Hidden Romeo || SUNGHOON & JA...

By levilevilaa

19.5K 2.6K 1.2K

Status ; completed✔️ PG-16+ Started : 08 September 21 End : 08 November 21 Kisah tentang Pangeran tampan yang... More

00 ; Intro - Prologue
01 ; The Beginning
03 ; Jay Mactavish
04 ; Rannascca Rileyvohrt
05 ; Jake Rileyvorht
06 ; Heenozch Niktolion
07 ; Vdevwon Albyonc
08 ; Sunvroch Niktolion
09 ; Nikmonarov Albyonc
10 ; Zoevyha Xhalleed
11 ; 👑
12 ; 👑
13 ; 👑
14 ; 👑
15 ; 👑
16 ; 👑
17 ; 👑
18 ; 👑
19 ; 👑
20 ; 👑
21 ; 👑
22 ;👑
23 ; 👑
24 ; 👑
25 ; 👑
26 ; 👑
27 ; 👑
28 ; 👑
29 ; The Last

02 ; Hoonclaide Scronovish

783 123 69
By levilevilaa

👑👑👑

Author POV

-

"VDEVWON!"

Suara itu cukup menggelegar, membuat orang disekitarnya terheran dan sesaat acara saling dorong itu terhenti, seperti sihir.

"Iya kak aku disini, jangan khawatir." sebuah suara terdengar diantara kerumunan didaerah belakang. Jay menggerakan kepalanya cukup antusias, karna mendengarkan suara sang adik.

Sebuah tarikan di lengan Jay membuatnya tergerak, menemukan adiknya, adiknya yang menariknya ternyata. Wajah tampan lelaki itu masih saja gundah nan panik. Bagaimana tidak, dia tidak ingin lagi kehilangan keluarganya.

"Hhh, kau tunggu disini saja, biar aku yang mengambil daging mentah itu!" perintah Jay sembari menangkup wajah manis adiknya yang sedikit kotor namun memiliki wajah mulus layaknya kapas.

Vdevwon mengangguk mengiyakan, ia tau jika semenjak kematian kekasih dari kakaknya itu, ia menjadi lelaki yang sangat protektif.

Ingin tau mengapa kekasihnya pergi? Salah satu Duke membeli dan menjadikannya budak seks. Dapat dipastikan jika mendiang kekasih Jay mengalami stress hingga membuatnya tak makan maupun minum dalam beberapa hari.

Saat mengetahui kejadian itu, Jay mengurung dirinya di ruang bawah tanah selama lima hari, makannya hanya sesuap, minum hanya seteguk layaknya menjadi mayat hidup.

Bukannya Jay melarang kekasihnya untuk pergi, namun ini perintah dari orang tua kekasihnya itu karna mereka pun dari kaum bawah. Duke itu menjanjikan untuk menjadikannya selir dan memenuhi kebutuhan dari kehidupan keluarganya, namun nihil.

Dendam? Tentu saja, Jay akan melakukan hal yang sama dengan anak dari Duke itu, pasti. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri disaat menangis sejadi-jadinya dimakam kekasihnya itu.

"Vdevwon? Melamuni apa?" tanya sebuah suara yang ternyata sudah selesai dengan kegiatannya. Vdevwon melirik kakaknya yang menutupi kepalanya dengan penutup kepala jubahnya.

"Ayo pulang kak." ajak Vdevwon sembari mengambil salah satu paperbag kertas coklat yang berisi daging itu. Mereka pun berjalan tanpa mengetahui ada yang sedari tadi mengawasi mereka, senyuman miring menghiasi wajah itu.

👑👑👑

Malam tiba, acara pertunangan itu telah usai saat fajar tiba, dirimu telah diantarkan oleh kereta kuda milik kerajaan. Kau mengingat perkataan Hoonclaide saat berpisah denganmu.

Wajahmu menyendu, perkataan itu cukup membuatmu ragu, bisakah kau membuatnya cinta padamu?

//

"Aku tau betul rupamu, kau sangat rupawan, namun.. Jangan kau berfikir jika hatiku akan terjerat pada pesonamu seperti yang mereka lakukan." pandangan datar dari Hoonclaide menjuru ke penunggang kuda kerajaan serta para bawahan Ksatrianya yang sedang menatapmu seperti hewan yang lapar.

