Gamaphobia

By Lin_iin03

87.9K 8.7K 444

Kegagalan pernikahan kedua orangtua dan Kakaknya membuat Pramesti Ayunindya takut melangkahkan hubungannya de... More

1. Pramesti Ayunindya
2. Randu Kalandra
3. Momen Akward
4. Nikahan Wisnu
5. Bujuk Rhevan
6. (bukan) Sesi Curhat
7. Break
8. Gagal Kenalan
9. Congratulations
10. Bertemu Lagi
11. Kekecewaan Ayu
12. Bertukar Pikiran
13. Kepedulian Randu
14. Strategi Randu
15. Usaha Terosss
16. Pertanyaan Tidak Tepat
17. 520?
18. Menunggu Chat
19. Korban Drakor?
20. Kondangan Sendirian
21. Oalah, Saya Pikir Siapa
23. Masak Bareng
24. Menjelaskan
25. Mari Menjalankan Misi
26. Ke Gap
27. Mission Com... eh, Failed?
28. Gagal Ijab Sah?
29. Kesempatan?
30. Official?
31. Ketularan
32. Terima Kasih
33. Kumpul Bareng
34. Izin Nikah??
35. Oh, Oke
36. Kehilangan Kabar
37. Nasehat Ajeng
38. Mulai Terbuka
39. Jenguk Camer
40. Kehilangan
41. Nikahan Hana
42. Dipermainkan Takdir?
43. Sebut Randu Bodoh
44. Marahnya Hana
45. Penyesalan Randu
46. Akhir Cerita Kita?
47. Merayakan Kesedihan
48. Sulit Mengakui?
49. Rencana Febi
50. Final
Numpang Promo
promo again

22. Kedatangan Tamu

1.2K 164 4
By Lin_iin03

®®®®®®®

Setelah selesai bersih-bersih apartemen, memasak, dan juga mandi. Ayu segera menyiapkan sarapan dan juga beberapa camilan di atas meja ruang tengah, niatnya seharian ini ia hanya ingin menonton tayangan Netflix sampai ia tertidur pulas. Ia bahkan mematikan ponselnya agar tidak diganggu siapa pun, hari ini adalah me time-nya dan tidak ada yang boleh mengacaukannya.

Ayu mengambil posisi duduk bersila di atas sofa, sebelah tangannya menopang piring berisi nasi putih dan ayam balado buatannya. Kedua matanya fokus menatap tayangan drama Korea yang ada di hadapannya.

"Assalamualaikum!"

Secara spontan Ayu menjatuhkan ayam bekas gigitannya di atas piring. Kepalanya menoleh ke asal suara dan menemukan Ajeng di sana. Detik berikutnya ia melotot terkejut.

"Mbak Ajeng?" desis Ayu setelah berhasil menguasai sedikit keterkejutannya.

"Lagi pesta kamu?" decak Ajeng sambil geleng-geleng kepala. Kedua netranya menangkap berbagai jenis snack tergelatak di atas meja, beserta kaleng soda dan sebotol air mineral dingin, "kasian amat nasib adikku."

"Mbak Ayu kapan nyampe? Terus sama siapa? Kok sendirian? Mas Akmal sama Biya mana?" cerocos Ayu sambil meletakkan piringnya.

"Satu-satu, Yu, tanyanya. Udah kayak wartawan aja kamu." Ajeng terkekeh geli lalu mengambil posisi duduk di sebelah Ayu, yang sampai saat ini masih terkejut dengan kedatangannya yang sedikit tiba-tiba ini, "nganter Biya aku, Mas Akmal tetep di Solo. Oma-nya kangen pengen ketemu ya udah aku anter, kasian udah sepuh kalau harus perjalanan jauh demi liat cucunya."

Ayu mangguk-mangguk paham lalu kembali meneruskan sarapannya yang sempat tertunda.

"Terus Mbak Ajeng ke sini naik apaan?"

"Dianter supirnya Mama."

Meski sudah bercerai dengan sang mantan suami, Ajeng tetap memanggil mantan ibu mertuanya dengan sebutan Mama.

"Kenapa nggak minta aku jemput?" tanya Ayu di sela kunyahannya.

Ajeng menghentikan niatannya untuk membuka snack, lalu menoleh ke arah Ayu dengan tatapan sinis. "Tengok hape dulu baru komen," decaknya sebal.

Ayu meringis saat ingat kalau ponselnya ia matikan. Dengan wajah malu-malu ia mengacungkan jarinya membentuk huruf V.

"Hehe, lupa. Pengen me time, Mbak, jadi hapenya aku matiin."

