Perjanjian Dua Surga (END | L...

By Nobianstrow21

4.4M 526K 276K

CERITA INI SUDAH TERBIT DALAM BENTUK CETAK. KAMU BISA TEMUKAN PERJANJIAN DUA SURGA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU... More

PROLOG
BAB 1 : MEMBELI MESIN WAKTU
BAB 2: SURGA KEDUA
BAB 3 : MAMA PAPA
BAB 4 : TERJADI
BAB 5 : GARIS DUA
BAB 6 : HARAPAN
BAB 7 : PRIORITAS
BAB 8 : KENYATAAN MENYAKITKAN
BAB 9 : KEBOHONGAN PERTAMA
BAB 10 : SADAM MARAH
BAB 11 : MIMPI BURUK
BAB 12 : TINDAKAN NABILA
BAB 13: PILIHAN
BAB 14 : PERGI?
BAB 15 : KEPUTUSAN
BAB 16 : BERTEMU BIDADARI
BAB 17 : ALASAN INDIRA
BAB 18 : PENCARIAN SADAM
BAB 19 : MELEPAS SATU SURGA
BAB 20 : BERTEMU SANG MADU
BAB 21 : TREMOR
BAB 22 : MENANGISI MIMPI
BAB 23 : PENEMU HANDPHONE SADAM
BAB 24 : UCAPAN SUSTER ELSA
BAB 25 : PEMBELAAN INDIRA
BAB 26 : RANJANG PERNIKAHAN YANG TERNODA
BAB 27 : AKU MELEPASMU
BAB 28 : KEFRUSTASIAN SADAM
BAB 29 : PENGAKUAN BUNDA TANIA
BAB 30 : UNDANG-UNDANG
BAB 32 : SELINGKUHAN AYAH SADAM
BAB 33 : RENCANA RIZKY DAN PAPA SALMAN
BAB 34: INDIRA DIPERMALUKAN
BAB 35: MENUDUH NABILA
BAB 36 : AQIQAH SHAKEEL
BAB 37 : PERNIKAHAN NAYSILA #1
DrBAB 38 : PERNIKAHAN NAYSILA #2
BAB 39: PRAHARA BARU
BAB 40 : ALLAH LEBIH SAYANG RIDHO
BAB 41 : HADIAH UNTUK NABILA
BAB 42 : PANTI ASUHAN
BAB 43 : BERITA VIRAL
BAB 44 : MASALAH PERUSAHAAN
BAB 45 : MEMBACA ISI MAP
BAB 46 : KEMURKAAN BUNDA TANIA
BAB 47 : DISALAHKAN
BAB 48 : DIBALIK JERUJI
BAB 49 : HILANGNYA KEPERCAYAAN
BAB 50 : WELCOME TWINS
BAB 51 : PENYESALAN SADAM
BAB 52 : PERJANJIAN DUA SURGA
BAB 53 : PENANGKAPAN INDIRA
BAB 54 : DUA KASUS INDIRA
BAB 55 : MEKAH
BAB 56 : SADAR
BAB 57 : RESMI BERCERAI
BAB 58 : MENIKAH LAGI
BAB 59 : TRUE LOVE
SURGA DI TELAPAK KAKI BUNDA

BAB 31 : BERSUJUD

66.7K 8.3K 4.1K
By Nobianstrow21

ASSALAMUALAIKUM MASYALLAH TABARAKALLAH KALIAN, OBI KANGEN DEH HEHE

TAPI KALIAN KANGENNYA SAMA PDS DOANG🤧

MAKASIH UDAH SABAR BANGET LUV BANYAK-BANYAK BUAT READERS PDS 🖤✨

♥♥♥

"Populasi wanita memang paling banyak di dunia, tapi apakah benar-benar tidak ada lelaki lain hingga menginginkan milik orang?"


Dokter Ayumi jadi berpikir mungkinkah Nabila mau melaporkan suaminya itu yang sudah menikah lagi tanpa izin?

Nabila terlalu baik, pikirnya.

Sudah pasti sahabat barunya itu lebih memilih menerima dan ikhlas. Dokter Ayumi heran sendiri kok bisa ada orang setabah itu. Dirinya saja sudah panas dan sakit hati meski sebagai penonton.

