REVANZA (END)

By wpinaplle_

43.3K 5.2K 944

"Jangan membenci takdir karena kita hanya manusia yang tidak tau apa-apa tentang apa yang akan terjadi selanj... More

REVANZA ARFANDY BRATADIKARA
01- AWAL DARI SEBUAH KISAH
02- FILOSOFI BUNGA MATAHARI
03- KELICIKAN BARA ELVANO
04- TINGKAH ABSURD TRIO SOMVLAK
CHARACTERS
05- MENGHABISKAN WAKTU BERDUA
06- TENTANG LUKA DAN RASA SAKITNYA
07- REVAN MUNAFIK
08- KEMARAHAN FERO
09- BAGAS AGRA BRATADIKARA
10- WELCOME IN NEW HOME!
13- REVAN'S FIRST HONESTY
11- GILANG YANG TERLUPAKAN
12- DAY ONE IN SMA TARIKSA
14- LEMBARAN BARU
15- ANCAMAN SAGARA
16- KEMBALI BERULAH
17- RENCANA BUSUK FERO
18- DIA BUKAN LAWAN LO!
19- DIEM ATAU GUE CIUM?
20- SAMPAI KE PELAMINAN
22- TOLONG BERTAHAN
23- SALSA MEMPUNYAI MUSUH?
24- SANKSI DAN HUKUMAN
25- BUKAN RUMAH TAPI NERAKA
26- HAPPY BIRTHDAY DEAR!
27- SENGAJA MENGHINDAR?
28- JANGAN PERNAH SENTUH DIA!
29- SALAH MENARUH RASA
30- SEMUANYA TELAH BERUBAH
31- SEBUAH FAKTA TENTANG DIA
32- SEE YOU ORANG BAIK!
33- KEBODOHAN REVAN
34- GET WELL SOON, CANTIK!
35- KEMBALI KEHILANGAN
36- HANCURNYA DUNIA REVAN
37- TRAUMA AKAN KEHILANGAN
38- RENCANA PENGHANCURAN
39- BELUM BISA MERELAKANNYA
40- NOT LIKE OR LOVE JUST OBSESSION
41- MERINDUKAN SOSOK SEPERTI DIRINYA
42- HALUSINASI ATAU KENYATAAN?
43- DIA STELLA BUKAN SALSA
44- SATU ORANG YANG SAMA?
45- KEJANGGALAN
46- DARK LIFE AFTER SHE LEFT
47- FAKTA YANG SEBENARNYA
48- PENJELASAN
49- KEMBALI DIHANCURKAN KENYATAAN
50- BERDAMAI DENGAN SEMUANYA
51- MENGULANG SEMUANYA
52- KENYATAAN YANG MENYAKITKAN
53- KENYATAAN YANG MENYAKITKAN (02)
54- KEJADIAN KELAM DIMASA LALU
55- REVANZA BUKAN MARVENZO
56- PERIHAL PERJODOHAN
57- ENGAGEMENT
57. ENGAGEMENT (END)

21- MENGHILANG?

597 58 1
By wpinaplle_

Kita hanyalah sepasang luka yang terus dipaksa baik-baik saja oleh dunia. Sekumpulan aksara yang menggambarkan rumitnya kehidupan dunia. Selayaknya Daksa dan Atma yang saling melengkapi segala kekurangan kita berdua”

_Revanza Arfandy Bratadikara

21- Menghilang?

Mentari pagi telah menyapa, sinar jingga nya yang menghangatkan bumi kini sudah berubah menjadi sinar yang cukup terik dibadan.

Hari sudah pukul 06:15 yang artinya sudah waktunya untuk berangkat sekolah. Seperti biasanya salsa berangkat bersama Saga menggunakan motor ninja hitam milik saga.
Deruan motornya kini telah terdengar dari arah depan rumah, dengan segera Salsa bangkit dari duduknya kemudian ia beranjak pergi ke luar rumah.

"Ayok ga" ajak Salsa setelah sampai disampingnya.

"Ayok Sa keburu─" belum sempat melanjutkan perkataannya saga dikejutkan oleh luka yang ada di sudut bibir Salsa.

"Loh ini kenapa?" Tanya Saga seraya menyentuh luka itu. Wajah saga nampak sangat khawatir melihatnya.

"Eh ga berangkat sekarang aja yok udah hampir terlambat nih" salsa melirik sekilas ke jam tangannya.

