34. Izin Nikah??

1.2K 147 2
                                    

-------

"Mas."

"Hmm," respon Randu seadanya. Ia tidak menoleh ke arah Hana yang kini sedang duduk di sampingnya sambil menopang dagu. Pria itu masih khusyuk menikmati soto ayam masakan sang adik, sudah lama ia tidak menyantap masakan Hana.

Akhir-akhir ini ia lebih sering makan di luar, entah dengan rekan sejawat, sendirian ataupun bersama Ayu, kadang-kadang. Pacarnya itu pun juga jarang memasak untuknya, boro-boro memasak, ketemu di akhir pekan saja kadang susahnya minta ampun.

Di sampingnya, Hana menggigit bibirnya gelisah. Terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi ragu-ragu.

"Mau minta apa nih?" Randu hanya melirik Hana sekilas, saat ia memperhatikan gelagat sang adik, ia paham betul kalau adiknya ini sedang menginginkan sesuatu. Entah apa itu.

Hana tersentak, kemudian menggeleng panik. "Enggak kok, kan Hana udah kerja juga. Ngapain minta-minta ke Mas Randu."

Randu mendengkus mendengar jawaban Hana. "Kamu nggak baru kerja sebulan atau dua bulan, Han, tapi udah hampir dua tahun lebih. Dan selama ini kamu tetep minta ke Mas kan kalau emang pengen sesuatu, ya, meski cuma minta dibayarin setengah harga." Ia menghentikan ucapannya sambil meraih gelas minumnya, "jadi kali ini minta apa? Kemarin kamu minta calon kakak ipar dan sekarang udah Mas kabulin kan?"

"Hana mau tanya."

"Tanya apaan?" 

Tak kunjung mendapatkan jawaban, Randu segera mengangkat wajahnya, lalu menoleh ke arah Hana dengan tatapan penuh selidik.

"Kenapa?" tanya Randu keheranan.

Hana menghela napas sambil menautkan jari-jemarinya. "Mas Randu sama Mbak Ayu baik-baik aja nggak sih?"

Randu mengernyit heran. "Bukannya tadi kalian hang out bareng? Emang dia keliatannya lagi ngambek gitu sama Mas? Kok Mas nggak sadar ya."

"Issh, bukan itu, Mas."

"Terus?" Kali ini Randu mulai sepenuhnya tertarik dengan topik yang akan Hana bahas.

"Mas Randu rencananya mau nikahin Mbak Ayu tahun berapa?"

Suapan terakhir yang tadinya sudah hampir menyentuh bibirnya mendadak kembali Randu turunkan, tubuhnya otomatis menoleh ke arah sang adik semata wayang dengan pandangan tidak percaya. Demi Tuhan, ia dan Ayu baru menjalin hubungan resmi sebagai pacar selama tiga bulan jalan menuju bulan ke empat, setengah tahun belum ada. Dan kenapa dengan beraninya gadis ini bertanya perihal pernikahan yang --sebenarnya memang sudah ia dambakan--tapi tetap saja masih jauh dari angan karena ia dan Ayu masih dalam proses penjajakan.

"Kita masih proses saling mengenal, Han, belum ada lah obrolan ke arah sana. Baru juga tiga bulan."

"Mas lupa sekarang umur berapa? Dan bentar lagi umur berapa?"

"Ya, nggak lah," balas Randu sedikit kesal, ia menyuapkan suapan nasi terakhirnya dengan sedikit kasar, "ya, kali umur sendiri lupa," gerutunya kemudian.

"Terus target nikah Mas Randu umur berapa?"

Randu menampilkan ekspresi datarnya. "Ya, sesiapnya calon Mbak iparmu. Emang sengaja nggak bikin target."

Mendengar jawaban sang kakak, ekspresi Hana langsung muram. "Lama ya itu," gumannya pelan.

"Emang kenapa sih?" Randu bertanya dengan heran dengan sikap Hana yang seolah-olah ngebet untuk menikah tapi tidak tega untuk melangkahi dirinya. Ia secara otomatis menghentikan kunyahannya, lalu menoleh ke arah Hana secepat kilat, "kamu ada pacar? Pacar kamu ngajak nikah?" tanyanya penuh selidik.

GamaphobiaWhere stories live. Discover now