"Dasar kamu tuh, ya. Kebiasaan, kalau dari keluarga yang di Solo nelfon terus ngasih kabar penting gimana?" Ajeng berdecak gemas sambil mengunyah keripik singkong.

"Emang ada kabar apaan di Solo, Mbak?"

"Ya, emang nggak ada kabar apa-apa. Cuma antisipasi aja kalau ada, Yu."

Ayu kembali mangguk-mangguk sambil ber'oh'ria.

"Ngemall yuk," ajak Ajeng tiba-tiba.

Tanpa berpikir atau pun menoleh ke arah Ajeng, Ayu langsung menggeleng sebagai tanda penolakan. Weekend minggu lalu ia habiskan untuk menemui vendor dan urusan pekerjaan yang lain, jadi weekend kali ini ia ingin bersantai tanpa harus bermacet-macetan di jalanan ibukota.

"Kenapa? Nggak ada duit? Ntar Mbak traktir deh, mau beli aja ayo asal tahu diri."

"Males keluar ah, Mbak. Minggu ini jadwalnya nyantai, nggak mau kemana-mana. Capek," tolak Ayu sambil meraih botol air mineralnya.

Ia menegak air tersebut, lalu membasuh ke tiga ujung jarinya menggunakan air tersebut. Meraih selembar tisu untuk mengeringkan jari dan mengelap bibirnya yang sedikit berminyak.

"Jorok banget sih, cuci tangan di wastafle sana. Sekalian piringnya dicuci bukannya ditaro situ aja," tegur Ajeng sedikit mengomel.

"Mohon maaf, Mbak, ini apartemen saya yang nyewa. Saya juga yang bayar, otomatis saya ini si tuan rumah dan anda hanya tamu. Tuan rumah bebas, ya."

Ajeng berdecak. "Dikasih tahu juga. Aku aduin ibu kalau nanti pulang ke Solo."

"Silahkan!" balas Ayu tak mau kalah. Tangannya kemudian terulur, meraih snack potato stik lalu membukanya.

"Ya elah, Yu, masa Mbak ke Jakarta cuma duduk diem di apartemen kamu doang? Bosen lah. Mumpung nggak lagi sama Biya nih, waktunya memanfaatkan girl's time."

"Girl's time apaan? Mbak Ajeng udah nikah dua kali ya, nggak ada lagi bau-bau gadisnya," cibir Ayu.

"Asem," umpat Ajeng tersinggung, "ayo lah, temenin."

"Enggak!" tolak Ayu tegas, "Mbak Ajeng tuh minta aku temenin aslinya biar ada yang nyupirin kan? Tahu aku."

"Kalau tahu ya makanya temenin," rengek Ajeng tidak ingin menyerah.

"Enggak!" tolak Ayu dengan nada tidak ingin dibantah.

Ajeng berdecak sebal. Kedua matanya melirik sang adik yang sedang serius menatap layar tv, ia mendengkus samar setelahnya. Ide usil tiba-tiba terlintas di otaknya.

"Hubungan kamu sama dokter itu gimana? Kali ini nggak usah kelamaan pacarannya," celetuk Ajeng memberi saran secara tiba-tiba.

Ayu yang masih enggan berurusan dengan pria, terlebih Randu, jelas saja merasa kesal dan tidak mood. Sambil berdecak samar, ia kemudian berdiri sambil mengangkat piring kotornya tadi.

"Ayo, Mbak, berangkat!" ajak Ayu tiba-tiba, "aku siap-siap bentar."

"Hah? Ke mana?"

"Katanya ngemall." Ayu berdecak sambil membalikkan badannya sebentar lalu kembali melanjutkan langkah kakinya menuju dapur.