"Jawab dulu ini kenapa?" Saga menatapnya penuh interogasi.

"Emm.... Kena pukul orang" jawab salsa lirih

"Hah?! Kok bisa?" Saga semakin mendekatinya membuat salsa harus mundur beberapa langkah kebelakang.

"Kemarin pas gue pulang bareng Revan ada geng motor yang nyerang kita yaudah baku hantam deh hehe" salsa menggaruk tengkuknya yang tak gatal sungguh ia sangat ketakutan saat ini dikarenakan ekspresi wajah saga yang tampak menyeramkan dengan tatapan mata setajam elangnya.

"Astaghfirullah Salsa" saga mengusap wajahnya gusar ia tidak habis pikir dengan gadis didepannya ini.

"Bisa-bisanya Lo berantem sama geng motor?!! Inget Lo itu cewek Sa kalo Lo kenapa-kenapa gimana hah?" Saga terus memarahi Salsa.

"Ya maaf, mau gimana lagi mereka kurang ajar soalnya"

"Apapun itu Lo nggak boleh lawan mereka sendiri oke? Minta bantuan Revan atau nggak si kampret itu"

Mendengar perkataan Saga, ia sontak mendongak menatap laki-laki itu kebingungan "si kampret?" Tanya Salsa.

"Iya si kampret yang sukanya bilang 'kita nggak pren!' gitu" Saga menirukan gaya bicara Gilang.

"Hahahaha itu Gilang Saga... Bukan si kampret!" Salsa tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi saga yang begitu lucu menurutnya.

"Yaudahlah Terserah yang penting jangan diulangi lagi ntar Lo bonyok siapa yang disalahin? Gue Sa" peringat Saga dengan ketus.

"Iya deh maaf" ucap Salsa dengan menundukkan kepalanya.

"Yaudah yok berangkat" setelah mengatakan itu saga memberikan salah satu helm Nya kepada Salsa.

"Ayok" salsa menerima helm itu kemudian ia memakai nya. Dia naik di atas motor saga dengan perlahan sesaat setelahnya mereka berdua pergi menuju ke sekolahnya.

Jalanan cukup ramai sekarang kebanyakan di dominasi oleh orang-orang yang sibuk akan aktivitas nya. Sepanjang perjalanan Salsa dan Saga hanya ada keheningan semata tak ada percakapan yang keluar dari mulut mereka berdua.

10 menit berlalu akhirnya mereka sampai di tempat tujuan yaitu SMA TARIKSA. Salsa turun dari motor Saga agar memudahkan pria itu memarkirkan kendaraannya. Setelah selesai dengan motornya kemudian mereka berdua berjalan memasuki sekolah.

"Ga lo marah sama gue?" Tanya Salsa dengan ragu-ragu pasalnya dari tadi laki-laki itu hanya terdiam membisu.

"Nggak" Sahutnya singkat

"Terus kenapa diem aja?" Salsa menatapnya penuh tanya.

"Ya emang gue harus gimana? Jingkrak-jingkrak gitu?"

Salsa sontak tertawa mendengar Jawaban dari Saga "Hahaha lawak Lo ga"

"Ck!" Saga berdecak sebal.

"Salsa!!!!" Fira berteriak dari kejauhan memanggil namanya sontak Salsa pun melambaikan tangannya Seraya tersenyum lebar ke arah Fira.

"Tungguin!" Fira berlari menghampiri mereka berdua, Salsa yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya disertai dengan kekehan kecil.

"Huftt capek" Fira mengatur nafasnya setelah sampai disebelah sahabatnya itu.

"Dasar bocil" sarkas Saga saat melihat Fira yang sedang menahan lelah disana. Fira nampak seperti anak kecil yang sedang kelelahan dikarenakan tinggi badannya hanya 150 cm.

"Ngomong apa Lo kulkas? Coba ulangin lagi" Fira mendekatkan telinganya ke wajah Saga.

"Bocil!" Ledek Saga dengan ketus.

"Dasar kulkas 2 pintu! Lemes amat tu mulut" Fira menatapnya tajam seraya berkacak pinggang.

"Biarin"

"Gue ke kelas dulu Sa. Males ada bocil disini" setelah mengatakan itu Saga berlalu meninggalkan Fira yang masih menahan emosinya.

"Dasar kulkas! Triplek! Muka datar!!" Umpatan-umpatan itu Keluar dari mulut Fira dengan entengnya.

"Lemes amat tu mulut!!" Sahut saga setelah membalikkan badannya menghadap mereka berdua.

