REWRITE [ Trash Of The Count'...

By __KIVIJ

21.1K 2.4K 1.2K

Kim Jia. Gadis yang mati karena sebuah kejadian membuat dirinya tidak menyesali tindakan dirinya. Namun, sebe... More

00
01
02
03
04
05
[No Chapter I]
06
07
09
10
11
[No Chapter II]
12
13
14
15
16
Special Chapter ; Aerith Mathis
17
18
19
20
[ SIDE STORY I : HOW TO FEEL COMFORT ]
[ Side Stories II : NO ONE KNOWS ABOUT IT. ]
21
22
23
COMEBACK [ SCROLL PALING BAWAH ]
24

08

647 83 16
By __KIVIJ

Belum sempurna?

Aerith tidak salah dengarkan?
Jantung Chimera yang merenggut nyawa dan satu desa ini, dikatakan belum sempurna. Aigoo, kenapa dia terlahir di dunia fantasy seperti ini? Biarkan dirinya terlahir sebagai anak orang kaya tanpa mengetahui dunia yang keji.

Mungkin, ini akan ditanyakan oleh kepada Pohon Dunia. Mengapa dirinya harus terlahir di dunia fantasy, apa nanti ada seorang pahlawan yang akan ia bantu?! Tidak akan! Dia tidak akan membantu siapapun, mau pahlawan atau raja iblis! Semisalnya peperangan pecah. Aerith akan meminta Aine membuat magic device dan membangun dinding tebal agar wilayah Mathis termasuk Henituse akan aman sentosa.

"Ah, bagaimana kau tau jantung itu belum sempurna Aine?" tanya Aerith mengambil gelas di atas nakas, lalu meminum air hangat di gelas tersebut.

"Saat aku melihat jantung tersebut, juga beberapa komponen yang di dalamnya membuat jantung itu tidak berkerja dengan benar." Jawab Aine membuat Aerith mencerna jawaban yang ia dapat,

Tidak berkerja? Ah! Aerith ingat saat Aine mengotak-atik jantung kemarin. Jantung itu memang berdenyut seperti jantung lainnya saat Aine memberikan tali mana yang tersambung di tubuh pemuda elf itu, tetapi itu tidak bisa menampung mana milik Aine malah sebaliknya. Dia malah menumpahkan mana yang menguar karena tekanan mana yang tidak seimbang.

"Jadi, kau ingin mengotak-atik kembali jantung itu?"

"Ya, aku bersyukur di sini memiliki kebutuhan yang lengkap membuatku mudah untuk bisa mendaur ulang jantung itu."

Aerith mengangguk menandakan dirinya mengerti.

"Oh ... kau ingat penjelasan dari bocah kemarin sebelum ia jatuh pingsan,"

Aine menambahkan perkataannya, membuat Aerith mengingatkan penjelasan dari bocah itu mengatakan bahwa penyihir yang ia bunuh mencuri penelitian milik organisasi yang mereka temui. Kemudian, meneliti dan membuat jantung Chimera tersebut dengan berbahan dasar jantung wyvren.

--- juga, Penyihir bajingan itu membeli budak berbagai ras termasuk bocah yang mereka temui tadi. Setelah proses penelitian ini dikatakan sempurna ini usai, ada pengkhianat di antara bawahan penyihir tersebut dan memberitahukan kepada organisasi lalu berakhir seperti kemarin.

"Aku ingat ..." Jeda Aerith saat mengingat percakapan dirinya bersama sang Ayah, dia melihat Aine dengan dahi mengerut karena dirinya memikirkan reaksi naga dewasa di depannya, setelah mendengar informasi yang ia dapat dari Callen. "Aine, mungkin aku tau dimana tempat mengulik informasi tentang organisasi yang kau cari."

Huh?

Aine langsung melihat gadis bermahkota kelabu sedang memandanginya dengan air muka yang tenang.

Tanpa sadar naga dewasa ini bertanya, "dimana?" Aerith menghela nafas samar, ia tau bahwa Aine benar-benar ingin membalas perbuatan yang dilakukan oleh organisasi yang mereka temui.

Terlebih, organisasi itu membuat Chimera dengan memangsa jantung Naga termasuk Aine.

--- Bagaimana Aine bertahan hidup tanpa jantung? Bukankah itu melawan hukum dunia? Itu sebuah pertanyaan Aerith masih ia telan bulat-bulat, masih ragu ditanyakan. Terlebih, Naga ini tidak seperti makhluk licht menggunakan kristal. Aine masih memiliki wujud yang sempurna terkecuali jantungnya.

Cukup ... Aerith tidak akan memikirkan hal ini.

"Kerajaan Norland, aku tidak yakin tetapi setelah keluargaku mencari informasi tentang tempat ini. Norland memutuskan hubungan diplomatik dengan Roan, mungkin itu ada hubungan jelas dengan organisasi rahasia yang kita temui kemarin."

... Aine terdiam, menelaah apa yang diberitahukan kepada dirinya. Kerajaan Norland? ' Naga dewasa ini menaruh telapak tangannya di atas bibir, lalu dengkusan kecil keluar yang lama-kelamaan mengeluarkan kekehan lalu tertawa membuat Aerith langsung sedikit menjauh.

"Pfft--... Ahahaha! Norland katamu?! Hahahah!"

Aigoo ... Naga ganas ini mulai tertawa seperti orang maniak, Aerith melihat hanya merasakan seluruh tubuhnya merinding akibat mendengar tawa gila dari pemuda elf di depannya.

"Tepat sekali,"

Huh?

Aerith langsung menoleh ke arah naga tersebut dengan dahi mengerut, namun ia melihat sudut bibir berkedut membuat gadis ini merinding.

"Saat kau masih tertidur, bocah itu mengatakan lagi padaku. Kalau penyihir gila itu mencuri penelitian ini dari Norland,"

Aerith langsung mendengarnya menghela nafas panjang, dia mengambil mangkuk di atas nakas lalu memakannya dengan wajah tenang. Sebelum, ia kembali menyuapkan potongan daging di sana. Dirinya kembali menceletukkan,

"Jadi, kau mengira bahwa boss dari organisasi di sana?"

Aine menggeleng mendengar itu, dia mengulas senyum cerah membuat Aerith merasakan cream kentang ini menjadi pahit.

"Tentu saja tidak, dragon slayer bajingan itu tidak akan di tempat sempit. Aku ke sana ingin mencuri sesuatu yang katanya sudah sempurna," jelas pemuda elf ini membuat Aerith Mathis ini mengangguk kecil, bersamaan kurva bibir terangkat membentuk senyuman.

Hei, bukankah ini luar biasa?

Aerith mendapatkan perlindungan dari Naga Dewasa semacam Aine Redeu ke wilayah musuh. Tanpa mempedulikan, belakang tubuhnya yang terbuka. Apalagi, dia bisa meminta penyihir terhebat dan alkemis yang jenius -- Aine Redeu, membuatkan hal yang ia pinta?

Secara gratis, loh! Dia bisa menjualkannya ke Odeus Flynn, untuk mengumpulkan pundi-pundi uang dan emas semisal Aerith menjual magic device maupun hasil alkemia dari Aine.

"Hee~ kalau begitu, mohon bantuannya. Naga-nim!"

Bajingan ini!

Aine yang melihat senyuman dari Aerith langsung sedikit menjauh, karena ia mengetahui dibalik senyuman dari bajingan kecil di depannya.

"Haaa ..."

Aigoo, cuma Aerith Mathis ... Kim Jia saja yang membuat seorang Naga sepertinya bodyguard yang menghasilkan uang.

__

Keringat dingin mengucur deras di dahi juga tangan milik anak perempuan yang duduk di sofa merah, dia tidak tau ... tetapi para spirit elemental mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja karena ada naga di sisinya. Namun, ia tidak yakin itu benar bahwa dirinya baik-baik. Terlebih, dirinya melihat bagaimana naga tersebut dan perempuan itu membunuh ahli pedang dan penyihir yang menyiksa dirinya dan para elemental.

--- tidak, anak perempuan ini bersyukur karena ia terbebas dari siksaan dari penyihir terus. Namun, ia tidak bisa mempercayai orang di depannya karena apa yang terjadi dimasa lalu.

"Separuh Dark-Elf, huh?"

Suara gadis berhelaian kelabu ini melihat dirinya dengan tatapan mengobservasi, terlihat manik biru langit pagi tidak ada kehangatan sama sekali.

"Sepertinya, kau tidak terkejut dengan ini ya?" Tanya pemuda berhelaian merah pekat,

Gadis ini terkekeh hambar mendengarnya, berbeda dengan anak perempuan setelah Dark-Elf ini yang semakin menunduk. Tentu saja, manusia biasa seperti gadis bermahkota kabut ini begitu membenci makhluk kotor seperti dark-elf karena mereka hidup bersama deathmana.

"Bagaimana lagi, aku pernah melihat Dark-Elf dimana aku mengunjungi Ibukota saat Ayah bertugas di atas perintah Raja."

Itu benar, gadis itu ... Aerith Mathis, bertemu Dark-Elf yang baru saja menginjak usia pubertas lalu berteman ... mungkin? Aerith tidak tau, apalagi bajingan kecil ini selalu mengusirnya dan mengatakan jangan bilang hal ini berada di Roan. Tch, untuk apa mengatakan itu terhadap orang-orang kolot seperti arikstorat.

"Tetapi, dia sedikit berbeda ya? Dia tidak terlihat seperti Dark-Elf." ujar Aerith membuka kembali suaranya, anak perempuan di depannya tidak seperti Dark-Elf. Malah seperti, anak manusia biasa dari sudut pandang orang lain.

"Dia menggunakan sihir untuk menyamarkan dirinya, dia lebih hitam daripada orang selatan karena penyihir gila itu memintanya untuk menghisap habis deathmana dari Jantung Chimera." Tutur Aine menjentikkan jari lalu membuat wujud sesungguhnya dari anak perempuan itu terlihat.

Anak perempuan ini semakin menunduk saat mendengar penjelasan sang Naga, itu benar. Dia sudah menjelaskan hal tersebut kepada Aine, berbeda dengan Aerith yang sudah paham. Tetapi, ia malah tidak merasakan orang itu menggunakan sihir penyamaran.

"Benar-benar seperti mutiara hitam, huh?"

Celetukan tiba-tiba membuat anak perempuan ini langsung melihat Aerith yang mengulas senyum kagum, "entah mengapa aku ingin memiliki mutiara hitam, apa aku harus ke ubarr mencari mutiara hitam untuk Ibu sebagai oleh-oleh." Tambah gadis ini membuat Aine menyeringai mengejek.

"Bilang saja, agar kau bisa dimaafkan oleh ibumu setelah bertemu kembali agar kau bisa diijinkan untuk melanjutkan perjalananmu 'kan."

"Bajingan, jangan membuka kartuku. Kau tau, dia hanya tau aku berada di ubarr sekarang."

Huh? Anak perempuan ini melihat kedua orang itu tidak percaya, iris hitam kecokelatan itu tidak sengaja melihat manik biru langit langsung membuatnya terkejut. Ia ingin mengalihkan pandangan namun iris tersebut mengunci tatapannya, kedua belah bibir Aerith terangkat membentuk senyuman puas.

"Nak, kau harus melakukan kontak mata lada orang yang berbicara padamu seperti ini. Mengerti?" Beritahu Aerith kembali masih terulas senyum simpul,

Nak? ... Usia mereka hanya berpaut 9 tahun saja, namun ia merasakan bahwa orang ini memang memiliki mental lebih dewasa darinya. Anak perempuan ini mengangguk samar, ingin menunduk tetapi ingat apa yang Aerith katakan.

"Kakakku mengajariku, saat kamu berbicara dengan seseorang. Kamu harus melakukan kontak mata seperti ini," Dia kemudian melanjutkan dengan senyuman tipis saat mengingat apa yang dikatakan sang kakak, Kim Rok Soo. "Kemudian, katakan apa yang kau ingin utarakan."

Benar, Kim Rok Soo selalu mengajari hal ini padanya saat ia berada di masa tidak menyenangkan. Dimana ia takut menatap karena seseorang tidak ada mendengarkan keinginan dan ucapannya, termasuk kakaknya sendiri. Kim Jia saat itu menunduk takut saat memberitahukan apa yang terjadi, selama dirinya dan kakaknya terpisah.

"Kim Jia, aku tidak akan mengerti apa yang kamu rasakan saat dirimu menunduk seperti ini."

Kim Jia merasakan tepukan tangan sang kakak di atas puncak kepala hitamnya, begitu lembut dan hangat.

Dengan ragu, gadis berusia 15 tahun ini mengangkat kepalanya lalu melihat iris red brick sang kakak -- Kim Rok Soo, yang memandangi dirinya khawatir di balik air muka yang tenang.

"Kau harus membuat kontak mata saat berbicara padaku ... juga kepada orang lain, agar bisa menyampaikan apa yang kau rasakan dan ingin dirimu utarakan. Kamu mengerti, Jia-ie?"

Aerith mengingat hanya mengulum senyum saat puncak kepala kelabu ini, masih merasakan tepukan tangan sang kakak. Berbeda dengan anak perempuan melihat perubahan raut wajah Aerith itu langsung mengangguk, ia melihat Aerith dengan tatapan gemetar saat mendapatkan manik mata biru langit itu yang begitu tenang ... begitupula, ah. Ia melihat kehangatan di sana, apa itu untuk dirinya?