Salivamu tertahan, kau bahkan berhenti untuk meneguknya, tidak tau harus bersikap bagaimana. Kau hanya mengikuti Hoonclaide yang mengantarmu sampai pada kereta kuda itu.

"Aku pamit, sampai bertemu nanti Tuan Muda." kau membungkukan tubuhmu, orang tuamu masuk lebih dulu kedalam kereta kuda itu.

"Pastikan mereka dalam keadaan aman sesaat sampai didepan pintu mansion mereka." perintah Hoonclaide, bawahannya tentu saja mengangguk dengan tegang.

Saat kau ingin menaiki tangga tumpuan itu, Hoonclaide menarik lenganmu lembut, bibirnya mendarat dipunggung tanganmu. Lembut dan sedikit basah, Hoonclaide memberikan senyumannya padamu dan mundur selangkah dengan anggunnya. Akting yang bagus, orang tuamu pun sampai dimabuk kepayang dibuatnya.

Wajahmu memerah, tentu saja, lelaki yang sebelumnya berbicara tidak mengenakan itu bisa memperlakukanmu semanis ini, mungkin ini yang namanya habis jatuh lalu terbang menjulang tinggi. Ah terbalik ya?

Hoonclaide menggerakan kepalanya kearah kiri, dimana kereta kuda itu akan pergi. Wajahnya masih dengan ekspresinya yang datar. Seseorang wanita mendekati sang Pangeran dengan sebuah kain yang disampirkan pada bagian lengannya.

"Romantis sekali pemuda satu ini, mengantarkan kekasihnya hingga tak nampak bayangannya lagi." ledeknya lalu berdiri tepat disamping Hoonclaide, lelaki itu menoleh padanya lalu menyunggingkan senyum.

"Mencari mangsa lain Yang Mulia?" bukan Hoonclaide namanya jika tak membalas ledekan dari sang kakak sepupunya, Zoevyha.

"Iya, Pangeran Hee meninggalkanku saat ditaman, petinggi dari daerah lain mengajaknya bicara." keluh Zoevyha, meskipun dia anak dari kaisar yang sepenuhnya ialah pemimpin negara ini. Namun sosok dan auranya yang sangat dingin menjadikan dirinya disegani dan cukup ditakuti. Sama seperti Hoonclaide, tetapi bedanya, Hoonclaide menjadi artis utama bagi para perempuan disana.

Hoonclaide terkekeh sedetik, sekitarannya sudah sunyi, pelayan dan bawahannya tak memiliki keberanian untuk berlama-lama di area dua orang yang memiliki aura keagungan itu.

//

Tubuhmu masih betah dengan gaun yang kau gunakan, pelayanmu pun dibuat heran. Mengapa dirimu tidak ingin melepasnya dan membersihkan tubuhmu lebih dahulu?

"Hmmm, menyusahkan saja." gumammu kecil sembari memerhatikan tanda jalinan kasih di sekitar urat nadi lenganmu, hatimu selalu ingin meloncat keluar jika menatap Hoonclaide, kau sangat mengakui itu.

Sebuah ketukan menyalami pintu tinggi kamarmu, kau mempersilahkan personal yang melakukan itu untuk masuk, tekukan dari wajahmu seketika berubah menjadi senyuman.

"Kakak!" kau mendudukkan tubuhmu yang berbaring lalu bergerak untuk memeluk kakakmu satu-satunya, Jake.

"Hey, mengapa wajahmu cemberut?" tebakan Jake benar, lelaki ini sempat melihat wajah rengutanmu rupanya. Kau menggeleng dengan masih memeluk kakakmu yang berbeda jarak 2 tahun denganmu. Umurmu sekarang menginjak 18 tahun.

"Pangeran mengatakan sesuatu yang tidak nyaman padamu?" selidik kakakmu itu lagi, kau tetap menggeleng namun sekarang kau melepaskan pelukan itu.

"Tidak kak, hanya saja aku tidak ingin jika kau pergi untuk malam ini." ucapmu berbohong, meskipun ada setitik benarnya. Jake adalah Kapten dari seluruh Ksatria di daerahnya, jadi sangat jarang untuk menemukan sosoknya dimansion mereka.

