22. Kedatangan Tamu

1.2K 163 4
                                    

®®®®®®®

Setelah selesai bersih-bersih apartemen, memasak, dan juga mandi. Ayu segera menyiapkan sarapan dan juga beberapa camilan di atas meja ruang tengah, niatnya seharian ini ia hanya ingin menonton tayangan Netflix sampai ia tertidur pulas. Ia bahkan mematikan ponselnya agar tidak diganggu siapa pun, hari ini adalah me time-nya dan tidak ada yang boleh mengacaukannya.

Ayu mengambil posisi duduk bersila di atas sofa, sebelah tangannya menopang piring berisi nasi putih dan ayam balado buatannya. Kedua matanya fokus menatap tayangan drama Korea yang ada di hadapannya.

"Assalamualaikum!"

Secara spontan Ayu menjatuhkan ayam bekas gigitannya di atas piring. Kepalanya menoleh ke asal suara dan menemukan Ajeng di sana. Detik berikutnya ia melotot terkejut.

"Mbak Ajeng?" desis Ayu setelah berhasil menguasai sedikit keterkejutannya.

"Lagi pesta kamu?" decak Ajeng sambil geleng-geleng kepala. Kedua netranya menangkap berbagai jenis snack tergelatak di atas meja, beserta kaleng soda dan sebotol air mineral dingin, "kasian amat nasib adikku."

"Mbak Ayu kapan nyampe? Terus sama siapa? Kok sendirian? Mas Akmal sama Biya mana?" cerocos Ayu sambil meletakkan piringnya.

"Satu-satu, Yu, tanyanya. Udah kayak wartawan aja kamu." Ajeng terkekeh geli lalu mengambil posisi duduk di sebelah Ayu, yang sampai saat ini masih terkejut dengan kedatangannya yang sedikit tiba-tiba ini, "nganter Biya aku, Mas Akmal tetep di Solo. Oma-nya kangen pengen ketemu ya udah aku anter, kasian udah sepuh kalau harus perjalanan jauh demi liat cucunya."

Ayu mangguk-mangguk paham lalu kembali meneruskan sarapannya yang sempat tertunda.

"Terus Mbak Ajeng ke sini naik apaan?"

"Dianter supirnya Mama."

Meski sudah bercerai dengan sang mantan suami, Ajeng tetap memanggil mantan ibu mertuanya dengan sebutan Mama.

"Kenapa nggak minta aku jemput?" tanya Ayu di sela kunyahannya.

Ajeng menghentikan niatannya untuk membuka snack, lalu menoleh ke arah Ayu dengan tatapan sinis. "Tengok hape dulu baru komen," decaknya sebal.

Ayu meringis saat ingat kalau ponselnya ia matikan. Dengan wajah malu-malu ia mengacungkan jarinya membentuk huruf V.

"Hehe, lupa. Pengen me time, Mbak, jadi hapenya aku matiin."

"Dasar kamu tuh, ya. Kebiasaan, kalau dari keluarga yang di Solo nelfon terus ngasih kabar penting gimana?" Ajeng berdecak gemas sambil mengunyah keripik singkong.

"Emang ada kabar apaan di Solo, Mbak?"

"Ya, emang nggak ada kabar apa-apa. Cuma antisipasi aja kalau ada, Yu."

Ayu kembali mangguk-mangguk sambil ber'oh'ria.

"Ngemall yuk," ajak Ajeng tiba-tiba.

Tanpa berpikir atau pun menoleh ke arah Ajeng, Ayu langsung menggeleng sebagai tanda penolakan. Weekend minggu lalu ia habiskan untuk menemui vendor dan urusan pekerjaan yang lain, jadi weekend kali ini ia ingin bersantai tanpa harus bermacet-macetan di jalanan ibukota.

"Kenapa? Nggak ada duit? Ntar Mbak traktir deh, mau beli aja ayo asal tahu diri."

"Males keluar ah, Mbak. Minggu ini jadwalnya nyantai, nggak mau kemana-mana. Capek," tolak Ayu sambil meraih botol air mineralnya.

Ia menegak air tersebut, lalu membasuh ke tiga ujung jarinya menggunakan air tersebut. Meraih selembar tisu untuk mengeringkan jari dan mengelap bibirnya yang sedikit berminyak.

GamaphobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang