Hidden Romeo || SUNGHOON & JA...

By levilevilaa

19.6K 2.6K 1.2K

Status ; completed✔️ PG-16+ Started : 08 September 21 End : 08 November 21 Kisah tentang Pangeran tampan yang... More

00 ; Intro - Prologue
01 ; The Beginning
02 ; Hoonclaide Scronovish
03 ; Jay Mactavish
04 ; Rannascca Rileyvohrt
05 ; Jake Rileyvorht
06 ; Heenozch Niktolion
07 ; Vdevwon Albyonc
08 ; Sunvroch Niktolion
09 ; Nikmonarov Albyonc
10 ; Zoevyha Xhalleed
11 ; 👑
12 ; 👑
13 ; 👑
14 ; 👑
15 ; 👑
16 ; 👑
17 ; 👑
19 ; 👑
20 ; 👑
21 ; 👑
22 ;👑
23 ; 👑
24 ; 👑
25 ; 👑
26 ; 👑
27 ; 👑
28 ; 👑
29 ; The Last

18 ; 👑

405 76 23
By levilevilaa

👑👑👑

Jay POV

-

Hoonclaide terkekeh sinis, memegangi pundakku, keduanya. Tatapannya sendu, mengapa anak ini?

Aku...

Membencinya...

Tapi...

Dia adalah adikku...

Oh Tuhan, kenapa harus diriku yang diberikan kisah seperti ini? Aku tidak pantas untuk menjadi bagian keluarga agung ini. Ia menatapku sengit, matanya menyipit.

"Kau... Wajahmu sedikit mirip dengan ayah." gumamnya, haruskah aku memberitahumu sekarang dik?

Senyuman miring kupancarkan, tangan itu berhenti memegangi pundakku, hidungnya memerah, ingin menangis nampaknya. "Tuan Muda Pangeran, hamba pamit." bungkukku padanya, aku pun berlalu.

Pengecut memang, tapi aku belum ingin mengeluarkan identitasku terlebih dahulu, neneknya, ialah alasan utamaku. Ya, aku tau beliau pun nenekku.

Tapi, tidak, aku tak menganggap orang sekeji itu ialah keluargaku, tidak akan pernah. Ayah? Bagaimana keadaanmu? Aku harap sesuatu hal buruk tidak sampai padamu. Bagaimanapun aku tau bagaimana cintamu pada ibuku, ayah.

Jay POV end

-

Author POV

-

Dirimu terlihat cukup kalut, langkahanmu yang sedari tadi tetap dilakukan, mondar-mandir didepan kamar itu, dimana calon mertuamu sedang di baringkan dan dokter Kekasiaran memeriksanya.

"Rannascca, bibi harap kau tidak terlalu memikirkan tentang ini, ya?" ucapan itu keluar dari mulut sang istri Kaisar, beliau mendekatimu, mengusap pelan kepalamu. Kau tersenyum kecil lalu mengangguk, tidak dapat disembunyikan raut khawatir pada wajahmu.

"Kau jangan takut dengan Pangeran Hoonclaide ataupun Putri Zoevyha, sesungguhnya mereka ialah orang yang baik, sangat baik." lanjutnya, mengajakmu untuk duduk disofa yang berdampingan sekitar lorong itu.

"Tidak Yang Mulia, hamba sungguh senang bisa mendapatkan hak seperti ini. Tidak pernah terfikirkan oleh hamba untuk makan malam bersama oleh keluarga kekaisaran."

Jawabanmu dibalas dengan senyuman manis dari sang istri Kaisar, beliau menggenggam tanganmu, lembut.

"Ini rahasia kita berdua saja ya, sejujurnya bibi mengidamkan untuk mempunyai satu anak manis sepertimu, kau tau bagaimana Zoevyha kan? Ia sangat pemberani, terkadang seperti seorang lelaki."

Kekehan keluar dari mulut kalian, mungkin bercanda seperti ini lebih baik untuk mendinginkan otak kalian yang kusut, akan kelanjutan bagaimana kondisi dari sang Raja Novoska.