"Aku menginap untuk satu malam, Yang Mulia Putri Zoevyha yang menyuruhku, jika tidak karna bantuannya, Yang Mulia Raja tidak akan mungkin ingin meliburkanku." balas Jake sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kau mengeluarkan senyuman jahilmu. Sudah beberapa kali kau menangkap reaksi kakakmu ini yang lain jika membicarakan tentang Yang Mulia Putri Zoevyha.

"Kak, sadarlah diri, Yang Mulia Putri Zoevyha itu anak Yang Mulia Kaisar. Lagipula dia sudah memiliki tunangan, Pangeran pula." sindirmu langsung, Jake mengerutkan keningnya tanda tak menerima ejekanmu.

"Aku hanya mengangguminya saja, tidak menyukainya, ah sudahlah, aku ingin membersihkan diri." nampaknya kakakmu itu kalah, kau tertawa kecil melihat punggung lelaki itu mulai sirna dari pandanganmu.

👑👑👑

Jay diberhentikan oleh seseorang yang memiliki jubah berbeda warna darinya, bukan berbeda lagi, bahkan Jay tak pernah melihat jubah berwarna biru muda itu. Lelaki itu tersenyum sembari membungkukkan tubuhnya. Khas salam kerajaan.

"Apakah Tuan bernama Jay Mactavish Zlyo?" tanya lelaki itu, air muka Jay berubah. Jay sedang memakai jubah hitam berlambang pedang di bagian bawahnya sekarang dengan masker khas Zorro dimatanya.

"Tidak saya bukan yang anda maksud." jawab Jay memberatkan suaranya, ia tidak ingin identitasnya diketahui oleh orang lain.

"Ah baiklah, maafkan kelancangan saya yang sebenarnya ingin memberi sedikit informasi tentang kematian Nona Julliette Vanderbho." lelaki itu memberikan salam pamit pada Jay. Kornea mata Jay membesar saat mendengar nama mendiang kekasihnya disebut.

Lelaki itu mulai menaiki pijakan kudanya dengan satu kaki, sebelum ia naik segenggam tangan menggapai jubah belakangnya.

"Ya, saya ialah orang yang anda maksud." jujur Jay pada akhirnya, senyuman miring dibalik topeng putih lelaki itu tidak nampak. Tidak sulit rupanya untuk memancing Jay.

"Apa bukti anda? Saya menjadi kurang yakin karna penolakan anda sebelumnya. Akan sia-sia informasi saya jika ternyata kau adalah orang yang salah." jelas lelaki itu cukup panjang, Jay menghembuskan nafasnya lalu menatap lelaki yang sudah berdepanan wajah dengannya.

Jay hanya melihat mata lelaki itu, kelopak mata yang tipis serta lensa mata berwana obsidian yang sangat apik. Topeng lelaki itu menutupi wajahnya dengan sempurna.

Jay membuka bagian jubah dikepalanya, lalu membuka topeng hitam bagian matanya, senyuman miring yang tak tampak lagi-lagi disunggingkan dibibir lelaki yang tidak diketahui siapa ini.

"Baiklah, kau memang Jay, sesuai data yang diberikan." ujar lelaki itu mantap, Jay kembali menutupi wajah dan kepalanya, tidak ingin ada orang lain yang tidak sengaja berpapasan dengan mereka dan melihat siapa dibalik jubah khas itu.

"Terimalah." lelaki itu menyodorkan segulung kertas dengan tali merah mengikatinya, Jay mengambil kertas itu dengan hati-hati.

"Data orang yang membunuh mendiang kekasihmu ada disana, aku harap kau bisa lebih tenang dan ik-"

"Bedebah tua ini? Kau bilang apa? Tenang dan ikhlas? Tidak, aku tidak akan pernah memaafkan pembunuh Julliette! Tidak!" potong Jay geram hingga membuat lelaki didepannya harus menahan keterkejutannya.

"Lalu apa yang ingin kau lakukan?" tanya lelaki itu dengan tenang sembari menenangkan kudanya yang sedikit gelisah.

"Aku ingin balas dendam padanya."

👑👑👑

Sekarang jam makan malam kerajaan, pelayan yang berdiri semakin canggung karna suasana dingin diantara ayah dan anak ini, ya siapa lagi jika bukan Hoonclaide beserta ayahnya, Raja Scronovish ke-IV bernama Vergil Scronovish.

