16. Pertanyaan Tidak Tepat

1.4K 185 9
                                    


######

Gilang baru saja keluar dari IGD karena tadi sempat mendapat emergency call, saat hendak kembali ke departemennya. Ia tak sengaja melihat Randu keluar dari lift. Tanpa banyak berpikir, ia langsung menghampiri pria tersebut.

"Ke mana aja sih lo, gue cariin seharian ini susah amat perasaan?"

Randu menaikkan sebelah alisnya heran. "Kenapa? Tadi anak koas minta konsul, karena beberapa hari ini ketunda terus ya udah, gue iyain hari ini. Nggak enak gue, kasian. Gitu-gitu kan dulu gue pernah kayak mereka," ia kemudian melepas jas putihnya, "ngomong-ngomong lo udah makan siang belum?"

Gilang menggeleng. "Belum. Rencana sih mau balik ke atas, mau makan sama anak-anak. Ada acara perpisahan sama Chief Residen, makan-makan gitu sih tadi. Lo belum juga? Ke Cafe depan aja, yuk, gue traktir. Sekalian gue pengen ngintrogasi lo. Kepo akut nih gue." Ia ikut-ikutan melepas jas putih miliknya sendiri.

"Lah, kalau ada acara kenapa ngajakin gue ke Cafe?"

"Ya, nggak papa belum tentu gue masih dikasih jatah. Soalnya pas pembagian tuh makanan, gue mendadak dapet emergency call."

Randu ber'oh'ria sambil mangguk-mangguk, lalu mengajak Gilang ke kantin rumah sakit.

"Ah, elah, Ran, selain kantin deh. Bosen gue, lima hari berturut-turut gue makan di kantin RS mulu," rengek Gilang menolak ajakan Randu, "ke warung mi ayam-nya Haji Jarot gue juga nggak masalah deh. Atau mau ke warung bakso urat Yu Darmi gua juga oke. Plis, selain kantin elah."

"Gue yang masalah, status pasien gue yang perlu gue review numpuk, coy, di ruangan. Mana nanti sore gue ada operasi. Nggak bisa!" tolak Randu tegas, "jauh. Kelamaan. Lo aja sono makan di sana sendiri. Gue ke kantin aja. Bye!" Tanpa memperdulikan jawaban Gilang, Randu langsung meninggalkannya begitu saja.

Dengan langkah terpaksa, Gilang akhirnya menyusul Randu.

"Katanya bosen makan di kantin?" sindir Randu sarkas, "pengen makan di warungnya Yu Darmi aja, biar sekalian bisa godain. Kenapa ngintil juga?"

"Bacot lo!" ketus Gilang sinis. Ia bahkan berjalan mendahului Gilang untuk sampai di kantin.

Begitu sampai di kantin, mereka langsung memesan makanan sesuai selera masing-masing. Randu dengan soto Betawinya, sedang Gilang memilih nasi Padang sebagai menu makan siangnya--yang sebenarnya sudah termasuk kelewat dari jam makan siang--.

"Gila, ya, dari jaman kita masih koas sampai spesialis udah kita sandang, ini kantin nggak pernah upgrade menu. Nggak ada inovasi sama sekali gitu loh, heran gue," keluh Gilang sambil menyendok sesuap nasi beserta daging rendang.

Randu berdecak kesal lalu menyumpal mulut Gilang--yang masih sedikit penuh--dengan kerupuk.

"Berisik lo, Lang, makan ya, tinggal makan aja. Nggak usah kebanyakan nyinyir, bikin nafsu makan orang ilang aja. Nggak suka makan di sini, cari tempat lain. Gitu aja repot."

Dengan wajah santainya, Gilang mengigit kerupuk yang disodorkan Randu tadi lalu mengunyahnya secara perlahan. Sisanya ia letakkan di atas piring bersandingan dengan daging rendangnya. "Enggak gitu maksud gue, bro, ini kan rumah sakit gede masa menu di kantin begini-begini aja. Harusnya kan bervariatif dikit lah. Biar nggak ngebosenin."

"Lo kalau mau protes jangan ke gue, posisi kita sama. Kita sama-sama kacung di sini," balas Randu dengan wajah memerah, efek kepedasan. Sepertinya ia terlalu banyak menuang sambel ke dalam kuah sotonya. Dengan sedikit panik ia meraih es jeruknya.

"Anjir, baru kali ini gue denger profesi dokter disebut kacung," kekeh Gilang di sela kunyahannya.

"Ya, gimana dong, kan kita praktik di RS orang, ikut aturan RS. Bukannya kalau hampir-hampir sama?"

GamaphobiaWhere stories live. Discover now