"Maaf Yang Mulia, hamba mendengar rahasia yang seharusnya hamba tak ketahui." tuturmu merasa bersalah, sang istri Kaisar tersenyum lalu mengusap pelan pundakmu, mencoba untuk menjawab dengan jawaban yang terbaik dan dapat kau pahami.

"Tidak, beberapa kalangan sudah mengetahui itu,  itu kisah lama, kau dan Pangeran belum dilahirkan kedunia ini." balasnya tenang, kau mengangguk mencoba memahami itu, matamu menusuri senyuman tipis dengan tatapan menyendu dari sang istri Kaisar.

"Adikku, sangat mencintai perempuan itu, namun sudah menjadi rahasia umum jika kerajaan tak menerima kalangan biasa bukan?"

Matamu membulat sembari mencerna kalimat itu, kau kira kisah seperti itu hanya ada didongen belaka, dimana sang Pangeran mencintai wanita biasa, dan ternyata itu bukan sekedar dongeng, daerah yang kau injak sekarang, dengan raja yang berkuasa, rupanya melakukan hal itu.

"Ja-jadi, Yang Mulia Raja menikahi wanita itu Yang Mulia?" kau mulai penasaran akan kisah cinta itu, istri Kaisar tersenyum kecil, mencoba untuk mengenggam tanganmu.

"Tidak, adikku bertemu dengannya saat peperangan antara Novoska dan kota Casablanca. Adikku mengalami luka yang cukup parah, dan Tuhan mempertemukan mereka." terlihat gerakan mulut yang ingin melanjutkan, namun Yang Mulia Istri Kaisar menarik nafasnya sejenak. Kau tak berniat untuk menatap kearah lain.

"Mereka saling jatuh cinta, hingga akhirnya adikku memutuskan untuk tinggal bersamanya, mencoba menghilangkan jejak dan ditambah kehamilan sang wanita. Tetapi ibuku tidak tinggal diam." lanjutnya, kau mengangguk, menyimak akan pembicaraan penting ini.

"Akhirnya adikku ditemukan, dengan perjanjian untuk tidak menyentuh sang wanita. Namun naas, sang wanita berpulang saat anaknya masih bayi." penuturan yang mungkin sebagai penutup pernyataan itu membuatmu tak percaya, kau menutup mulutmu, ditambah senyuman nanar nan wajah sendu sang istri Kaisar.

Tanpa ada yang ketahui, seseorang sedang memegang dadanya sekarang, mendengar obrolan yang tak ingin ia didengarkan. Menyenderkan punggung tegapnya yang lunglai kedinding, otak lelaki itu berfikir, siapa sebenarnya orang yang menjadi kakaknya itu.

👑👑👑


"Bukankah sepertinya kau sedikt keterlaluan, Yang Mulia Putri?" tutur sang Pangeran, Heenozch, Zoevyha tersenyum tipis, menyenderkan sikunya pada pagar bagian beranda kamarnya.

"Bagaimana aku tidak seperti itu? Berita sudah menyebar, bahkan di ibukota pun mencemooh kerajaan Novoska." balas Zeovyha, Heenozch mengangguk lalu mengelusi pucuk kepala sang kekasih.

"Mereka berkata, buat malu saja, bersih dari peperangan tetapi ternyata kerajaannya seperti itu. Membudak orang lemah, dan sang Raja yang mempunyai anak diluar nikah."

Heenozch menghela nafasnya, ia tau betul perasaan sang kekasih, karna sudah pasti orang yang menggosipi itu pasti menyangkut pauti Kaisar.

"Aku tau perasaanmu, lebih baik kita fikir jalan keluarnya." saran Heenozch, mencoba untuk merengkuh Zoevyha, yang disambut baik oleh wanita itu.

"Jika nenek masih hidup, hal itu akan susah untuk terwujud Pangeran." balasan dari Zoevyha membuat raut bingung diwajah tampan milik Pangeran.

