24. Menjelaskan

1.2K 155 3
                                    

~~~~~

"Yu, segitu nggak nyamannya ya, kamu kalau makan sama aku?"

Setelah hening beberapa saat, karena kedua sibuk menikmati makan malam mereka. Randu akhirnya membuka suara sambil melirik Ayu. Sebenarnya, pertanyaan ini sering kali ingin ia tanyakan, tapi baru kali ini Randu memiliki keberanian untuk bertanya secara langsung.

"Kenapa kamu mikir begitu?" tanya Ayu tanpa menoleh ke arah Randu.

"Kamu kalau makan sama aku kayak dicepetin gitu, kayak nggak dikunyah dengan benar terus kamu telen aja gitu. Kamu nggak nyaman banget makan sama aku?" tanya Randu sambil menatap Ayu serius, ia bahkan menunda suapan berikutnya.

Ayu membalas tatapan Randu. "Emang kamu tahu kalau aku makan sama orang lain kayak gimana?" tanyanya di sela kunyahan.

Randu berpikir sebentar, kemudian menggeleng ragu. Ia tidak terlalu yakin, tapi sepertinya ia belum pernah melihat bagaimana Ayu makan dengan orang lain.

"Mau aku makan sendiri atau bareng siapa pun, emang begini cara makanku, Ran," ungkap Ayu jujur.

Mau bagaimana lagi, itu memang sudah menjadi kebiasaan Ayu. Sejujurnya, ia cukup kesulitan menghilangkan kebiasaan itu kalau tidak diingatkan.

Randu menatap Ayu serius. "Jangan diterusin, mulai belajar diubah, Yu. Nggak baik, kasian lambung kamu nanti. Aku perhatiin kamu tuh kalau ngunyah nggak nyampe 25 kali lebih loh. Padahal baiknya 30-33 kali, kasian usus halus kamu nanti kesulitan buat nyerapnya juga," cerocosnya panjang, "kamu tahu nggak sih bahayanya makan nggak dikunyah dengan baik?" sambungnya dengan nada serius.

"Kamu sampai ngitung berapa kali aku ngunyahnya, Ran?" tanya Ayu tanpa perlu repot-repot menyembunyikan ekspresi terkejutnya.

Randu menggeleng. "Ngira-ngira aja sih," balasnya santai sambil mengunyah nasinya, "ayo, mulai dibiasain dari sekarang. Kunyah pelan-pelan baru telan. Oke?"

"Hmm," balas Ayu sekenanya sambil mengangguk.

Setelahnya, suasana kembali hening. Kembali fokus menghabiskan makan malam mereka dalam hening. Kali ini Randu selesai lebih dulu karena pria itu terus memperingati agar Ayu mengunyah makanannya dengan benar, tak lama setelahnya piring Ayu ikut bersih.

"Makasih udah dimasakin, aku suka. Masakan kamu cocok di lidah dan perut aku. Lain kali boleh kok dimasakin lagi," cengir Randu sambil meraih gelas dan meneguk air mineralnya hingga tandas.

"Sama-sama."

Ayu kemudian langsung berdiri dan membawa piring kotornya dan piring Randu, namun ditahan oleh Randu.

"Eh, eh, mau ngapain?"

"Cuci piring."

"Udah, kamu duduk aja. Kan aku udah numpang makan dan agak maksa, jadi jatah cuci piring biar aku aja," cegah Randu, menyuruh kembali duduk.

"Nggak usah, kamu kan udah kenyang. Langsung pulang sana!" usir Ayu sedikit bercanda. Namun ekspresinya tidak terlihat seperti orang yang sedang bercanda.

"Nggak sopan dong, masa mentang-mentang perut kenyang langsung pulang. Udah kamu pasti capek, biar aku yang cuci piringnya."

Dengan gerakan sigap, Randu langsung mendorong tubuh Ayu menuju ruang tengah. Menyuruh perempuan itu untuk menonton tayangan televisi atau acara yang sekiranya menarik.

"Terus nanti yang cuci perabot masakku aku sendiri? Percuma lah, mending aku cu--"

"Semuanya aku yang cuci, Ayu. Kamu duduk manis aja, oke?" potong Randu cepat.

GamaphobiaWhere stories live. Discover now