Ya ampun sedih banget bayanginnya. Please ... Nabila lo kuat banget,— batin dokter Ayumi membayangkan kehidupan rumah tangga sahabatnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kok anak Daddy sedih gini, hmm?" tanya Daddy Rafael khawatir.

"Kalau untuk masalah poligami, putri Daddy ngga perlu khawatir karena dalam agama kita dijelaskan di Al-Kitab bahwa umat Kristiani dilarang untuk mempunyai istri lebih dari satu orang agar hatinya tidak menyimpang. Jadi suami kamu nanti tidak mungkin menikah lagi kecuali jika dia sudah menjadi duda." lanjut Daddy Rafael menghibur sang putri.

Dokter Ayumi menggeleng pelan kepada Daddy-nya. "Yumi sedih mikirin nasib Nabila, Daddy. Dia sahabat Yumi yang di poligami oleh suaminya sewaktu koma." jelas dokter Ayumi sembari terisak. "Tega banget kan suaminya Daddy?"

"Yumi, dengar Daddy. Dalam agama mereka hal itu memang di perbolehkan. Jadi kita tidak bisa melarangnya, Nak."

"Tapi Dad, kalau kata Nabila poligami itu di agama mereka hanya ... Emm apa yah," jeda dokter Ayumi mencoba mengingatnya, hingga tidak sadar ia sudah berhenti menangis. "Pokoknya bukan perintah yang wajib di jalankan."

"Bisa jadi itu memang ujian sahabatmu dari Tuhannya. Jika dia mampu bukankah akan ada pahala untuk sahabat kamu, nak."

"Yah iyah sih, tapi Daddy suaminya itu ngga seperti junjungan umat muslim yang sering kita dengar kehebatan dan kebaikannya itu. Dia nikahnya bukan untuk kepentingan orang tapi paksaan dari Bundanya sendiri. Yumi tahu karena mertuanya Nabila ngaku sendiri kebetulan Yumi ada di situ jadi denger juga. Kasian banget sahabat Yumi, Daddy. Padahal dia tuh sholehah banget agamanya kuat seliat Yumi, cantik, pinter juga. Pokoknya ntar kapan-kapan Yumi kenalin." cerita dokter Ayumi pada Daddynya.

"Kamu sejak kapan tahu banyak tentang agama Islam, nak? Senang Daddy jika kamu banyak ingin tahunya." bangga sang Daddy.

"Emm, sejak rata-rata dokter di tempat Yumi kerja kebanyakan Islam. Yumi jadi penasaran. Kadang Yumi disana juga suka ikut puasa Daddy. Tapi ngga kaya mereka sampai sebulan. Trus jadi sering banyak tahu aja." jawab dokter Ayumi.

"Daddy juga banyak belajar hukum Islam. Sejak kuliah banyak teman Daddy yang mulai belajar Islam. Banyak hal baru disana. Tapi hanya untuk mempelajarinya bukan untuk berpindah keyakinan."

"Yumi juga hanya ingin tahu kok Daddy. Mempelajari sesuatu itu selagi baik malah jadi banyak wawasannya, kan?" yang diangguki sang Daddy.

"Apalagi semua perintah dan larangan yang ada di agama Islam banyak juga yang berkaitan dengan ilmu kedokteran, Dad. Contohnya Sholat lima waktu yang mereka jalankan loh Daddy, gerakan-gerakan didalamnya benar-benar banyak banget manfaatnya. Puasa juga. Kaget banget Yumi tadinya. Kok bisa gitu." ucap dokter Ayumi kagum.
"Trus juga ada tokoh-tokoh Islam dalam dunia kedokteran yang karyanya memang banyak kita pelajari di dunia kedoteran, Dad. Beliau namanya Ibnu Sina dengan karya bukunya Qanun Kedokteran. Kalau bahasa arabnya Yumi susah ingetnya."

"Banyak juga kisah inspiratif lain sih Daddy, kalau ini Yumi banyak dikasih buku dari Nathan. Kalau Daddy kenapa suka juga?" dokter Ayumi ingin mendengar alasan Daddynya yang lebih jelas.

"Nabi Muhammad junjungan umat muslim dan juga para sahabat beliau selalu menjujung nilai kejujuran dan keadilan yang bahkan di zaman sekarang begitu langka kita temui, nak." jawab Daddy Rafael saat banyak mendengar dan membaca kisah Islam yang dia dan banyak temanya pelajari. Sangat berbeda dengan kata teroris yang sering ia dengar sebelum tahu kebenarannya.

