Hidden Romeo || SUNGHOON & JA...

By levilevilaa

19.5K 2.6K 1.2K

Status ; completed✔️ PG-16+ Started : 08 September 21 End : 08 November 21 Kisah tentang Pangeran tampan yang... More

00 ; Intro - Prologue
01 ; The Beginning
02 ; Hoonclaide Scronovish
04 ; Rannascca Rileyvohrt
05 ; Jake Rileyvorht
06 ; Heenozch Niktolion
07 ; Vdevwon Albyonc
08 ; Sunvroch Niktolion
09 ; Nikmonarov Albyonc
10 ; Zoevyha Xhalleed
11 ; 👑
12 ; 👑
13 ; 👑
14 ; 👑
15 ; 👑
16 ; 👑
17 ; 👑
18 ; 👑
19 ; 👑
20 ; 👑
21 ; 👑
22 ;👑
23 ; 👑
24 ; 👑
25 ; 👑
26 ; 👑
27 ; 👑
28 ; 👑
29 ; The Last

03 ; Jay Mactavish

743 112 21
By levilevilaa

👑👑👑

Author POV

-

Terik matahari pagi yang menghangatkan mulai menyinari wajah tampan berkeringat milik Jay, lelaki itu sedang berlari sekarang dikebun milik kakeknya yang cukup luas.

Menanam apa dikebun itu? Hanya kebun gandum, karna kaum bawah seperti mereka harus memilih diantara gandum dan jagung, itupun harus ada kesepakatan dari kerajaan, 20%nya harus diberikan kepada keluarga kerajaan, tampa bayaran. Sedih memang, tapi peraturan leluhur begitu adanya.

"Hhhh.." Jay menengadahkan kepalanya dengan senyuman lebar seperti membayangkan sesuatu yang bagus akan datang menghampirinya.

"Nenek merasa ini baru jam setengah tujuh, tetapi cucu tampan nenek sudah semangat seperti ini." tegur neneknya sembari membawakan sebuah jagung rebus dan air putih.

Jay tersenyum lalu berlari mendatangi tempat dimana neneknya berada, kursi kayu sedikit panjang untuk duduk beristirahat saat lelah dikebunnya. Neneknya duduk disana, menunggu sang cucu untuk menikmati sarapannya.

"Nenek selalu cantik seperti biasanya." puji Jay yang bertujuan bermanja pada sang nenek, sementara yang dipuji hanya terkekeh dan menggeleng.

"Tentu saja, kalau nenek tidak cantik, tidak mungkin cucu nenek setampan ini." balasan setuju keluar dari mulut wanita yang sudah renta itu, wajah lelahnya tergambar cukup jelas. Jay menghentikan kunyahannya pada jagung rebus itu, beranjak untuk memeluk sang nenek.

"Nenek, Jay ingin melihat secara langsung bagaimana cantiknya ibu." keluh Jay lirih, raut wajah sang nenek berubah, ikut memeluk sang cucu dalam kelembutannya.

"Ibumu sangat cantik, luar dan dalam cantiknya." ucap sang nenek yang memanjangkan nada dibagian sangat. Jay mengangguk lalu menegapkan tubuhnya untuk melihat wajah sang nenek.

"Lalu kenapa ibu yang seperti itu bisa ditinggalkan oleh ayah?" Jay berkata dengan sedikit kemarahan bercampur sendu di pertanyaan itu. Sang nenek mencoba untuk tenang, salah satu pertanyaan seperti ini selalu dihindari olehnya.

"Mereka tidak berjodoh Jay, itu saja." jawab sang nenek penuh keteguhan, Jay menunduk dan kembali memakan jagung rebus kesukaannya. Benarkah? Apa ayahnya hanya menganggap sang ibu sebagai barang dan menjadikannya budak? Seperti kasus pada mendiang kekasihnya?

"Sudahlah jangan difikirkan, ibumu akan sedih jika melihatmu seperti itu, Jay cucu nenek seorang anak yang kuat, ah tidak bukan kanak lagi, sekarang kau sudah menjadi pria, pria tangguh." ujaran sang nenek untuk menyemangati sang cucu yang mulai hanyut dalam kebingungan nan kesedihan.

Jay mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar berharap agar neneknya tidak memikirkan sesuatu hal sedih tentangnya, lelaki itu mengangguk. "Tentu saja nek, terimakasih."

👑👑👑

Seorang pelayan sedang masuk ke dalam kamar seorang gadis yang bernuansa rose pink, wangi mawar dari lilin aroma terapi menyeruak dikamar itu.