"Hihh dasar ni anak pagi-pagi udah bikin emosi!! Sini Lo ga" Fira hendak berlari mengejar Saga yang tengah mengejek dirinya dengan menjulurkan lidahnya akan tetapi Salsa tiba-tiba memegangi tangannya.

"Udah Ra biarin aja Saga emang gitu orangnya nyebelin hahaha"

"Gedek gue sama dia" Fira menunjuk Saga yang telah berjalan menjauhi nya.

"Sabar aja Ra"

"Yuk masuk kelas bentar lagi bel soalnya" ajak Salsa seraya menarik tangan Fira dengan lembut.

Terdengar helaan nafas pasrah dari Fira kemudian ia mengangguk sebagai jawaban atas ajakan Salsa. Mereka berdua masuk kedalam kelasnya saat tiba di ambang pintu tiba-tiba seseorang menabrak Salsa.

"Awhhh" Salsa mundur beberapa langkah seraya mengibaskan bajunya yang terkena kopi panas.

"Ups, sorry sengaja"

Salsa mendongak menatap orang yang telah menabraknya "Nabilla?" Gumamnya.

"Iya gue kenapa? Nggak terima hmm?" Nabilla menjawab dengan nada sombongnya.

"Dasar Mak Lampir pagi-pagi udah cari masalah! Sini Lo" Fira maju mendekati Nabilla kemudian gadis itu menarik rambut Nabilla dengan sangat kencang. Karena tidak terima Nabilla membalas menarik rambut Fira tak kalah kencangnya. Bola mata Salsa membulat sempurna melihat adegan itu. Ia berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan mereka berdua akan tetapi Fira terlalu marah kepada Nabilla akibatnya mereka berdua tak bisa dilerai.

"Eh eh! Kenapa nih kok berantem?!!" Tanya Revan saat berada di samping Salsa.

"Loh Sa kenapa baju Lo basah?" Arbi mengernyitkan keningnya. Sontak Revan menoleh ke arah gadis disampingnya itu.

Mata Revan membola sempurna melihatnya dengan segera Revan melepas alamanter nya kemudian memakainya ke salsa untuk menutupi perutnya yang basah terkena kopi.

"Lohh" Salsa terkejut dengan apa yang dilakukan Revan kepadanya.

"Pake dulu" Ucapnya

"Stop Ra! Jangan berantem" Gilang terus menarik tangan Fira berniat untuk menjauhkan Fira dari Nabilla yang masih tersulut emosi.

"Tahan emosi Lo!" Gilang menatap tajam ke arah Fira.

"Gimana gue bisa nahan emosi! Dia udah keterlaluan Lang" sahut Fira dengan dada yang menggebu-gebu.

"Lang beliin seragam baru buat Salsa" Revan memberikan dua lembar uang kertas berwarna merah muda ke Gilang.

"Yok Ra ikut gue" Gilang menggandeng tangan Fira kemudian mereka berdua melenggang pergi meninggalkan kerumunan yang ada disana.

"Ayok ke toilet" ajak Revan seraya menggandeng tangan Salsa dengan erat.

"Eh iya ayok" Kemudian mereka berdua berjalan menuju ke toilet. Namun Revan merasa jika langkah Salsa terlalu lamban. Revan menatap gadis itu dengan intens salsa yang melihat itu hanya mengernyitkan keningnya.

"Kenapa?" Tanya Salsa

Revan mulai menyunggingkan senyumnya, sesaat setelahnya Revan menggendong Salsa ala bridal style sontak salsa membelalakkan matanya terkejut.

"Turunin gue Van!!" Salsa terus memukuli dada bidang milik Revan.

"Diem dulu" sahut Revan tanpa mengalihkan pandangannya.

"Turunin Revan malu ih!!" Salsa terus memberontak dalam gendongan Revan.

"Diem cantik ntar kita bisa jatuh kalo Lo terus berontak kayak gitu.." Revan menatapnya lekat dengan senyuman manis menghiasi wajahnya.

"Dasar! Turunin gue nggak, Turunin!!!" Salsa memukuli wajah Revan berkali-kali bukannya marah Revan justru terkekeh kecil melihat nya.

"Syuttt gaboleh gitu cantik. Diem dulu yaaa" peringatnya dengan lembut.

"Tapi malu Revan"

"Malu sama siapa coba? Orang kita pake baju kalo kita nggak pake baju baru malu" ujar Revan dengan nada menggodanya.