"Btw Daddy, kalau habis milok mobil orang ada pasalnya ngga, Dad?" tanya dokter Ayumi lagi setelah beberapa menit terdiam mendengar jawaban menakjubkan Daddy-nya tentang Islam.

"Ada. Itu termasuk tindak pengrusakan barang, bisa dikenakan pidana karena itu barang milik orang lain. Baik melakukan sendiri atau lebih dari satu orang tetap ada hukum yang mengaturnya. " jawab sang Daddy lalu mematikan televisi dengan remote di tangannya.

"Pasal 406 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau KUHP untuk yang melakukannya sendiri dan pasal 170 ayat (1) KUHP jika melakukannya lebih dari satu orang." jelas Daddy Rafael pada putrinya.

"Kenapa ribet banget sih Daddy harus ada peraturan kaya gitu segala?" keluh dokter Ayumi. Dia bukanya takut atau apa justru dirinya sangat puas dan tidak merasa bersalah sedikit pun, tapi sayangnya itu bisa merusak nama baik Daddynya jika nanti pelakor itu menuntutnya.

"Nak, sudah ada hukum dan peraturan saja sesuatunya masih suka berantakan dan tidak terkendali apalagi tidak ada sama sekali." gemas Daddy Rafael mengacak surai lembut putri satu-satunya.

"Masalahnya ini tuh mobilnya si pelakor, benci banget Yumi tuh! Malah tadinya mau Yumi bakar!" seru dokter Ayumi berapi-api.

"Maksudnya kamu buat ulah lagi? Kamu masih suka main pilox buat coret-coret?" tanya Daddy Rafael memelototi putrinya.

"Nyimpen doang, Dad. Buat jaga-jaga. Kaya tadi tuh pas di rumah sahabat Yumi ada pelakornya jadi berguna." alibi dokter Ayumi takut diceramahi panjang kali lebar seperti zaman kuliah dan putih abu-abunya dulu.

"Iyah tapi kalau orang-nya ngga terima terus nuntut kamu gimana? Ngga malu kamu sama gelar kamu, hmm?"

"Kan ada Daddy yang bisa bantu Yumi. Kaya dulu zaman Yumi masih suka coret-coret tembok orang trus yang punya rumah nuntut Yumi sama temen-temen." kekeh dokter Ayumi dengan nada manjanya pada Daddy tercintanya.

Daddy Rafael hanya bisa geleng-geleng saat mendengarnya, tapi dalam hati meyakinkan bahwa ia akan selalu menjadi tameng putri satu-satunya itu sampai kematian menjemputnya. Karena Ayumi adalah harta paling berharga dari Tuhan yang ia punya.

♥♥♥

Kini kamar Sadam dan Nabila sudah tidak seramai tadi.

Papa Salman memerintah untuk membicarakan masalah sebelumnya di ruang keluarga agar putrinya yang sudah begitu pucat dan lemas bisa beristirahat.  Begitu juga Sadam menantunya yang terlihat begitu berantakan dengan perban tebal membungkus telapak tangannya. Padahal menantunya itu juga sudah memiliki luka di tangannya akibat kecelakaan dan belum sembuh setaunya.

Maka tersisalah di kamar itu Nabila dan Sadam dengan pikiran masing-masing, juga Indira yang tetap ingin berada di kamar itu mengawasi suaminya agar tidak kembali nekat ingin bunuh diri seperti yang beberapa saat lalu didengarnya.

Sadam melirik istri pertamanya yang masih diam meski para orang tua sudah berada di lantai bawah.

Indira yang menyadarinya tersenyum sedih karena nyatanya sang suami tetap hanya melihat Nabila dan mengabaikannya. Padahal dirinya berada di ruangan ini juga untuk Sadam.

Ketika Sadam ingin beranjak dan menghampiri Nabila, namun ia takut istrinya itu menolak di dekati sehingga i tetap memilih berdiam.

Mata laki-laki itu menatap diam-diam wajah pucat dengan gurat sedih milik istrinya yang membuat dirinya semakin tersakiti. Apalagi ia juga melihat tangan istrinya yang terus memegangi perutnya yang terluka. Lagi-lagi karena dirinya, Nabilanya kembali terluka.