"Nona Muda, saatnya jam untuk bangun pagi." ucap pelayan itu sembari menepuk kecil lenganmu, tubuhmu menggeliat dan satu matamu menyipit. Pelayanmu dihadiahi dengan senyuman indah dan anggukanmu.

Kau terduduk dengan terus mengangguk, kau rentangkan tanganmu yang bebas. Pelayan tersebut membungkukkan tubuhnya dengan selembar gaun berbahan satin berupa dress dengan potongan flowy pada bagian didaerah lutut.

"Ah terimakasih bibi, aku langsung ingat jika aku ada acara minum teh dengan sahabatku, Catalyna." ucapmu sembari menepuk keningmu kecil dikarenakan kamu yang hampir melupakan janjian yang kalian buat sekitar lima hari lalu.

"Iya Nona,  air hangat dan campuran bunganya sudah saya siapkan."

Kau mengikuti langkah pelayanmu itu, ya memang ini sudah menjadi hal yang sangat biasa. Senyuman terus menghiasi bibir ranum merahmu, kau ingin bercerita banyak dengan sahabatmu itu. Apalagi jika bukan tentang sang Pangeran.

Sekitar 20 menit acara membersihkan diri yang dilakukan oleh pelayanmu itu, kau sudah menyayangi pelayanmu itu layaknya bibimu sendiri, saat kau berumur 3 tahun, sang bibi inilah yang setia merawatmu, bahkan terkadang mengalahkan rawatan dari sang ibu yang melahirkanmu.

Kancing baju itu hampir selesai terkancing, kau melihati wajah segarmu di pantulan cermin, senyuman menampar lembut cermin itu. Sang pelayan tersenyum tipis melihatmu yang ceria seperti biasanya.

Ya begitulah sosokmu, gadis yang baru mekar, selalu ceria dan memiliki aura yang sangat positif ditambah komposisi manja nan menggemaskan dari dirimu, membuat dirimu sangat diidam-idamkan siapapun yang mengenalmu.

"Bibi, menurutmu, bando yang mana yang harus aku pakai?" tanyamu sembari melihat susunan aksesoris yang tertata rapi di bagian lemari kayu tepat disamping cermin itu.

"Acara minum teh kan Nona? Saya punya saran menarik untuk rambut Nona." perkataan itu membuatmu mengangguk mantap, rambut halus lurus berwarna coklat milikmu mulai di sisiri oleh sang bibi.

10 menit sudah bibimu itu berkutat dengan rambutmu, lalu kau mengarahkan kepalamu ke samping, melihat karya dari bibimu, senyumanmu nampak untuk yang kesekian kali dikarenakan kepangan indah dengan jepitan bunga kecil di beberapa sisinya.

"Ah ini sangat cantik bibi, terimakasih!" pekikmu senang sampai kau berdiri dan memeluk bibi kesayanganmu itu. Sang pelayan mengangguk lalu ikut tersenyum bersamamu.

Pintumu berdecit, tanda seseorang membukanya, layangan pandang itu terasa tidak suka akan pemandangan sekarang. "Lama sekali nenek satu ini menyuruhmu untuk sarapan. Cepatlah Ascca, ini sarapan yang sangat dinantikan karna kakakmu ada disana."

Ya itu ibumu, berbeda denganmu, kakak ataupun ayahmu yang tidak pandang bulu akan status disekitar kalian. Ibumu sangat memperhatikan hal itu karna dia memang selalu berada dikalangan atas.

Wajahmu menjadi murung melihat bibimu itu menundukkan pandangannya, sedih, pasti itu yang beliau rasakan. Kau mengelus lembut pundak bibimu itu.

"Tidak apa bibi, anggap saja itu hanya angin lalu ya?" pintamu lembut, bibimu itu hanya menghela nafas dan mengangguk. Kau pun keluar dari kamarmu diikuti pelayanmu.

Kau dan pelayanmu berjalan ke berbeda arah, pelayanmu kembali menuju dapur sedangkan kamu mulai memasuki ruang makan dimansionmu. Kakakmu melambai saat melihat sosokmu yang tersenyum.

Kau duduk disamping kakakmu, Jake. Ayahmu duduk dikursi utama ruang makan itu, ibumu melihati dirimu lalu tersenyum kecil.

"Lihatlah calon tuan putri ini, sangat cantik seperti ibunya." puji ibumu tiba-tiba, kau tersenyum kaku lalu mengangguk, perilaku ibumu beberapa detik lalu masih terngiang diotakmu.

