Mikaella

By Keyla_NH

554K 35K 722

[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ] Mikaella, wanita berumur 23 tahun yang merupakan seorang Fashion Designer sukses. Bisa dikatakan... More

Mikaella ~ Prolog
Mikaella ~ 01
Mikaella ~ 02
Mikaella ~ 03
Mikaella ~ 04
Mikaella ~ 05
Mikaella ~ 06
Mikaella ~ 07
Mikaella ~ 08
Mikaella ~ 09
Mikaella ~ 10
Mikaella ~ 12
Mikaella ~ 13
Mikaella ~ 14
Mikaella ~ 15
Mikaella ~ 16
Mikaella ~ 17
Mikaella ~ 18
Mikaella ~ 19
Mikaella ~ 20
Mikaella ~ 21
Mikaella ~ 22
Mikaella ~ 23
Mikaella ~ 24
Mikaella ~ 25
Mikaella ~ 26
Mikaella - 27
Mikaella ~ 28
Mikaella ~ 29
Mikaella ~ 30
Mikaella ~ 31
Mikaella ~ 32
Mikaella ~ 33
Mikaella ~ 34
Mikaella ~ 35
Mikaella ~ 36
Mikaella ~ 37
Mikaella ~ 38
Mikaella ~ 39
Mikaella ~ 40 [END]
Mikaella ~ Epilog
SEQUEL!!!

Mikaella ~ 11

12.3K 858 14
By Keyla_NH

Vote & comment please... jangan jadi dark readers:)

















"Gak perlu, saya cuman mau ambil laptop dan beberapa berkas yang ketinggalan," ucap Zen dibalas anggukan oleh wanita itu.

Setelah itu, Zen langsung pergi menuju ke lantai 2, lebih tepatnya ke kamarnya. Ia langsung mengambil laptop dan juga berkas-berkas penting yang akan dibawa ke kantornya.

Ia kembali menghampiri Mika, duduk disebelah wanita itu, baru saja ia duduk, Mika langsung berdiri.

"Ayok," ajak Mika.

"Buru-buru amat, bentar dulu lah, capek gue." Zen menarik tangan Mika agar wanita itu kembali duduk disebelahnya.

"Bi..." Zen memanggil Bi Asri.

"Iya, Tuan." Bi Asri datang menghampiri Zen.

"Bi, tolong buatin ice chocolate ya, dua— eh lo mau itu juga kan? Gak mau yang lain?"

Mika memutar kedua bola matanya jengah. "Gue mau ke Butik!"

"Iya sebentar, sabar, mau minum yang lain atau itu aja?"

"Itu aja."

"Makan?"

"Gak."

"Cemilan?"

"Gak."

"Mau kue gak—"

"GAK ZEN!"

Zen menyengir seperti tak berdosa. "Okey, itu aja Bi, tolong ya Bi."

"Baik, Tuan, sebentar ya." Bi Asri pun pergi ke dapur untuk membuatkan minuman.

"Em— Zen?"

Zen menaikkan sebelah alisnya. "Iya?"

"Cewek yang tadi nyamperin lo itu siapa?" tanya Mika to the point.

Zen terkekeh. "Bukan siapa-siapa, cemburu ya lo."

"Dih, gue kan cuman nanya, ya heran aja sih, kok dia manggil lo 'Tuan', emangnya dia pembantu juga disini?" tanya Mika lagi, entah mengapa Mika mendadak menjadi kepo seperti ini.

Zen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gimana ya jawabnya."

"Gak masalah sih kalau lo gak mau jawab—"

"Dia bukan pembantu disini."

"Terus?"

"Dia keponakannya Bi Asri, baru aja sih pindah kesini, em... sekitar tiga bulanan mungkin, tadinya dia tinggal di kampung, tapi karena dia kuliah disini dan untuk mengirit biaya kost, ya udah tinggal disini aja, sekalian bantu-bantu Bi Asri kan," jelas Zen panjang lebar.

Mika membulatkan mulutnya membentuk huruf 'O'.

"Kenapa lo gak sama dia aja? Dari tatapan dia ke lo, kayaknya dia suka sama lo, lagian dia not bad lah," ucap Mika.

Zen diam sejenak, ia menatap Mika dalam membuat wanita itu mengalihkan pandangannya. "Gue maunya lo, bukan dia, gimana sih lo, aneh."

"Tapi gue gak mau sama lo, Zen. Gue gak suka sama lo," sahut Mika.

"Ya gak masalah, gue suka sama lo, itu hak gue kan? Lo gak suka sama gue ya itu hak lo juga. Suka-suka gue lah mau suka sama siapa."

Lihat, betapa menyebalkannya lelaki ini. Mengapa Mika bisa bertemu dengan lelaki modelan seperti Zen.

"Lo gak boleh suka sama gue!"

"Lah, ngatur lo, terserah gue lah," sahut Zen acuh.

Mika memutar kedua bola matanya jengah. "Lo gak risih apa serumah sama lawan jenis yang bisa dibilang umurnya gak beda jauh sama lo dan gak ada hubungan keluarga."

"Biasa aja sih, lagian kan gue sibuk sama dunia gue sendiri, begitu juga dengan dia, sibuk sama dunia perkuliahannya. Palingan dia bantuin Bi Asri kerjaan yang ringan-ringan doang," jelas Zen.

"Permisi, Tuan, ini minumannya." Bi Asri kembali, ia membawa sebuah nampan berisi 2 gelas ice chocolate dan menaruhnya diatas meja.

