Gamaphobia

Galing kay Lin_iin03

87.9K 8.7K 444

Kegagalan pernikahan kedua orangtua dan Kakaknya membuat Pramesti Ayunindya takut melangkahkan hubungannya de... Higit pa

1. Pramesti Ayunindya
2. Randu Kalandra
3. Momen Akward
4. Nikahan Wisnu
5. Bujuk Rhevan
6. (bukan) Sesi Curhat
7. Break
8. Gagal Kenalan
9. Congratulations
10. Bertemu Lagi
11. Kekecewaan Ayu
12. Bertukar Pikiran
13. Kepedulian Randu
14. Strategi Randu
15. Usaha Terosss
16. Pertanyaan Tidak Tepat
17. 520?
18. Menunggu Chat
19. Korban Drakor?
20. Kondangan Sendirian
21. Oalah, Saya Pikir Siapa
22. Kedatangan Tamu
23. Masak Bareng
24. Menjelaskan
25. Mari Menjalankan Misi
26. Ke Gap
28. Gagal Ijab Sah?
29. Kesempatan?
30. Official?
31. Ketularan
32. Terima Kasih
33. Kumpul Bareng
34. Izin Nikah??
35. Oh, Oke
36. Kehilangan Kabar
37. Nasehat Ajeng
38. Mulai Terbuka
39. Jenguk Camer
40. Kehilangan
41. Nikahan Hana
42. Dipermainkan Takdir?
43. Sebut Randu Bodoh
44. Marahnya Hana
45. Penyesalan Randu
46. Akhir Cerita Kita?
47. Merayakan Kesedihan
48. Sulit Mengakui?
49. Rencana Febi
50. Final
Numpang Promo
promo again

27. Mission Com... eh, Failed?

1.3K 141 5
Galing kay Lin_iin03


----------

Setelah selesai memasak, Ayu memanggil Randu dan juga Hana. Mengajak mereka untuk makan, Hana langsung memperkenalkan dirinya sebelum mereka makan. Terlihat jelas kalau Ayu masih canggung dengan Hana, karena kepergok sedang berada di posisi sedikit intim dengan Randu tadi. Ck. Ayu mengumpat dalam hati kala mengingat kejadian barusan. Hana pasti langsung salah paham karena tadi, siapa pun yang melihatnya pun pasti akan langsung berpikir kalau mereka memiliki hubungan spesial. Padahal kenyataannya tidak demikian.

"Wah, masakan Mbak Ayu enak banget. Pantesan Mas Randu kayak cinta mati gitu sama Mbak Ayu," puji Hana terlihat serius, sambil menikmati nasi dan ayam opor buatan Ayu.

Ayu tersenyum canggung lalu melirik ke arah Randu. Pria itu terlihat begitu khusyuk menikmati masakannya, sehingga tidak sadar kalau ia tengah menatap Randu gemas. Karena tak tahan, Ayu akhirnya menendang tulang kering Randu. Pria itu mengaduh lalu menatap Hana galak.

"Kenapa sih, Han?" protesnya tidak suka.

Hana yang tidak paham maksud sang Kakak hanya mampu menerjap bingung. "Hah?"

"Eh, bukan kamu?" tanya Randu kebingungan, ia kemudian menoleh ke arah Ayu, "kenapa?" bisiknya pelan.

Ayu melotot sambil menggertakkan giginya. Tapi Randu tidak paham dengan kode itu, pria itu terus-terusan bertanya karena bingung. Sedangkan Hana yang menyaksikan interaksi keduanya jadi merasa tidak enak. Apakah kehadirannya mengganggu sesi pedekate mereka?

"Kenapa sih?" tanya Randu kembali dengan suara normal. Ia ikut kehabisan kesabarannya.

Ayu menghela napas pendek. "Kamu jelasin sama adik kamu kalau kita nggak seperti yang dia pikirin," balasnya dengan nada berbisik, namun meski demikian Hana masih cukup bisa mendengarnya secara meski secara samar-samar.

"Han, emang kamu mikir apaan?" tanya Randu tiba-tiba namun dengan ekspresi tenang.

"Hah? Maksudnya apaan?" Hana menatap sang kakak dengan tatapan bingung.