"Dan pada akhirnya, anak perempuan ibu satu-satunya ini pun paham akan tugasnya sebagai anak Duke I di kota ini." ya, ujaran itu menyinggung, dari dulu kau memang kurang menonjolkan kelebihanmu karna kau hanya lebih dibidang ballerina. Sedangkan gadis-gadis dikota itu banyak berkecimpung didunia berkuda dan bernyanyi.

Jake mengerutkan keningnya, menatapi ibunya yang sedang memotong roti dipiring mewahnya. "Ibu, ini masih pagi, Jake harap kita masih berada ditingkat keharmonisasian yang tinggi." ucapnya, Jake.

Dan benar saja, ibumu tidak terima akan itu, ia melirik Jake dengan angkuh namun senyumnya tertera, tanda ia masih segan akan anaknya yang sangat tau akan kedudukan yang seharusnya didapatkan, apa lagi jika bukan Kapten dari Ksatria dikota itu.

"Baiklah, ibu tidak akan merusak keinginanmu itu." balas ibumu seadanya dan lanjut dalam acara kunyahan pada mulutnya. Saat acara pertunangan kemarin ibumu terlihat sebagai ibu yang sesungguhnya? Oh tentu saja, jika sudah ada dunia perfilman di abad sekarang, ibumu dengan mudahnya masuk ke dunia itu.

"Jake, jam berapa kau akan kembali ke basecampmu?" tanya ayah Jake mengalihkan situasi yang sedari tadi tidak nyaman. Jake menggerakan bola matanya sembari mengunyah pelan makanannya.

"Jam 10 ayah, rencananya Jake akan pergi ke kota Clementine untuk membantu mereka berdiskusi dengan perdamaian perang di kota itu dan kota pulau diseberangnya." jelas Jake yang dibalas anggukan ayahnya.

Kau menatap kakakmu itu kagum, senyuman menghiasi wajahmu lagi. Ibumu mengangguk sembari mengelap mulutnya dengan kain yang sudah disediakan.

"Bersama pangeran Hoon?" tanya ayahmu lagi, Jake menggeleng seadanya dan tersenyum

"Tidak, Yang Mulia Zoevyha yang akan menemani pasukan kami." jawaban Jake itu kau cermati, kan benar saja, ada mimik yang sangat spesial jika menyebutkan nama Yang Mulia Zoevyha.

Kau terkekeh sangat pelan lalu melanjutkan makanmu, kau sangat tau jika kakakmu dan Yang Mulia Zoevyha adalah teman masa kecil, kakakmu selalu merengek jika Zoevyha pergi untuk kembali ke ibu kota karna butuh waktu lama sang Kaisar akan berkunjung didaerah mu lagi.

👑👑👑

Hoonclaide berselimuti handuk bajunya sekarang, dua pelayannya menyusun rapi pakaian yang akan digunakannya, hanya kemeja berwarna putih dan berbahan satin saja dengan kerah lepas pasang untuk leher jenjang sang pangeran.

Wajah dari kedua pelayan itu memerah, bagaimana tidak, sang Pangeran hanya memakai pakaian dalamnya saja sekarang. Ritual seperti ini memang setiap pagi mereka lakukan, karna itu sudah menjadi tugas penuh sang pelayan untuk melayani Kerajaan.

Hoonclaide menatap datar kearah luar jendela, tidak ingin berkomentar apapun karna itu sudah menjadi hal lazim untuknya, kulitnya yang sangat putih dan lembut dengan pundak lebar tegapnya, jangan dilupakan bentuk perutnya yang terlihat sangat kuat dan juga berbidang. Ia merelakan pemandangan indah itu untuk dilihat oleh pelayannya.

"Tu..tuan tolong beritahu hamba jika Tuan merasakan sakit." ucapan ragu itu dilontarkan dari pelayannya yang sedang memasukkan lengan Hoonclaide pada pakaian itu.

Tidak ada jawaban, jelas saja luka itu masih cukup perih karna, bilahan besi yang digunakan berbeda dengan bilahan besi untuk perempuan kala itu. Untuk lelaki cap itu lebih menusuk dan dalam agar tidak mudah untuk lenyap serta menandakan kejantanan sang lelaki.

Hoonclaide sudah selesai berkutat dengan kemejanya, sekarang ia mengangkat kakinya untuk mempersilahkan pelayannya itu memasang celana kain pada tungkainya.