Salsa yang mendengar itu langsung menatap Revan dengan tajam kemudian ia menyentil mulut Revan dengan keras. Membuat laki-laki itu meringis kesakitan.

"Aduh sakit tau"

"Punya mulut itu dijaga gausah ngomong sembarangan!" Omel Salsa dengan ketus.

"Percuma ganteng kalo nggak bisa jaga omongan!" Sambungnya. Revan yang mendengar itu langsung tersenyum lebar ke arahnya.

"Shit!" Gumam Salsa lirih. Ia terus merutuki dirinya bisa-bisanya berkata seperti itu didepan orangnya langsung. Rasanya seperti ingin menghilang saat ini juga.

"Oh jadi gue ganteng ya?" Wajah Revan memerah karena menahan tawanya.

"Gue emang Ganteng dari lahir si" Revan mengangkat dagunya.

"Dih PD banget Lo"

"Loh emang bener kok hahaha" salsa yang mendengar itu hanya memutar bola matanya malas.

"Kok berhenti?" Tanya Salsa saat merasa Revan tak lagi melanjutkan langkahnya.

"Lah kan udah sampai" Revan menatap wajah salsa dengan intens.

"Oh udah sampai ya" Salsa mengedarkan pandangannya dan benar saja mereka telah sampai didepan toilet wanita.

"Terus? Lo nggak mau turun gitu? Bersihin badan Lo dulu ntar kita main gendong-gendongan lagi"

"Ck! Apaansi Van" decak Salsa seraya turun dari gendongan Revan.

Salsa hendak melepaskan alamanter Revan akan tetapi laki-laki itu tiba-tiba menutup matanya menggunakan kedua telapak tangannya "Ehhh didalem aja lepasin nya" peringat nya

"Kenapa?" Tanya salsa penuh heran

"kalo dilepas baju Lo nembus jadi keliatan tanktop pink nya" sahut Revan dengan nada tinggi. Salsa terdiam kaku mendengar nya sungguh dirinya sangat malu sekarang.

"Dasar mesum!!!" Teriak Salsa kemudian ia berlari memasuki toilet itu dengan rasa malu yang terus menghinggapi dirinya.

*   *   *   *   *

"Jadi bagaimana pak Fardhan apakah anda tertarik untuk bekerjasama dengan perusahaan kami?" Tanya Fero kepada Fardhan─Rekan kerjanya sekaligus temannya itu.

"Dasar kamu Fero seperti dengan siapa saja sudah pasti aku akan bekerjasama dengan mu" Fardhan terkekeh di akhir kalimat.

"Hahaha baiklah"

"Tapi dengan satu syarat" Fardhan mulai menampakkan ekspresi seriusnya.

"Apa itu?" Tanya Fero dengan penasaran

"Kau harus menikahkan anakmu dengan anakku, bagaimana apakah kau setuju?" Sahutnya dengan Santai.

"Mengapa harus seperti itu?" Tanya Fero tak kalah seriusnya.

"Karena anak gadis ku itu sangat menyukai anak mu dari dulu sampai sekarang" Sahutnya

"Bagaimana?" Fardhan mengangkat sebelah alisnya.

"Tapi siapa yang kau maksud?" Fero menatapnya penuh tanya.

"Sebentar akan ku tunjukkan fotonya" Fardhan mengambil handphone dari sakunya kemudian ia menekan tombol galeri dan menunjukkan sebuah foto kepada Fero.

"Dia?" Tanya Fero

"Iya. Pastikan dia mau menjadi kekasih anakku dan aku akan melanjutkan kerjasama ini, jika tidak akan ku batalkan. Bagaimana?" Fardhan berbicara penuh penekanan, sifat liciknya dari dulu memang tidak pernah hilang.

"Baiklah aku akan membujuknya agar dia mau menjadi kekasih anak mu" sahut Fero.

"good let me know as soon as possible so we can continue this cooperation well" Fardhan tersenyum miring ke arah Fero.

"yes I will inform you as soon as possible so we can work together" ucap Fero dengan santainya.

"Bagus kalau begitu saya permisi, masih banyak urusan yang harus ku urus. Terimakasih dan sampai jumpa di lain waktu" pamit Fardhan sembari merapikan kembali jas nya.

"Baiklah" kemudian mereka berdua berjabat tangan sebagai tanda perpisahan.