"Sakit Mas ... Demi Allah sakit banget. Kehilangan Albiru disaat aku bahkan tidak pernah melihat wajahnya sekalipun aja udah sakit banget. Hiks," tangis kesakitan Nabila dihadapan Sadam yang semakin merasa bersalah.

"Ditambah harus menerima kejutan menyakitkan yang kamu coba sembunyikan. Bila manusia biasa, mas. Bila ngga sekuat itu." ucap Nabila lagi sambil terisak.

"Benci Mas sebanyak apapun, Sayang. Tapi Mas mohon tetap di samping, Mas yah!" mohon Sadam sungguh-sungguh.

Nabila menggeleng dengan berat. "Ngga, Mas. Ini jelas keputusan paling baik. Belum tentu ada kebahagiaan di dalam pernikahan poligami ini, Mas." parau Nabila tetap kekeh ingin melepaskan suaminya meski berat.

"Berarti, Mas memang harus ikhlas menerima keputusan kamu kan, sayang?" tanya Sadam dengan miris. Nabila diam tidak menjawab. Ia malah was-was sekarang.

Sadam makin meremas kuat pisau ditangannya untuk melampiaskan rasa sakit dihatinya. Nabila melihat itu dengan panik lalu mendekat untuk merebut dengan cepat.

Saat pisau itu berpindah ke tangan Nabila, Sadam ingin merebutnya lagi hingga tidak sengaja pisau itu malah mengenai perut bagian kiri Nabilanya.

Darah keluar dari perut Nabila akibat tergores meski sedikit. Untung saja gamis yang dikenakan Nabila lebih tebal hingga tidak terlalu parah melukai perutnya.

"Akhhh, Astagfirullah." ringis Nabila saat perutnya terasa perih kini.

Sadam panik dan meminta maaf berulang kali dan ingin segera membopong Nabila ke tempat tidur guna menyelamatkan istrinya sebelum suara dokter Ayumi dari balik pintu terdengar lebih dulu.

"Bila, sayang." panggil Sadam dengan lirih. Nabila bergeming meski mendengar. Dirinya tidak ingin menengok atau pun menjawab.

"Jangan kemana-mana! Tetap di kamar ini. Mas mau mandi dan ganti baju dulu." titah Sadam dengan tegas. Ia ingin segera memeluk Nabilanya tapi bajunya penuh noda darah.

"Nanti abis ini kamu juga ganti baju yah, sayang. Gamis kamu juga ada noda darahnya. Abis itu kita istirahat. Lupakan masalah ini dulu, Mas mohon. Kamu bisa pikirkan keputusan melepas mas lagi. Tapi mas tetap hanya ingin mendengar kamu tetap bertahan di sisi Mas sampai akhir, Bila!" ujar Sadam penuh pengharapan sampai tidak sadar keberadaan istri keduanya yang menatap sendu kearahnya. Kemudian Sadam masuk ke dalam kamar mandi.

Setelahnya Indira mendekat ke sisi Nabila.

"Kamu liat kan Nabila? Orang tua kamu sama mertua kita jadi bertengkar. Bahkan Mas Sadam nekat mau bunuh diri. Ini semua hanya karena kamu." ujar Indira menghakimi Nabila yang masih duduk diatas ranjang tempat tidur.

"Kenapa kamu harus melepaskan Mas Sadam dan menolak poligami ini? Bukankah agama kita tidak melarang?"

"Aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain Mas Sadam dan putra kami Shakeel. Aku mohon Nabila, hanya terima aku sebagai madumu. Kamu bisa mendapatkan pahala dari pernikahan poligami ini. Jangan mengancam Mas Sadam hingga dia nekat ingin bunuh diri!"  ucap Indira lagi menatap Nabila yang masih menunduk.

"Apa kamu tega membiarkan Mas Sadam bunuh diri hanya karena keegoisan kamu yang tidak ingin berbagi? Apa kamu tega memisahkan anak dengan ayahnya? Putraku masih membutuhkan sosok seorang Ayah, Nabila. Aku juga sangat membutuhkan Mas Sadam, begitu pula Bunda Tania, tapi Mas Sadam justru melupakan kami yang jelas-jelas membutuhkannya hanya karena kamu berkata ingin melepasnya." geram Indira meski nada bicaranya tetap pelan dan tenang.

