhir ketemu?"

Randu berpikir sejenak. "Kayaknya dua hari sebelum dia ngilang dan nggak ada kabar tiba-tiba."

Gilang menjentikkan jari. "Nah, pas hari itu kalian ngapain aja? Bahas apaan?"

Randu kembali berpikir dan mengingat-ingat. Ia meringis saat mengingat apa yang sempat mereka bahas saat itu.

"Kita bahas nikahan Hana."

Gilang melotot terkejut. "Lah, Hana udah mau nikah? Sama siapa?"

"Sama calonnya lah, minggu depan calonnya mau datang ke rumah gue buat proses lamaran."

"Anjir, dilangkahi lagi dong lo?" Gilang masih sempat-sempatnya meledek Randu sambil tertawa kecil.

"Maksudnya lagi?"

"Kan kemarin lo udah dilangkahi Winda, asisten lo."

Randu menghela napas. "Bukan itu masalahnya saat ini, Lang." Ia berdecak sedikit kesal dengan ledekan Gilang.

Gilang mangguk-mangguk paham. "Iya, iya, sorry, bercanda doang elah. Emang lo ada nyinggung soal hubungan kalian atau ngomong apa gitu yang bikin dia tersinggung dan semacamnya?"

Randu kembali mengingat-ingat. "Bentar, kayaknya gue inget sesuatu."

"Apaan?"

"Kayaknya gara-gara ditelfon Kakaknya waktu itu deh, soalnya dia mendadak aneh gitu, Lang. Mungkin ada sesuatu yang Ayu sembunyiin dari gue, dia sengaja ngehindari gue karena ada sesuatu yang terjadi di Solo tapi dia nggak mau gue tahu."

Gilang menatap Randu ragu. "Sebenernya agak masuk akal sih, tapi kira-kira kenapa dia mau nyembunyiin sesuatu sama lo?"

"Karena Ayu belum cukup mempercayai gue," lirih Randu sambil tersenyum miris. Fakta ini sedikit menyakitkan, tapi kemungkinan itu adalah sebuah kebenaran.

"Menurut lo, gue harus gimana?"

"Kalau lo sendiri yang ngerasa Ayu belum cukup mempercayai lo untuk berbagi masalahnya, berarti yang perlu lo lakukan ya, nunggu Ayu cerita dengan sendirinya."

"Tapi kalau Ayu nggak kunjung cerita gimana? Gue khawatir, Lang."

Gilang mengusap dagunya, kembali berpikir. "Lo ada kontaknya Kakak Ayu?"

"Ada."

"Kenapa nggak lo telfon Kakak Ayu buat nanyain kondisi dia, kalau lo emang sekhawatir itu," saran Gilang mengusulkan.

Benar juga ya, kenapa ia baru kepikiran?

"Thanks, Lang, gue mau telfon Kakak Ayu dulu." Randu segera berdiri dari kursi dan menepuk pundak pria itu, setelahnya, ia segera bergegas pergi keluar dari ruangan Gilang.

Tbc,

Direwrite, Senin 1 Maret 2021 08.35 WIB.

Direvisi, 14 Desember 2021 17.05 WIB

spesial thanks buat dieee96 yg selalu bantu koreksi typo😘😍🥰 tengkiyu ya. Jgn bosen dan terus ingetin aku klo bkin typo terus2an ini🤣🤣🤣 #ngelunjak

Yuk, boleh kok yg abis ini minta up lagi, mumpung masih ada draf🤣🤣🤣 biar cepet kelar jg😆🙈

Continue Reading

You'll Also Like

2.8K 281 21
Berawal dari rasa kagumku terhadap atasan di Divisi Pengembangan Bisnis tempatku bekerja. Banyak hal dari dirinya yang kusukai sejak pertama kali ber...
539K 51.1K 117
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
482K 69.9K 33
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
117K 5.1K 29
[TAMAT] [Telah TERBIT di Penerbit Cerita Kata] Tiara akan menikah dengan Bastian, tapi acara pernikahan mereka batal dilaksanakan karena seorang pere...