Ia ingin bertanya tetapi mendahulukan aktifitas yang lain, memeluk erat sang tunangan sembari tersenyum "Nenekmu akan sadar nantinya, sabarlah Yang Mulia."

"Ah.. Dan apakah Jay melakukan tugasnya dengan baik?" mengalih pembicaraan, agar sang kekasih tak bergelut ke pemikiran terpuntal itu.

Zoevyha mendongak sedikit, menatap wajah sang lawan jenis, menawan, hidung mancung, bibir dan matanya sangat indah. "Dia anak yang baik dan cekatan, aku menyukainya."

Kerutan tercipta dari sang pendengar, suka? Lalu terkekeh setelahnya akan kelupaannya dirinya bahwa itu sang sepupu dari kekasihnya.

"Ah untung saja, aku hampir lupa jika ia sepupumu, aku pasti kesal jika kau menyukai orang lain." celoteh Heenozch yang tak ingin menyudahi acara pelukannya.

Zoevyha menunggingkan senyumnya, mengelusi punggung sang kekasih, ya, tak dapat dipungkiri jika ia menyukai orang lain.

"Kau menyayangiku?" pertanyaan asal keluar dari mulut wanita itu, Heenozch menatapnya heran, memundurkan dirinya selangkah lalu menumpukan lutut kaki kanannya di lantai.

Tangannya mengenggam lembut tangan orang didepannya, senyumannya mengedar mewakili perkataan pada hati dan otaknya. "Tentu saja. Bahkan, aku mencintaimu."

Penjelasan yang ditimpali kecupan manis pada punggung tangan Zoevyha, tanpa mengetahui pandangan sendu tersembunyi yang diberikan.

"Ah tidak, aku meleleh." candanya, Heenozch terkekeh, lalu mendirikan kembali tubuhnya, menangkup wajah Zoevyha dengan kedua tangannya.

"Aku akan terus bersamamu, tidak peduli ribuan tombak menghantam punggungku yang termasuk bertugas untuk melindungimu."

👑👑👑


Satu minggu sudah kejadian itu berlangsung, menciptakan suasana dingin antara keluarga Kerajaan Novoska dan Kaisar.

"Bagaimana bisa anak itu berucap lantang seperti itu? Sungguh aku tidak percaya jika anak itu memang cucuku." omelan itu dari mulut tua sang nenek.

Hoonclaide melirik neneknya yang sedang ditenangkan oleh tantenya, datar, tak ingin merespon hal itu lebih jauh. Nyatanya ia juga belum mendapatkan informasi apapun mengenai kakaknya.

"Ibu sudahlah, lagipula kondisi Vergil sudah baik sekarang." penenangan disuguhkan oleh bibi sang Pangeran yang ingin mengunjungi Novoska.

"Anakmu itu tidak tau sopan santun! Jangan mentang-mentang ia anak dari seorang Kaisar, membuat akhlaknya jatuh dipermukaan dasar."

Hoonclaide melirik sang nenek, lalu berdecih kecil, decehan yang bermaksud meremehkan omongan sang nenek.

"Kenapa Hoon? Kau ingin protes padaku?"

Oh sial, hal itu rupanya diketahui oleh neneknya, Hoonclaide tersenyum tipis lalu menatap sang nenek yang tidak henti-hentinya merengut.

Bagaimana jika ia menceploskan apa yang ia lihat waktu itu? Bahwa neneknya membakar rumah dari keluarga Albyonc?

"Sebenarnya, ada hubungan apa nenek dengan keluarga Albyonc?" tanpa difikir, pertanyaan itu lolos begitu saja melalui mulut indah sang Pangeran.

Sang bibi terkejut bahkan membulatkan matanya, dan kerutan ganas itu berlanjut, sang nenek mendengus kesal nafasnya.

"Kau tidak usah ikut campur dengan urusan itu, jangan membuat perasaanku tambah kesal, kau akan tau akibatnya Hoonclaide." omongan yang seperti desisan, sang nenek menjauhi mereka, pergi dari sana.