*   *   *   *   *

"Balik sekarang sa?" Tanya Saga saat sampai disamping Salsa. Jam sekolah telah usai beberapa menit yang lalu. Kini semua murid telah berkurang dikarenakan telah pulang ke rumahnya masing-masing.

"Bentar gue ada jadwal piket" Salsa tersenyum lebar ke arah Saga.

Saga yang mengerti maksud dari senyuman Salsa hanya menghembuskan nafas kasar kemudian ia tersenyum tipis "iya deh gue tungguin"

"Yes makasih Saga!" Salsa berlari masuk kedalam kelasnya. Ia mulai menyapu, merapikan meja kemudian membuang sampah yang berceceran dilantai. Didalam kelas itu hanya terdapat Salsa seorang diri sedangkan anggota piket yang lainnya melarikan diri entah kemana.

"Sa gue ke toilet bentar ya!" Pamit saga dengan berteriak di ambang pintu kelas.

"Iya!!" Sahutnya. Dengan segera Saga melangkahkan kakinya menuju toilet. Sekolah benar-benar telah sepi sekarang bahkan kendaraan yang terparkir hanya tersisa beberapa saja.

Salsa keluar dari kelasnya menuju ke kantin sekolah. Dirinya sangat haus setelah membereskan seluruh ruangan kelasnya. Saat sampai di koridor tiba-tiba Bara dan teman-temannya memberhentikan langkah salsa.

"Hai cantik mau kemana nih?" Tanya Vino dengan mengedipkan sebelah matanya.

"Bukan urusan Lo!" Sahut salsa dengan ketus.

"Jangan marah-marah dong sayang nanti cepet tua loh" Reno mencolek dagu Salsa sontak gadis itu menepis tangan Reno dari wajahnya.

"Gausah sentuh-sentuh gue" Salsa menatap mereka bergiliran.

"Sensi amat mbak" Bara memutari salsa dengan tatapan terus menelisik tubuhnya itu.

"Jangan macem-macem sama gue!" Peringat Salsa dengan nada tinggi.

"Kita nggak akan macem-macem sama Lo kok. Tapi kita mau main-main bentar" bara berjalan mendekati Salsa refleks gadis itu mundur beberapa langkah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Shit!" Gumam Salsa saat langkahnya terhenti karena terdapat tembok dibelakangnya. Bara yang melihat itu hanya tersenyum menyeringai ke arahnya.

Tubuh bara semakin mendekat tangannya mengunci tubuh salsa yang hanya berjarak tipis darinya. Bara memiringkan kepalanya hendak mencium bibir gadis itu akan tetapi perbuatannya terhenti karena seseorang memukul wajahnya dengan keras.

Bara terhuyung ke belakang dengan sigap kedua temannya itu menangkap tubuh bara yang kehilangan keseimbangan.

"Gausah macem-macem sama dia! Berani Lo sentuh dia, habis nyawa Lo" Revan menatapnya tajam, tangannya terus mengepal kuat.

"Cabut" perintah bara kepada kedua temannya. Mereka pun melenggang pergi meninggalkan Salsa dan Revan disana.

"Lo nggak apa-apa kan sa? Dia belum nyentuh Lo kan?" Wajah Revan nampak sangat khawatir sekarang.

"Gue nggak apa-apa kok Van makasih ya udah nolongin gue" salsa tersenyum tipis.

"Iya santai sa" sahut Revan.

Saga memasuki salah satu ruangan toilet itu. Setelah selesai buang air kecil, Saga kemudian mencuci mukanya agar segar kembali. Setelah dirasa cukup ia berjalan menuju ke kelas XI IPA 1 untuk menemui gadis itu kembali.

Saga berjalan dengan Santainya, sesekali dia bersiul untuk menghilangkan rasa jenuh nya. Saga melirik sekilas jam tangannya ternyata ini sudah memasuki pukul 15:45 WIB. Dia mempercepat langkahnya agar mereka berdua tidak pulang terlalu sore.

Sesampainya di kelas XI IPA 1 Saga mengernyitkan keningnya karena pintu kelas itu telah tertutup rapat. Dia melihat ruang kelasnya dari jendela namun tidak ada siapa-siapa disini.

"Loh salsa mana?" Gumamnya.

"Masa iya dia pulang duluan" ucap Saga seraya berkacak pinggang.

Saga melangkahkan kakinya menuju pintu kelas itu. Netra nya menangkap secarik kertas yang tertempel disana. Dengan segera Saga mengambil kertas itu dan membacanya.