"Makasih ya, Bi. Oh iya, kenalin, ini Mika, calon istri saya, siapa tau ntar dia kesini kan pas gak ada saya, biar Bibi gak bingung," ujar Zen memperkenalkan Mika kepada Bi Asri.

Mika menatap Zen tajam lalu memukul lelaki tersebut. "Siapa yang mau jadi istri lo sih."

"Jadi ini calon istrinya Tuan Zen? Cantik ya. Non Mika, perkenalkan, saya Bi Asri, pembantu di rumah ini."

Mika tersenyum canggung. "Iya, Bi."

"Saya mau balik ke dapur ya, Non, Tuan, permisi." Bi Asri pun kembali ke dapur, sesampainya didapur ia melihat keponakannya yang sepertinya habis minum.

"Tadi yang sama Tuan Zen siapa, Bu?" tanyanya. Wanita itu bernama Citra Meylandari atau Citra, ia berumur 20 tahun dan kini ia kuliah jurusan manajemen, semester 4. Ia memanggil Bi Asri dengan sebutan 'Ibu', hal itu karena ia memang sudah sangat akrab dengan Bi Asri.

"Oh itu, Non Mika, calon istrinya Tuan Zen."

Uhuk! Uhuk! Citra terserak salivanya sendiri, cepat-cepat ia mengambil segelas air lalu meminumnya.

"Calon istri?" tanyanya memastikan.

Bi Asri mengangguk. "Iya, kenapa?"

"Gak apa-apa, Bu, kaget aja, kan Tuan Zen gak pernah bawa perempuan ke rumah, bahkan Ibu yang dari dulu kerja disini aja gak pernah liat Tuan Zen bawa perempuan kerumah kan, tiba-tiba bawa perempuan kerumah eh taunya calon istri, kaget aja sih, hehe," ucap Citra.

Bi Asri tersenyum kecil. "Keliatannya Non Mika baik, semoga mereka berjodoh ya."

Citra tersenyum canggung. "Iya Bu, Aamiin."

Kembali ke Mika dan Zen, keduanya kini hanya diam-diaman, Mika sudah sangat jenuh ingin kembali ke Butik, namun Zen masih sibuk memainkan handphonenya.

"Gue pesen taksi online aja deh ya? Lo belum mau pergi kan? Gue duluan."

"Eh—" Zen menahan Mika, ia memegang pergelangan tangan gadis itu. "Gue anter, ayok."

Mika menghembuskan nafasnya kasar. "Huft, dari tadi kek."

Zen mengacak rambut Mika sampai berantakan. "Marah-marah mulu lo."

Hal itu membuat Mika sangat kesal, ia merapikan rambutnya, Zen yang melihat Mika merapikan rambutnya pun ikut membantu wanita tersebut.

"Gak sopan," ketus Mika.

"Iya-iya maaf, ya udah ayok," ajak Zen, ia langsung berjalan, tak lupa menggenggam tangan Mika.

***

"Udah lunas ya, gak usah ganggu gue lagi," ucap Mika karena ia merasa sudah menuruti kemauan Zen.

"Belum lunas, kan belum halal," jawab Zen santai.

"Mending lo pergi sekarang, atau mau gue panggil satpam buat ngusir lo?"

"Iya ini mau pergi kok." Zen melirik kearah jam tangan berwarna hitam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Gue telat meeting!" panik Zen.

Mika tertawa pelan. "Ya udah sana."

"Ntar pulangnya mau bareng gak?"

"No, thanks. Gue bawa mobil."

"Gak apa-apa, ntar gue suruh supir pribadi gue untuk antar mobil lo kerumah—"

"Gak usah, makasih. Gue bisa sendiri."

Zen menghela nafasnya lalu ia mengangguk pelan. "Okey... gue ke Kantor dulu ya, bye."

Begitu Zen pergi, Mika pun masuk kedalam Butik, baru saja ia masuk, beberapa karyawannya menyorakinya.

"Cieee..."

"Kalian kenapa?"

"Kayaknya bentar lagi kita bakal dapat undangan nih," celetuk salah seorang karyawan Mika.

"Undangan apaan."

"Ya pernikahan—"

"Gak! Gak ada yang mau nikah, udah ah, saya mau ke ruangan saya dulu." Setelah itu, Mika langsung pergi ke lantai 2 dan masuk kedalam ruangannya.

Mika merasa dirinya sangat tidak beruntung hari ini. Bahkan ia terjebak di situasi yang rumit, semua orang mengira ia adalah calon istri Zen, padahal, untuk berpacaran dengan lelaki itu pun ia tak mau, apalagi jika harus menikah.



















Aduh makin seru nih hahaha semuanya pada ngira Mika calon istrinya Zen. Kira-kira, Zen mampu gak ya luluhin hatinya Mika🤭

Jangan lupa vote dan komen ya-! Biar aku semangat lanjutin ceritanya<3

Continue Reading

You'll Also Like

28.3K 1.8K 24
Mungkin memang sudah takdir, karena sebuah kesalahan Detektif hebat dari Timur pun akhirnya kembali. Tapi sadarkah bahwa ada hati yang terluka. SELES...
6.6K 302 2
WARNING!! bxb area cerita ini mengandung 🔞 anak dibawah umur dilarang membaca cerita ini semua alur cerita ini hanya karangan semata
214K 11.2K 51
berpisah selama 10 tahun lamanya, apakah status yang awal mulanya mereka jaga akan tetap ada? jawabannya tidak karena nyatanya hubungan jarak jauh i...
2.3K 135 34
Alisa sangat dibenci oleh kedua kakaknya entah mengapa kakak kakaknya tidak menyukai alisa mungkin karena alisa caper?? Ya mungkin itu salah satunya...