"Beritahu apa yang kau lakukan setelah ini, bukankah aku sudah berjanji memberikan sesuatu setelah memberitahu kami." Tutur Aerith tenang,


Anak ini mengeratkan genggaman tangannya sendiri, ia membuka mulut dengan tarikan nafas yang panjang.

"Aku ingin bebas! Hidup seperti manusia atau dark-elf yang memiliki keluarga maupun membuka toko untuk kehidupannya sendiri!!" Teras anak perempuan ini dengan suara yang ia sengaja ia tegaskan,

Gadis berambut kelabu ini terdiam, lalu sudut bibirnya terangkat mengulas senyuman. "Baiklah, aku akan membantumu untuk hidup dan tumbuh tanpa mengalami ketakutan lagi."

"Benarkah?!" Balas anak perempuan ini membuat Aerith mengangguk kepala, dia beranjak dari duduknya lalu mendekati anak perempuan itu sambil menepuk puncak kepala hitam dengan bibir membentuk senyuman kecil. "Aku sudah berjanji, 'kan. Bagaimana denganmu?" Aerith menambahkan kembali, sambil memandangi wajah anak kecil di depannya.

"Umh! Aku berjanji sebagai pengendali elemental!"

Ah, tidak perlu sampai bersumpah sebagai user elements. Aerith hanya ingin anak perempuan berjanji agar tumbuh seperti anak kecil lainnya, soal kejadian ini? Tidak, Aerith tidak meminta bocah ini menutupinya. Terkecuali, tentang Aine Redeu.

"Aine,"

"Aku mengerti,"

Aerith Mathis menoleh ke arah Aine, yang menghela nafas pasrah. Tetapi, tidak mengeluh. Ini sudah keputusan bersama, terlebih bocah itu akan membantunya untuk membuatkan batu life force dengan racikan yang Aine buat sendiri.

Dia mengangguk dengan malas, lalu meninggalkan Aerith bersama bocah tersebut. Aine ingin melanjutkan pekerjaannya yang ia tinggali tadi, namun wujudnya sudah tidak bisa bertahan itu langsung kembali masuk ke dalam pedang yang di sisi pinggang Aerith setelah mengatakan ;

"Aku akan memasangkan teleportation magic circle, setelah beristirahat dan melanjutkan pekerjaan yang kutinggal."

____

Gadis berhelain kelabu ini keluar dari wagoon dengan bantuan kepala pelayan yang tinggal di Villa Mathis, sudah satu bulan berlalu dirinya meninggalkan Kerajaan Whimper agar bisa kembali ke Ibukota. Ya, lebih tepatnya hanya satu minggu untuk sampai ke tempat ini. Dan, tiga minggu untuk menunggu Aine Redeu yang sibuk mengurusi jantung Chimera tersebut dan menanamkan ke tubuh pemuda elf itu.

--- Jadi, bagaimana keadaan Aine saat ini?

Naga dewasa itu sedang tertidur di dalam pedangnya selama perjalanan ke Ibukota, mereka menggunakan sihir teleportasi milik Aine ke wilayah Ubarr. Yang dimana Aerith sudah meminta dirinya dijemput oleh Callen Mathis di lokasi tersebut, dirinya juga memperintahkan salah satu penjaga yang diutus oleh sang Ayah membawa Jasmine -- bocah Dark-Elf itu ke wilayah mereka.

"Tuan muda Jade sudah menunggu anda, Nona." Beritahu pelayan tersebut membuat Aerith mengerutkan dahi, sontak dirinya menoleh ke arah pelayan tersebut dengan tangan terlipat di dada.

"Jade?" tanya Aerith menyakinkan bahwa adiknya yang datang,

"Benar, Tuan Jade sudah datang dua hari sebelum anda sampai." Jawabnya membuat Aerith berdehem pelan, menandakan diri bahwa ia paham.

"Sekarang, dimana dongsaeng-ku? Seharusnya dia menyapa kakaknya yang baru saja pulang." Tanya Aerith kembali, ia tidak melihat adiknya memberikan salam hangat untuknya.

Apalagi, Aerith sudah meminta sang Ayah tidak menyuruh sih bungsu datang kemari. Namun, sepertinya Jade yang keras kepala untuk datang menemui dirinya.

Ya, tidak masalah. Aerith tidak mempermasalahkan karena ia ingin mengajari Jade untuk bertindak bagaimana sebagai perwakilan dari kepala keluarga Mathis.

"Ah, tuan muda sedang mendapatkan panggilan dari Baron. Jadi, dia tidak bisa menyapa anda."

