36. Kehilangan Kabar

1.2K 133 7
                                    


####$$

Randu kembali menyimpan ponselnya setelah gagal menghubungi Ayu sejak tadi pagi. Ini aneh, tidak biasanya sang kekasih sulit dihubungi begini. Apakah terjadi sesuatu dengan sang kekasih? Atau Ayu sedang marah terhadapnya? Tapi apa penyebabnya kalau memang Ayu marah terhadapnya? Seingatnya ia tidak melakukan kesalahan. Batinnya terus bertanya-tanya. Namun, sampai detik ini ia tak kunjung menemukan jawaban. Hal ini tentu saja membuat Randu semakin gelisah tak tenang.

"Dokter Randu kenapa sih? Kok kayak lagi gelisah?"

Randu segera mengangkat kepalanya, menatap kedua perawat yang berdiri di belakang meja Nurse Station menatapnya penasaran. Ia mengetukkan bolpoin yang ada dalam genggamannya sambil menghela napas.

"Saya mau tanya deh ke kalian."

"Soal?" Winda bertanya mewakili.

"Kalian kalau lagi nggak bisa dihubungi pasangan kalian, biasa karena apa?"

Kedua perawat itu saling bertukar pandang. Detik berikutnya, mereka paham apa yang membuat atasan mereka gelisah begini. Perlahan senyum keduanya terbit. Lalu dengan jahil Winda langsung menggoda Randu.

"Kenapa, dok? Pacarnya nggak bisa dihubungi?"

Dengan wajah masam, Randu mengangguk membenarkan. "Dari tadi pagi nggak bisa dihubungi," curhatnya kemudian.

"Hapenya mati mungkin, lagi nggak bawa charger."

"Tapi saya hubungi dia sebelum jam kantornya. Pagi-pagi sekali, saya yakin dia belum pergi ngantor lah."

"Iya, mungkin pacarnya dokter Randu tadi pagi belum sadar kalau hapenya mati, tapi dibawa ngantor gitu aja. Eh, pas sampai kantor baru deh nyadar kalau hapenya mati. Pas mau dicharger, eh, lupa nggak bawa. Terus giliran mau pinjem, nggak ada yang punya charger sama kayak punya pacarnya dokter Randu. Ya udah, berujung mati deh hapenya, nggak bisa dihubungi jadinya."

Winda menjentikkan jari sambil mengangguk setuju. "Masuk akal sih analisa Nisa."

Nisa tersenyum malu-malu karena dipuji sang senior yang terkenal galak.

Randu terdiam. Bergelut dengan pikirannya sendiri, sambil berharap kalau analisa yang dijabarkan perawat junior ini benar. Ia kemudian melirik kedua perawat yang ada di hadapannya secara bergantian.

"Tapi bukan karena lagi ngehindarin saya kan?" tanya Randu ragu-ragu sekaligus khawatir kalau ternyata Ayu memang sedang berusaha menghindarinya.

"Emang dokter Randu abis ngapain, sampai pacar dokter Randu harus menghindar?"

Randu menggeleng. "Saya juga nggak tahu salah apa. Perasaan kita nggak abis ribut atau semacemnya sih."

"Coba diinget-inget dulu, dok. Siapa tahu dokter Randu lupa gitu bikin salah apa."

"Udah saya coba, tapi hasilnya malah bikin saya tambah pusing. Bukannya nemu jawaban."

"Samperin ke kantornya aja lah, dok," sahut Nisa terdengar gemas.

Di sampingnya Winda langsung memberikan tatapan galaknya sambil berdecak gemas. Randu menggeleng, memberi intruksi agar Winda tidak memarahi Nisa.

"Nggak, nggak, Win. Ide Nisa bagus kok, mending saya dateng ke kantornya buat mastiin."

Winda berkacak pinggang. "Dokter Randu," panggilnya dengan nada memperingatkan. Sepertinya ia khawatir kalau sang atasan sampai melakukan hal konyol.

Kini giliran Randu yang berdecak. "Tenang aja, Win, saya pergi setelah menyelesaikan pekerjaan saya. Saya tahu tanggung jawab saya."

"Bagus itu. Memang harusnya begitu. Saya hanya khawatir dokter nekat aja," balas Winda dengan wajah datarnya.

GamaphobiaWhere stories live. Discover now