'Saga.. gue pulang duluan ya sama Revan soalnya tiba-tiba ada urusan mendadak. Maaf banget ya'

Begitulah kira-kira tulisan yang tercantum di kertas itu. Saga meremas kertas itu dengan kuat. Hatinya sesak setelah membacanya. Entah mengapa Saga tidak menyukai jika Salsa berdekatan dengan Revan.

Saga menyimpan kertas itu disakunya kemudian ia melenggang pergi menuju ke parkiran sekolah.

Saga melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Hatinya sangat kacau sekarang. Tak perduli dengan ramainya jalanan sekarang saga malah menambah kecepatan motornya itu.

Saat sampai di depan komplek dirinya melihat Revan dan teman-temannya sedang berada di taman, kemungkinan mereka sedang bermain game disana.

Saga yang melihat itu hanya mengernyitkan keningnya "loh Revan kok udah sampai dirumah terus Mabar lagi sama temen-temennya. Masa iya Salsa pulang bareng dia?" Gumamnya.

Saga berjalan ke arah taman bermaksud untuk bertanya kepada Revan tentang keberadaan Salsa.

"Loh Lo saga kan temennya Salsa?" Tanya Gilang saat melihat saga bergabung dengan mereka bertiga.

"Iya gue Saga" ucap Saga dengan dingin.

"To the point aja Lo tadi pulang bareng Salsa?" Saga menatap Revan dengan lekat.

"Hah? Nggak gue nggak pulang bareng Salsa kok"

"Hah kok bisa??!" Saga terkejut mendengar penuturan Revan.

"Ya gue emang nggak pulang bareng dia. Emang tadi sempet nawarin pulang bareng tapi katanya dia ada jadwal piket terus nggak enak sama Lo" jelas Revan.

"Wait" saga mengeluarkan kertas yang tadi ia ambil di depan pintu kelas Salsa.

"Terus ini apa?" Saga memberikan kertas itu kepada Revan. Karena penasaran Revan membaca kertas itu sesaat setelahnya kening Revan berkerut menandakan ia kebingungan dibuatnya.

"Loh kok gini padahal gue sama sekali nggak pulang bareng Salsa iya kan Lang, Bi?" Revan menoleh menatap kedua temannya itu sementara mereka berdua hanya menganggukkan kepalanya singkat.

"Ya ampun sa Lo kemana sih?" Saga mengusap wajahnya frustasi. Tiba-tiba saga terlintas ide untuk menelpon gadis itu dengan segera saga mengambil handphone nya kemudian menekan call pada nomer salsa.

"Gimana?" Tanya Revan dengan raut wajah tak kalah khawatir nya.

"Nggak bisa kemungkinan HP dia mati" Saga semakin panik, hatinya tak tenang dan pikirannya bertambah kacau setelah kejadian ini.

"Salsa ada masalah sama anak di sekolah nggak?" Arbi yang sedari tadi terdiam kini membuka suaranya.

Revan terdiam sejenak mencerna omongan yang Arbi katakan barusan. Pikiran nya tertuju pada kejadian tadi saat berada disekolah.

"Bara! Gue harus ketemu bara" Revan bergegas membenahi barang-barangnya. Revan, dan Arbi mengambil motornya masing-masing kemudian mereka semua beranjak pergi meninggalkan taman.

*   *   *   *   *

Hai semua maaf untuk keterlambatan update nya ya soalnya aku juga masih PAS jadi masih fokus sama itu duluuu:)

Sebagai gantinya chapter ini panjang banget sih menurut aku jadi impas lah wkwk.

Maaf kalau banyak typo ya:v

Udah segini dulu hehe see you next chapter<3

•TBC•

Continue Reading

You'll Also Like

GAFIN By vina

Teen Fiction

30.7K 3.3K 32
Spin off cerita Rayan, kamu bisa baca terpisah, tidak harus membaca cerita Rayan terlebih dahulu. start : 18 Februari 2023
463K 24.6K 55
Siapa bilang kalau cowok gak punya rahasia? Start : 16 April 2020 End : 23 Agustus 2020 [Aku gak suka kalau ceritaku dicopas karena itu aku gak perna...
2.6M 127K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
4.2K 2.2K 60
Jefano Argantara, cowok tampan dan pintar membuatnya jadi Most Wanted di sekolahnya, yaitu SMA National High School atau SMA NHS. Meskipun pintar Jef...