"Mas sama Ayu. Pas liat kita, kamu mikir apaan? Ayu udah parno tuh, takut kamu mikir yang macem-macem," ujar Randu santai sambil menunjuk Ayu secara terang-terangan. Bahkan setelahnya ia kembali meneruskan kegiatan makannya yang sempet tertunda.

"Randu!" Ayu memanggil Randu dengan suara tertahan, sedikit kesal dengan sikap pria itu barusan.

Bukannya merasa bersalah, Randu malah tersenyum di sela kunyahannya. Sebelum akhirnya ia berujar, "Santai aja, Yu. Hana ini udah gede, udah paham kok. Gitu-gitu dia ini udah calon Magister loh, ya meski hilalnya belum nampak sih. Jadi nggak usah terlalu dipikirkan."

Meski sedikit kesal dengan sindiran tidak langsung dari Randu, Hana mencoba untuk tetap tersenyum sambil mengangguk. Meyakinkan Ayu agar tidak terlalu mengkhawatirkannya.

"Santai aja, Mbak. Aku tahu Mbak Ayu orang baik, meski ini pertemuan pertama kali kita," cengir Hana, "aku nggak mikir yang macem-macem kok. Aku paham," imbuhnya kemudian.

Ayu menghela napas pendek. "Tapi ku sama Kakak kamu nggak ada hubungan spesial, ya, Han."

"Belum," sahut Randu mengkoreksi.

Ayu langsung menoleh ke arah Randu dengan tatapan tajamnya. Hana yang melihat interaksi keduanya kembali merasa tidak enak. Sepertinya kedatangannya hari ini benar-benar mengacaukan sesi pedekate sang Kakak. Ya Tuhan, Hana jadi merasa bersalah.

"Berhenti bersikap seolah kamu bisa membaca masa depan, Ayu," tegas Randu dengan wajah tenangnya, "kamu tidak memiliki kelebihan itu. Paham?"

Ayu tidak merespon banyak, yang ia lakukan hanya berdecak samar dan mengumpat dalam hati.

----------

"Makasih, ya, Mbak. Aku puas banget sama masakan Mbak Ayu, kapan-kapan main ke sini lagi ya, Mbak kalau aku pulang. Terus kita masak bareng. Pasti seru."

Ayu tersenyum seadanya sambil mengiyakan ajakan Hana begitu saja. Daripada ribet. Batinnya tidak ingin ambil pusing.

"Kalau gitu aku pulang dulu ya, Han. Assalamualaikum," pamit Ayu lalu keduanya cipika-cipiki khas perempuan.

"Hati-hati, ya, Mbak," pesan Hana, "sampai ketemu lagi."

"Iya. Kamu langsung istirahat sana, pasti capek abis perjalanan jauh."

Hana mengangguk setuju lalu segera berlari kecil, menaiki anak tangga menuju kamar.

"Langsung pulang sekarang?" tanya Randu yang berdiri di sebelah Ayu dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku.

Ayu menoleh ke arah Randu sebentar, lalu mengangguk. Kemudian mereka berjalan beriringan keluar rumah.

Brak!

Ayu tiba-tiba mendorong pintu mobilnya, saat Randu hendak membukakan pintu untuknya. Kening pria itu berkerut selama beberapa saat sebelum akhirnya ia mengangguk paham sambil tersenyum maklum.

"Oke, kamu bisa buka sendiri, ya."

"Bukan," jawab Ayu singkat sambil menggeleng.

"Terus? Belum rela balik? Masih mau ber--"

"Randu, plis!" potong Ayu dengan ekspresi memohon.

Randu diam. Otaknya kembali berpikir keras. Ada apa lagi dengan perempuan ini.

"Ayo, berhenti untuk saling ketemu," ucap Ayu tiba-tiba.

"Seriosly? Kamu kenapa lagi sih, Yu?"

Kali ini Randu tidak bisa menahan decakan tidak percayanya. Berhenti saling bertemu hanya karena ke gap sang adik? Astaga! Jerit Randu frustasi, tangan kanannya secara reflek menjambak rambutnya sendiri.

"Gara-gara ke gap Hana tadi? Ayu, aku udah bilang kamu--"

"No, Randu." Nada suara Ayu terdengar frustasi juga, "cepat atau lambat ini semua harus berakhir."

"Kenapa harus berakhir?" tantang Randu tidak paham, "kalau kita sama-sama nyaman?"