Detik berikutnya, Ajeng langsung terbahak puas. Ia tidak menyangka kalau reaksi sang adik akan demikian.

~~~~~

Setelah puas berkeliling dari toko satu ke toko yang lain, akhirnya mereka memutuskan untuk rehat sejenak di salah satu foodcourt. Meski tadi baru saja makan sebelum pergi, tapi Ayu mendadak merasa lapar lagi karena diajak Ajeng berkeliling mall. Padahal kakaknya itu tidak benar-benar belanja, hanya melihat-lihat tanpa membeli. Barang yang dibeli Ajeng hanya satu kemeja untuk Akmal dan satu stel baju lucu untuk Biya. Jujur, Ayu sedikit kesal.

"Abis ini mau nonton?" tawar Ajeng sambil meletakkan ponselnya setelah membalas pesan. Ia kembali meraih sendok dan garpunya, mulai menyantap pesanannya sembari menunggu jawaban dari Ayu.

Ayu yang sudah capek dan ingin segera tiduran, hanya menjawab dengan gelengan kepala. "Pegel aku, Mbak, pengen rebahan."

"Ck, pemalas banget sih kamu kalau udah ketemu weekend. Giliran week day kerja kayak orang gila," decak Ajeng mencibir.

Ayu tidak tersinggung apalagi marah, karena ia sendiri sedikit mengakuinya.

"Mbak Ajeng sendiri gimana? Mau langsung balik abis ini?"

"Ngikut kamu."

"Bukan, maksudnya balik ke Solo-nya kapan?" ralat Ayu sambil menggeleng.

"Besok paling. Kasian lah, Yu, kalau Biya, Mbak ajak pulang hari ini."

Ayu mengangguk, antara paham maksud Ajeng dan setuju juga. Kasian juga kalau anak seumur Sabiya diajak perjalanan Solo-Jakarta-Solo dalam waktu sehari.

"Terus Biya nginep di rumah Oma-nya apa kita jemput?"

Ajeng menggeleng sambil menyeruput minumannya melalui sedotan. "Nunggu dikabarin mungkin, nggak enak kalau nggak diminta jemput masa kita jemput. Biar Biya puas dulu kangen-kangenan sama Oma-nya juga, mereka kan udah jarang banget ketemu."

"Berarti abis ini langsung pulang, ya?"

"Masa pulang?" protes Ajeng terlihat tidak setuju, "eh, Yu, itu bukannya dokter yang waktu itu?" celetuknya tiba-tiba saat kedua netranya menangkap sesosok pria yang pernah menjenguk adiknya saat sakit waktu itu, berjalan memasuki food court bersama seorang perempuan, yang kalau boleh Ajeng tebak terlihat jauh lebih muda dari Ayu.

"Iya bukan sih, Yu? Kok mirip?"

Mendengar kata 'dokter yang waktu itu' secara otomatis Ayu menoleh, mencari sesosok yang Ajeng maksud. Detik itu juga, ia dapat melihat Randu dengan seorang perempuan yang tidak ia kenal. Gadis itu terlihat cantik dan juga manis, dress brokat selutut berwarna peach menambah kesan manis dan anggunnya. Randu sendiri terlihat mengenakan kemeja batik berwarna dasar hitam yang dipadukan celana bahan berwarna senada. Harus Ayu akui--meski sebenarnya sedikit enggan--Randu terlihat jauh lebih tampan dan juga kharismatik dengan kemeja batiknya itu. Pria itu juga terlihat cukup serasi dengan gadis yang bersamanya.

Ayu berdecih dalam hati setelah mengingat ajakan Randu kemarin. Kalau punya patner kondangan semanis itu, kenapa pula pria itu kemarin repot-repot membujuk dirinya. Membuat sisi lainnya merasakan penyesalan karena menolak ajakan tersebut.

Wait, menyesal? Kamu pasti sudah gila, Yu. Batin Ayu sambil menggeleng dramatis.

Ajeng menaikkan alisnya bingung, saat melihat gerakan kepala Ayu yang sedang menggeleng berlebihan.

Jantung Ayu mendadak seperti ingin melompat dari tempatnya, saking ia merasa begitu gugup saat Randu makin dekat. Kedua pasang mata itu sempat bertemu meski sekilas lalu keduanya sama-sama menghindari. Ayu merasakan kecewa dan juga sedikit marah di saat yang bersamaan, hanya karena pria dan teman wanitanya itu melewati mejanya begitu saja. Seolah mereka tidak pernah bertemu atau mengenal.

Ayu mendengus tidak percaya. Tanpa ia sadari kini Randu sedang menahan senyumnya secara mati-matian, sebelum akhirnya menuju kursi kosong untuknya dan juga Putri.

Banyak juga manfaat gue bareng Putri. Batin Randu sambil tersenyum puas.

Tbc,

Revisi, Rabu 17 Februari 2021 13.40 WIB. Semoga gk ada typo yg keselip😂

Revisi ulang Rabu 8 Desember 2021 05.48 WIB

Continue Reading

You'll Also Like

430K 25.3K 30
Story Kedua Neo Ka🐰 Duda Series Pertama By: Neo Ka Gayatri Mandanu itu ingin hidup simpel, tidak ingin terlalu dikekang oleh siapapun bahkan kadang...
4.3K 459 50
[Based On True Story] Orang-orang bilang takdir tak bisa diubah. Dan aku mempercayai hal itu meski ada takdir yang bisa diubah―dengan doa dan usaha t...
559K 53.3K 121
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
2.8K 282 21
Berawal dari rasa kagumku terhadap atasan di Divisi Pengembangan Bisnis tempatku bekerja. Banyak hal dari dirinya yang kusukai sejak pertama kali ber...