👑👑👑

Ini sudah jam 10 pagi, dan artinya ini waktunya kau bertemu dengan sahabatmu itu, kalian berjanji didaerah pegunungan Novomountain yang sunyi namun sangat nyaman.

Kau sudah duduk di bawah pepohonan cemara yang rindang, tak lupa beralaskan selembar kain lebar untuk alas duduknya tubuhmu pada rumput itu,  kau tidak membawa apa-apa, hanya tangan kosong dikarenakan sahabatmu itulah yang berjanji akan membawa rangkaian teh dan kukis sebagai cemilan.

"Ah bukankah sepertinya ini telat?" keluhmu saat melihat arloji lepas milikmu yang ternyata sudah melebihi waktu yang ditentukan.

Tanpa kau sadari, seseorang lelaki dengan jubah dan topengnya terus memerhatikanmu yang duduk manis ditempat itu, rambut kepangmu di akui menarik olehnya.

Lelaki itu mendekatimu, lalu merangkul kepalamu dari belakang dan menutupi bagian hidung hingga mulutmu dengan selembar kain putih yang sudah dicampurinya dengan serbuk bunga datura, kau membelalakan matamu sembari memegangi tangan itu untuk berontak, namun, pandanganmu menggelap dan kau terhanyut.

Jay tersenyum miring lalu menggendong tubuh lemahmu di pundaknya, dengan cepat lelaki itu membereskan alasan duduk yang kau gunakan, lelaki itu membaringkan tubuhmu pelan di gerobak miliknya. Lalu beranjak untuk menunggangi keledainya.

Jay berfikir sejenak, sketsa lukisan yang diberikan lelaki misterius itu wajahmu bukan? Ah peduli apa, yang jelas saat itu Jay tersulut emosi dikarenakan mengetahui lebih jauh motif kematian kekasihnya.

Keledai yang membawa gerobak serta dirimu itu menuju kearah hutan yang rindang dan cukup jauh dari kericuhan kota. Jay memberhentikan kemudinya lalu mengelus keledainya yang besar hampir menyerupai kuda.

Lelaki itu menggendongmu lagi dibagian pundaknya, lalu bergegas naik ke anak tangga yang menempel pada pohon kokoh nan besar. Ya rumah pohon miliknya yang hanya dia dan kedua adiknya yang tau.

Lelaki ini terlebih dahulu menjatuhkan lembut tubuhmu sesaat sampai di rumah pohon itu. Jay membuka jendela kecil di rumah itu dan mengambil beberapa tali kevlar yang sudah disediakannya.

Jay mengarahkaan lenganmu menyilang kebelakang dan mengikatnya, setelahnya lelaki itu mengikat pergelangan bawah kakimu, ya bisa dibilang sedikit kencang, dan selanjutnya ia duduk didepanmu dengan berjarak dan memerhatikan wajahmu. Kau masih terbius dengan cantiknya, hingga tak beberapa lama, kau mengerjapkan matamu dan terkesiap.

"Si-siapa kau?" pekikmu yang jelas saja terkejut karna melihat sosok lelaki bertopeng pada bagian matanya. Lekaki itu hanya tertegun, seperti merasakan desiran aneh di aliran darah pada jantungnya.

"Hey, jawab aku!" ulangmu sedikit berteriak, Jay menerjapkan matanya berapa kali, dan hal apa yang membuat Jay termenung seperti itu? Suaramu, suara indahmu mirip sekali dengan mendiang kekasihnya.

👑👑👑

Hallo, hehe
Ada kritik dan saran? Silahkan, boleh kok boleh
Yang udah mau baca cerita ini, terimakasih banyak ya.
Te'amo uwu

Continue Reading

You'll Also Like

38K 3.7K 39
Ketika dua insan dipertemukan kembali dalam keadaan yang sudah berbeda. Keyrin, yang dulunya seorang anak konglomerat, sekarang harus bekerja mati-ma...
3.3K 108 8
Halo, kami menyediakan Cover Premade Gratis (Syarat & Ketentuan Berlaku).
9.2K 503 5
Kumpulan cerita tentang 2min . . . [Lee Know x Kim Seungmin] . . . (𝑏𝑢𝑚𝑖 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔, 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑒�...
16.7K 2.1K 36
YouN1T tau lah ya kalo masyun itu kadang receh atau heboh?? yaa jadi itu lah deskripsi dari cerita inih :D FULL RECEH! Percayalah author nya slow upd...