Secara tidak terduga, Ayu tiba-tiba menjatuhkan tas selempangnya di tanah. Kedua tangannya meraup wajahnya frustasi, detik berikutnya wanita itu berjongkok dengan suara isakan yang tertahan.

Randu cukup terkejut melihat perubahan emosi Ayu yang menurutnya terlalu tiba-tiba. Pria itu juga bingung harus bereaksi bagaimana. Pikirannya mendadak berkecamuk. Kenapa Ayu tiba-tiba menangis?

"Ayu, kamu kenapa sih?" tanya Randu terdengar khawatir.

Dengan ragu-ragu, ia menyentuh pundak perempuan itu. Randu langsung menarik tangannya saat mendengar isakan Ayu terdengar semakin kencang, saat pria itu menyentuhnya. Ia menjadi semakin bersalah.

"Aku nggak bisa, Randu."

Randu kemudian memilih ikut jongkok di samping Ayu. "Nggak bisa kenapa? Kamu kenapa? Aku bingung Ayu, kenapa kamu tiba-tiba nangis begini."

"Aku nggak mau nyaman dan berakhir saling menyakiti, Randu. Aku nggak mau." Di sela isakannya, Ayu menggeleng tegas.

"Yu."

"Ayo, berhenti sampai di sini, Randu. Aku nggak ada rencana untuk menikah, aku bahkan nggak cukup yakin kalau aku bisa untuk diajak nikah. Jadi, sebelum kita berakhir saling menyakiti, lebih baik kita berhenti. Aku nggak mau ngecewain kamu, Randu. Kamu pria baik, kamu--"

"Ayu, dengerin aku!" Randu mencengkram kedua lengan Ayu sedikit kuat, "aku udah pernah bilang kan. Aku nggak akan ngajak kamu nikah dalam waktu dekat. Oke, fine. Aku nggak munafik kalau aku memang menginginkan pernikahan dalam waktu dekat, ya, sama kamu. Aku pernah punya keinginan itu meski sekilas. Tapi semua balik lagi ke kita, balik lagi ke kamu, kalau kamu belum siap, aku nggak masalah, aku siap nunggu kamu, Ayu. Kita bisa kompromiin bareng-bareng. Oke?"

Tatapan mata Randu kali ini mulai melembut. Terlihat raut wajah putus asa di sana. Ayu tidak mengerti kenapa Randu harus seputus asa itu hanya karena Ayu memintanya untuk tidak saling bertemu.

"Mantan-mantan aku dulu juga bilangnya begitu, Randu. Mereka bilang kalau aku belum siap nggak masalah, tapi kamu tahu apa kenyataan setelah itu? Mereka semua pergi."

Ayu tiba-tiba berdiri dan menatap Randu tajam, hanya sekilas karena setelahnya ia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Randu ikut berdiri, rahang pria itu mengeras. Pertanda kalau ia sedang menahan amarahnya secara mati-matian.

"Tapi aku bukan mereka, dan aku nggak akan jadi bagian mereka. Jadi jangan samakan aku dengan mereka, kamu paham?" ucapnya tidak terima.

"Aku nggak akan nyamain kamu sama mereka kalau seandainya kita berhenti sampai di sini," balas Ayu.

"Masalahnya di sini kamu terlalu terlena dengan ketakutan kamu, Ayu. Bukan karena kamu nggak tertarik sama aku, aku mungkin akan mengabulkan permintaan kamu dengan mudah, kalau seandainya kamu nggak tertarik juga sama aku," teriak Randu frustasi. Deru napasnya terlihat naik turun karena pria itu kesulitan menahan emosinya.

Sepertinya, ini pertama kalinya Ayu melihat sisi lain Randu.

"Aku benarkan, kamu juga tertarik sama aku?" Nada suara Randu sudah kembali melunak.

"Itu tidak penting," ketus Ayu sambil memalingkan wajahnya.

"Jelas itu penting, Ayu," balas Randu tidak terima.

"Iya, aku emang tertarik juga sama kamu. Kamu puas?!"

Randu mungkin akan langsung bersorak kegirangan, kalau saja ia tidak melihat bibir Ayu yang terlihat bergetar sambil menahan tangisnya. Yang dapat dilakukan pria itu hanya menghela napas frustasi. Randu benar-benar frustasi dengan situasinya saat ini.