Meninggalkan sang bibi dan keponakannya yang mendecak tak percaya, ia hanya bertanya dan mengetahui kenyataan, mengapa justru ancaman yang didapatkan?

"Yang Mulia, tidak ingin mengisahkan dongeng padaku?" hasut Hoonclaide kepada sang bibi, yang dibalasi senyuman lembut.

"Berjanji untuk tidak terpancing emosi saat mendengarkannya?"

Hoonclaide menyantaikan pundaknya lalu mengangguk, menajamkan telinganya untuk mendengarkan hal itu.

"Ya, ayahmu memang memiliki cinta pertama dan akhirnya, bernama Roza Albyonc."

Penuturan itu disambut baik oleh Hoonclaide, lebih tepatnya berusaha untuk disambut dengan baik. Karna ia tidak tau pasti siapa anak dari sang ayah.

"Kenapa bibi tidak ragu saat mengatakan itu padaku?" tanya Hoonclaide meyakini, sang istri Kaisar tersenyum, mendekatkan duduknya ke arah sang keponakan.

"Karna bagaimanapun juga, bangkai akan menimbulkan bau yang menyebar. Dan indera penciuman pasti menangkap bau itu." mengusap surai sang keponakan, Hoonclaide memerhatikan sang bibi yang tidak begitu mirip dengan ayahnya.

"Jika Tuhan berkehendak, apakah bibi ingin bertemu dengan anak itu?" tanya Hoonclaide ingin tau yang dihadiahi senyuman dan anggukan mantap.

"Tentu saja, dia saudaramu yang sudah jelas bahwa ia juga keponakanku."

Hoonclaide memalingkan wajahnya, bagaimana jika dirinya nanti tergeser? Karna sudah dapat dipastikan jika sang kakaknya itu yang mendapatkan kasih sayang lebih dari ayahnya.

Saat sang saudara tidak ada wujudnya saja Hoonclaide diabaikan oleh ayahnya, apalagi saat wujudnya terpampang nyata? Hhh tapi bukankah Hoonclaide sudah terbiasa merasakan itu?

👑👑👑

Jake membuka mulutnya sekarang saat melihat siapa yang bertugas dengannya untuk menjenguk Ketua Kaisar di negeri Clementine yang sedang sakit.

"Ja- astaga, bagaimana bisa kau menjadi ksatria?" pertanyaan tak percaya yang terlontar asal dari mulut lelaki tampan itu, Jake.

Jay tersenyum kecil, mereka berada dikereta kuda miliknya sekarang, Zoevyha yang memerintahkan Jay bersama dengannya dikarenakan posisi Jay yang sudah cukup tinggi, bagaimana tidak, Jay lincah dalam segala hal membuat sang Kapten Kaisar Moskova sangat tertarik padanya.

"Itu rejekiku." jawab Jay yang membuka penutup jubah dikepalanya, menyenyumi kakak dari orang yang disukainya.

"Oke baiklah, aku sangat mengapresiasi hal itu."

Hening, Jay tidak begitu berani ingin melontarkan suatu kalimat karna yang didepannya sekarang bukan orang sembarangan, dan perlu digaris bawahi lagi, Kapten Ksatria ini adalah kakakmu.

Jake memerhatikan wajah Jay, yah cukup diakui bahwa lelaki ini tampan, sebanding dengan ketampanannya, pantas saja adiknya menganggumi orang ini.

"Rannascca menganggumimu loh."

Ucapan yang sangat santai dari mulut Jake, dihadiahi mata yang membesar nan terkejut dari seorang Jay.

"Be-benarkah Kapten?" terkelu, merindukan nama yang dituturkan oleh orang didepannya, senyuman kecil yang bisa diprediksikan ditangkap mata Jake.