Nabila kini mengangkat sedikit wajahnya yang sudah sembab akibat menangis untuk dapat menatap madunya meski hatinya tersayat saat untuk pertama kalinya melihat wajah itu dari dekat.

Wanita yang kini menjadi surga lain di pernikahannya dengan sang suami.

"Aku tahu kamu wanita yang baik, Nabila.
Jika pun kamu menyuruhku untuk bersujud di kakimu sekarang, akan aku lakukan. Asal kamu mau menerimaku. Biarkan aku merasakan hidup memiliki keluarga. Aku juga mencintai Mas Sadam, Nabila. Kita sama-sama mencintainya, lalu mengapa kita tidak saling berbagi?"

"Kamu bisa meneladani istri Rasulullah. Mereka mau berbagi, tetap akur dan saling menyayangi karena mereka mengharapkan surga. Sedangkan kamu hanya berbagi sama aku, tapi cinta Mas Sadam tetap lebih besar sama kamu, Nabila. Bahkan aku juga mengikhlaskan Shakeel menjadi putramu juga." saran Indira tanpa perasaan.

"Aku bukan mereka! Dan aku tidak menginginkan surga lewat pernikahan poligami." tegas Nabila menjawab.

"Ternyata kamu tidak sebaik apa yang diucapkan orang-orang. Kamu egois, Nabila. Aku hanya meminta sedikit aja kebahagian dari menjadi istri Mas Sadam tapi kamu malah tidak mengikhlaskannya. Padahal mungkin kita bisa menjadi saudara atau sahabat dan mengurus Mas Sadam juga Shakeel bersama-sama." isak Indira setelah mengucapkannya.

"Aku hanya wanita biasa. Dan aku memang tidak sebaik itu,— jeda Nabila lalu memalingkan wajahnya ke arah lain asal tidak melihat wanita lain suaminya.

"Maaf jika kebaikanku tidak sesuai ekspetasi kamu. Tapi apa kamu pernah memikirkan di posisiku sebagai sesama wanita?" tanya Nabila lembut lalu kembali menunduk untuk menyembunyikan air matanya.

"Maaf, boleh aku mengatakan bahwa kamu tidak tahu diri, I-i-n-dira?" ucap Nabila yang akhirnya untuk pertama kali berhasil mengucapkan nama wanita yang sudah berhasil memasuki rumah tangganya dengan Mas Sadam.

Dengan wajah pias Indira berlutut di hadapan Nabila hingga membuat wajah pucat itu mendongak kaget.

Begitu pula Sadam yang baru keluar dari dalam kamar mandi.

"Apa yang kamu lakukan dengan bersujud dihadapan Nabila, Dira?"

♥♥♥

Tandai Typo♥

Maaf lama update nya 🤧

SIAP NEXT BAB?

AZABNYA DICICIL NANTI TENANG YUPS TAPI COBAAN NABILA JUGA BELUM BERAKHIR 😭

Mau Azab siapa dulu? 📸

Antara Bunda Tania sama Indira?📸

BAB INI KURANG GREGET KASIH AMAN DULU. YANG PENTING STOK AIR MATA AMAN KARENA BAB MASIH BANYAK, MAAP BUANGET 🤧

SPAM NEXT

SPAM #PERJANJIANDUASURGA

ADA YANG BISA TEBAK PERJANJIAN DI CERITA INI?

JAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM WP : NOBIANSTROW21

Maaf jika banyak kata-kata yang salah, karena kesalahan itu milik saya dan kesempurnaan itu hanyalah milik Allah swt♥

...TBC...

Continue Reading

You'll Also Like

Hakim By ul

Spiritual

1.3M 76.3K 51
[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu...
7.4M 248K 10
Asia itu air dan Arhab itu batu. Sekalinya disatukan pasti akan bertubrukan. Menjadi tetangga sekaligus musuh sejak kecil membuat Asia tidak ingin d...
5.6M 684K 40
Terbit di Cloudbookspublishing Sudah tersedia di Gramedia dan Toko Buku Online Raisya Alika Putri, gadis yang tidak pernah menginginkan nikah muda n...
1M 140K 40
āš ļøBACA HUA DULU BARU BACA CERITA INI BIAR GAK BINGUNGāš ļø Kandidat orang yang mencintai gue!!! -Haydar, putra kedua pengasuh pondok pesantren At-Ta-a...