"Selamat atas pertunanganmu." ucap sang raja dengan mata yang masih tertuju pada potongan dagingnya. Hoonclaide memberhentikan kunyahannya, melempar asal garpu dan pisaunya.

"Tidak perlu, aku tidak butuh keberkataan darimu, Yang Mulia." balas Hoonclaide datar sembari meminum jus jeruk miliknya digelas berbahan dasar kaca dengan kristal disetiap pinggirannya.

Sang ayah menghela nafasnya pelan, ia tau betul mengapa sikap anaknya menjadi seperti ini. Ya, dia tidak pernah memberi sedikit pun perhatian maupun kehangatan kepada anaknya itu.

Ditambah kematian ibunya saat ia sedang masa kanak-kanak, dapat dikatakan jika kurangnya harmonisasi diantara Sang Raja dan sang ratu. Menjadikan kembang tumbuh Hoonclaide sedikit buruk, terutama dikepribadiannya.

"Terimakasih atas waktu makan malam hari ini Yang Mulia Raja, sungguh suatu kehormatan untuk hamba." ujaran itu selalu dilakukan jika selesai makan bersama, Hoonclaide membersihkan bagian mulutnya dengan pelan dan berlalu diikuti tundukan hormat dari pelayannya yang diberikan.

Sekitar 7 menit, Hoonclaide akan segera menuju kekamarnya, ya, dari ruang makan menuju kamarnya yang berada di lantai 3 membutuhkan waktu yang cukup lama karna istananya yang luas.

Hoonclaide melirik dua pelayan yang didepan kamarnya dengan malas. "Kalian ingin mendengarkan aku mendesah lagi?" celetuk Hoonclaide pada dua pelayannya itu.

Yang di celetuki hanya menunduk kikuk, ya, benar apa yang Hoonclaide katakan, Hoonclaide selalu mimpi buruk dan yang keluar dari mulutnya bukanlah suara teriakan melainkan suara ketakutan yang lebih terdengar seperti erangan.

"Ti..tidak Tuan..." salah satu pelayan itu buka suara, kakinya pun gemetaran. Hoonclaide menumbuk sedikit kasar dinding yang berada didekat pelayan itu.

Jarak antara tangan Hoonclaide dengan wajah pelayan itu hanya beberapa centimeter, ya bisa dibayangkan bagaimana? Hoonclaide mengunci kedua pelayan itu dengan salah satu tangannya.

"Pergi atau kalian akan menyesal." ancam Hoonclaide dengan aura dinginnya yang menguar, kedua pelayan itu tersenyum kikuk hingga berlutut meminta maaf. Berjanji untuk pergi dan tidak akan melakukannya lagi.

"Tch, menyusahkan saja." gumam Hoonclaide dan berlalu, memasuki kamar megahnya dan jangan dilupa, dentuman keras saat ia menutup pintu sedikit menggema diruangan itu.

Hoonclaide melangkah ke ranjangnya, menatapi kelambu ranjangnya yang berbahan sutra dan warna ke emasan itu. Senyuman miringnya terukir karna mengingat sesuatu hal yang tak pantas.

Apa yang diingat Pangeran ini? Kenyalnya gundukanmu saat menekan bagian dada bawahnya. Hoonclaide menutupi mulutnya dengan punggung tangannya, menahan kekehannya yang mungkin saja dapat keluar.

"Semua perempuan ternyata sama saja.-" gumamannya terjeda, lalu ujung matanya melihat figura wajah ibunya dinakas tempat tidurnya.

"Ah kecuali kau ibuku tercinta."

👑👑👑

Sepi, krik krik...
Jangan lupa vitaminnya ya!
Vote ataupun komen....
Terimakasih uwu

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 20.5K 39
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
9.8K 1.4K 15
Butuh 1 tahun untuk Heeseung mengenal Ni-ki, butuh 7 hari untuk membuat Heeseung jatuh cinta sedalam-dalamnya dan hanya butuh 1 malam untuk membuat H...
229K 19.2K 46
+ seventeen series. semua kerecehan ada disini. © Kevin-nology, 2018
33.5K 1.6K 18
[Harap follow dulu sebelum membaca!] Gladisa Nada Nadira gadis polos yg mengidolakan mantan ketua osis, Army Rihanka Nadewa. Ia sangat menyukai kakak...