"Jangan-jangan Yang Mulia Putri menyuruh kita berdua untuk berkunjung, karna kau ingin mendekati kakaknya dahulu ya?" tebak Jake dengan wajah polosnya. Jay terkekeh dan langsung menutup mulutnya karna merasa kurang sopan

"Astaga, benar ternyata." Jake menepuk kecil keningnya, otaknya yang diatas rata-rata dapat membuatnya menebak dengan mudah

Jay menggeleng, menggaruk tengkuknya yang tidak dihampiri rasa gatal. "Maaf Kapten, ini tidak seperti yang anda fikirkan."

Jake menutup sesaat matanya masih dengan gelengan khasnya, beralih untuk menatap wajah Jay yang mulai menyemu dan mengisyaratkan kecanggungan disana.

"Aku tau adikku sangat cantik, tapi itu bukan berarti kau bisa mengambilnya." cetusnya membuat sedikit candaan, Jay tersenyum kecil lalu mengangguk.

"Tak ada keberanian saya untuk mengambil sesuatu yang sangat berharga Kapten, karna saya adalah sampah biasa, tidak pantas untuk menyejajarkan diri dengan berlian."

Penuturan panjang Jay membuat Jake termenung, rasa tak enak hati menghampirinya, Jake memajukan tubuhnya, menepuk pelan pundak orang didepannya.

"Aku yakin kau pasti mendapatkan yang terbaik." tuturnya menyemangati Jay, seakan memiliki simpatik karna nasib mereka sama. Takkan pernah tergapai hal yang ingin digenggam oleh mereka.

👑👑👑

Kau menatapi lukisan yang kau beli saat pameran kemarin, namun rasa sedih menghantuimu dikarenakan tak mendapatkan energi dari wajah lelaki itu, lelaki idamanmu.

Lukisan yang menggambarkan anak kecil laki-laki berjalan ke arah gubuknya yang sudah disambut dari jauh dengan kakek dan neneknya.

Kau membayangkan jikalau anak lelaki dilukisan itu ialah Jay, senyuman menggelitiki bibirmu untuk menampakan diri.

"Hah yang benar saja?"

"Astaga, mengapa aku baru tau kisah ini sekarang?"

Pendengaranmu tak sengaja menangkap percakapan itu, suara ibumu dengan orang lain, ah ya, hari ini teman-teman ibumu datang ke mansionmu sekedar untuk menggosip dan minum teh bersama.

Kau mendekatkan tubuhmu kearah pintu, menempelkan telingamu pada papan pintu, kebetulan sekali ibumu mengadakan perjamuan itu di ruangan santai lantai dua tepat depan kamarmu.

"Apa kau tidak malu Nyonya Rileyvorht? Bahwa calon besanmu ternyata mempunyai selera rendah seperti itu."

Tawaan setelahnya membuatmu geram, kau menggigit bibirmu mendengar ejekan yang keluar dari mulut teman ibumu.

"Aku tidak ingin ikut campur mengenai itu, fikirkan saja anakmu yang belum mendapatkan jodohnya."

Balasan telak ibumu menggelikan telingamu, kau terkekeh dalam diam, mengetahui jika ibumu merasa disudutkan, tetapi bukan ibumu namanya kalau tak balik menyindir.

"Ada yang sudah mengetahui dimana anak itu, hah aku sungguh penasaran bagaimana rupanya. Sepertinya dia juga tampan, setara dengan sang Pangeran."

Penuturan itu membuat otakmu bergerilya untuk berfikir, kau menjauhi pintu itu dan duduk di pinggiran ranjang besarmu.

Kira-kira siapakah saudara kandung tunanganmu? Apa mungkin ia orang yang baik? Semoga saja Hoonclaide bisa menyambutnya dengan baik, tapi mungkinkah itu suatu yang mustahil?

👑👑👑

Jangan lupa vitaminnya ya💓
Terimakasihhh

Continue Reading

You'll Also Like

645K 101K 63
[Sudah Terbit] Brothership Jaywon Park Jungwon itu adik kandung dari seorang laki-laki yang memiliki reputasi tinggi di sekolahnya, Park Jongseong. ...
506K 100K 27
ngegoblok diplaystore.
6.7M 336K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
1.5M 20.9K 39
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...