"Yu, aku beneran nggak ngerti sama jalan pikiran kamu. Kenapa sih harus dibikin rumit gini?" Randu bertanya dengan nada frustasi sambil memijit pelipisnya yang mendadak pening.

"Benar, kamu nggak akan ngerti."

"Kasih aku kesempatan buat ngerti kamu, Yu," pinta Randu dengan memelas.

"Nggak bisa, Randu. Aku perempuan egois."

Randu berdecak makin frustasi. "Kamu ini ngomong apaan sih?"

"Awal mulanya mungkin kamu bisa sabar nunggu aku siap kamu ajak nikah, tapi lama kelamaan kamu mungkin akan sampai di titik jenuh dan nggak sabar karena umur kamu kian bertambah dan kamu butuh sosok istri. Saat kamu sampai di titik itu, menurut kamu siapa orang yang paling menderita?" Ayu bertanya dengan nada suara lirih, Randu tidak langsung menjawab karena Ayu lebih dulu menjawab pertanyaan itu sendiri, "aku, Randu. Aku akan jadi orang yang paling menderita karena perasaan bersalah, lalu setelah itu kamu pergi mencari perempuan yang siap untuk kamu nikahi. Bayangin gimana perasaan aku saat itu?"

Bukannya iba, Randu malah tersenyum meremehkan. Kedua tangannya bersedekap. "Kamu lagi ngomongin keburukan mantan kamu, ya, Yu?"

Ayu terdiam. Perasaannya mendadak gugup karena ucapan Randu yang menohoknya.

"Aku udah bilang, jangan samain aku sama mantan kamu, Pramesti Ayunindya."

"Aku nggak nyamain kalian, aku cuma... pokoknya aku yakin hubungan kita nggak akan berhasil, karena aku yang belum tentu punya pikiran untuk nikah."

"Kamu bukan Tuhan, Ayu! Kamu nggak akan tahu apa yang akan terjadi di masa depan." Randu kembali berujar dengan nada frustasi.

"Aku capek, Randu. Aku mau pulang," ucap Ayu terdengar lelah, tangannya terulur menahan perempuan itu yang hendak membuka mobil.

"Kamu nggak bisa pergi gitu aja, Ayu. Kita belum selesai," tahan Randu.

"Udah. Aku udah nggak mau berurusan sama kamu. Semuanya udah selesai sampai di sini, plis, abis ini kita nggak usah ketemu. Dan jangan nelfon aku meski kamu butuh temen makan," ucap Ayu langsung masuk ke dalam mobil begitu saja lalu menguncinya dari dalam. Setelah itu, ia langsung meninggalkan kediaman Randu begitu saja.

Tbc,

Perempuan dan segala kerumitannya.

Revisi, Kamis 18 Februari 2021 05.08 WIB

Seperti biasanya dibantu koreksi typo yg masih suka nyelip itu🤣🤭 klo penulis lain mungkin suruh membiarkan selagi masih bisa dibaca, klo aku gk ya, aku mau dibantu soalnya meski udah berulang2 koreksi tetep aja suka keselip😭😭😭 sedih aku tuh. Dah, lah, post ini hasil nyolong hospot emak jdi gk yakin abis ini bisa fast update yak. Wkwkwk🤣🤣🤣🤣 pengen update Satya sebenernya abis ini cuma, tpi... dah lah, blom tentu pembaca sini ada jg yg ngikutin itu calon penganten🤭

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

4.3K 459 50
[Based On True Story] Orang-orang bilang takdir tak bisa diubah. Dan aku mempercayai hal itu meski ada takdir yang bisa diubah―dengan doa dan usaha t...
11.7K 937 36
"Ah! Gantengnya ya si Dama itu" "Ya Tuhan. Udah ganteng, humoris pula, idaman poll" "Liat deh stylenya! Aw, keren abis sumpah" "Untung aja masih jomb...
129K 16K 82
Tag me on Instagram @na_septiany. Gini nih kalau jadi highly sensitive person. Dicuekin sakit hati, dikasih perhatian malah bingung-Zani. "Sudahi men...
23.5K 1.4K 34
[seri bestfriend #2 -Ira-] Cover by @windastoryseries Ikhlas adalah suatu hal yang mudah diucapkan, namun sulit untuk dilakukan. -Irawati Ira dan Hen...