27. Mission Com... eh, Failed?

1.3K 140 5
                                    


----------

Setelah selesai memasak, Ayu memanggil Randu dan juga Hana. Mengajak mereka untuk makan, Hana langsung memperkenalkan dirinya sebelum mereka makan. Terlihat jelas kalau Ayu masih canggung dengan Hana, karena kepergok sedang berada di posisi sedikit intim dengan Randu tadi. Ck. Ayu mengumpat dalam hati kala mengingat kejadian barusan. Hana pasti langsung salah paham karena tadi, siapa pun yang melihatnya pun pasti akan langsung berpikir kalau mereka memiliki hubungan spesial. Padahal kenyataannya tidak demikian.

"Wah, masakan Mbak Ayu enak banget. Pantesan Mas Randu kayak cinta mati gitu sama Mbak Ayu," puji Hana terlihat serius, sambil menikmati nasi dan ayam opor buatan Ayu.

Ayu tersenyum canggung lalu melirik ke arah Randu. Pria itu terlihat begitu khusyuk menikmati masakannya, sehingga tidak sadar kalau ia tengah menatap Randu gemas. Karena tak tahan, Ayu akhirnya menendang tulang kering Randu. Pria itu mengaduh lalu menatap Hana galak.

"Kenapa sih, Han?" protesnya tidak suka.

Hana yang tidak paham maksud sang Kakak hanya mampu menerjap bingung. "Hah?"

"Eh, bukan kamu?" tanya Randu kebingungan, ia kemudian menoleh ke arah Ayu, "kenapa?" bisiknya pelan.

Ayu melotot sambil menggertakkan giginya. Tapi Randu tidak paham dengan kode itu, pria itu terus-terusan bertanya karena bingung. Sedangkan Hana yang menyaksikan interaksi keduanya jadi merasa tidak enak. Apakah kehadirannya mengganggu sesi pedekate mereka?

"Kenapa sih?" tanya Randu kembali dengan suara normal. Ia ikut kehabisan kesabarannya.

Ayu menghela napas pendek. "Kamu jelasin sama adik kamu kalau kita nggak seperti yang dia pikirin," balasnya dengan nada berbisik, namun meski demikian Hana masih cukup bisa mendengarnya secara meski secara samar-samar.

"Han, emang kamu mikir apaan?" tanya Randu tiba-tiba namun dengan ekspresi tenang.

"Hah? Maksudnya apaan?" Hana menatap sang kakak dengan tatapan bingung.

"Mas sama Ayu. Pas liat kita, kamu mikir apaan? Ayu udah parno tuh, takut kamu mikir yang macem-macem," ujar Randu santai sambil menunjuk Ayu secara terang-terangan. Bahkan setelahnya ia kembali meneruskan kegiatan makannya yang sempet tertunda.

"Randu!" Ayu memanggil Randu dengan suara tertahan, sedikit kesal dengan sikap pria itu barusan.

Bukannya merasa bersalah, Randu malah tersenyum di sela kunyahannya. Sebelum akhirnya ia berujar, "Santai aja, Yu. Hana ini udah gede, udah paham kok. Gitu-gitu dia ini udah calon Magister loh, ya meski hilalnya belum nampak sih. Jadi nggak usah terlalu dipikirkan."

Meski sedikit kesal dengan sindiran tidak langsung dari Randu, Hana mencoba untuk tetap tersenyum sambil mengangguk. Meyakinkan Ayu agar tidak terlalu mengkhawatirkannya.

"Santai aja, Mbak. Aku tahu Mbak Ayu orang baik, meski ini pertemuan pertama kali kita," cengir Hana, "aku nggak mikir yang macem-macem kok. Aku paham," imbuhnya kemudian.

Ayu menghela napas pendek. "Tapi ku sama Kakak kamu nggak ada hubungan spesial, ya, Han."

"Belum," sahut Randu mengkoreksi.

Ayu langsung menoleh ke arah Randu dengan tatapan tajamnya. Hana yang melihat interaksi keduanya kembali merasa tidak enak. Sepertinya kedatangannya hari ini benar-benar mengacaukan sesi pedekate sang Kakak. Ya Tuhan, Hana jadi merasa bersalah.

"Berhenti bersikap seolah kamu bisa membaca masa depan, Ayu," tegas Randu dengan wajah tenangnya, "kamu tidak memiliki kelebihan itu. Paham?"

Ayu tidak merespon banyak, yang ia lakukan hanya berdecak samar dan mengumpat dalam hati.

GamaphobiaWhere stories live. Discover now