Aerith mengangguk kepala, lalu dirinya masuk ke dalam Villa. Walau Villa milik Mathis tidak sebesar seluruh Villa yang ada di ibukota, namun tempat ini cukup dikatakan mewah terlihat dekorasi dan interior di dalam. Tidak, keluarga Mathis tidak kekurangan uang karena bayaran dari keluarga Henituse yang besar. Hanya saja, sang Ayah lebih memilah seperti ini.

"Noona!"

Suara yang familier membuat Aerith sontak membuat dirinya menoleh, ia melihat remaja laki-laki yang berada di ujung koridor. Kemudian, berlari ke arah Aerith.

"Jade! Jangan berlari di dalam rumah!" Tukas Aerith melihat adiknya yang sudah berada di depannya, helaian rambut lurus hitam sang adik terlihat berantakan itu membuat Aerith menghela nafas pasrah. Ia mengangkat tangannya lalu merapihkan surai Jade, sambil menoleh ke arah pelayan tersebut.

"Siapkan makan malam untukku, aku ingin makan terlebih dahulu sebelum beristirahat."

Pelayan ini mengangguk kepala mengerti, lalu memperintahkan dayang-dayang setelah pamit kepada Aerith dan Jade.

"Noona, kau baik-baik saja 'kan? Tidak terluka saat di sana." Cerca Jade melihat kakak perempuannya, Aerith yang mendengkus samar.

"Semisalnya, aku terluka. Tidak mungkin, aku berada di sini." Balas Aerith langsung membuka ruangan kamarnya, setelah ia menyuruh dayang untuk membawakan teh dan makanan ringan untuk mereka.

"Aku tidak mengira bahwa pengkhianat yang dimaksud adalah Kerajaan Norland, terlebih lagi kau ada di sana saat itu terjadi." ujar Jade kembali membuat Aerith mengerutkan keningnya, namun tidak membalas atau menyauti.

Kerajaan Norland, tempat yang akan ia kunjungi nanti setelah Aerith Mathis bertemu dengan putera Mahkota yang mewakili kerajaan Roan dan keluarganya. Aerith menghela nafas panjang sekali lagi, namun irisnya masih melihat sang adik yang memasang wajah yang ia tidak sukai.

"Jade, kau tidak perlu memikirkan hal ini lagi."

Benar, Aerith tidak ingin adik laki-lakinya pusing karena hal sepele seperti ini. Dia melihat iris merah Jade yang bergetar melihat dirinya, tidak mengerti apa yang dikatakan sang kakak.

"Kau yang perlu lakukan saat ini adalah belajar sebagai penerus dan tumbuh sehat,"

Itu sebuah tugas Jade Mathis, tugas yang dilakukan kebanyakan anak kecil ; Bermain, makan dan belajar untuk tumbuh. Hal rumit seperti masalah Norland atau apalah itu belum bisa dibebankan di punggung Jade saat ini. Juga, itu sebuah tugas Aerith saat ini yang harus ia pikul.

"Tetapi, Noona. Kemari--"

"Informasi yang kau berikan tidak sepenuhnya salah, juga informasi yang kau berikan. Aku bisa selamat, jika tidak aku akan mati terbunuh di perperangan itu."

Imbuhan tajam dari Aerith membuat Jade tertegun, iris biru sang kakak melihat dirinya dengan tenang tidak ada perubahan dari raut wajahnya. Mati? ... mengapa kakak perempuannya dengan gamblang bisa mengatakan itu.

Mati? Terbunuh?

Jade tidak tau apa yang terjadi setelah empat bulan kakak perempuannya meninggalkan rumah, tidak ... sebelum itu, anak sulung dari keluarga Mathis memiliki jalan pikiran yang rumit untuk ditebak. Dibalik muka tebalnya itu, Jade tidak paham sama sekali.

Tepukan hangat kembali ia rasakan di atas puncak kepalanya, bersama usapan lembut. Manik Ruby milik Jade melihat senyuman cerah dari sang kakak,

"Terimakasih dan kerja bagus, Dongsaeng. Aku tau adikku sudah melakukan yang terbaik untuk kakaknya,"

___

TBC

___

[A/n] :

Abis ini ketemu Alberu, HAHAHAHAHHA! Mari kita liat mulut manis Alberu sama Aerith diepisode depan.

Okek deh.

Bye-bye~

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 63.3K 43
" Wtf is wrong with you, can't you sleep peacefully " " I-Its pain..ning d-down there, I can't...s-sleep " " JUST SLEEP QUIETLY & LET ME ALSO SLEEP...
131K 2.3K 48
Alexis Piastri is Oscar Piastri's older sister. After feeling unfulfilled with her life, Alexis decides to drop everything to take a gap year and joi...
62.8K 1.7K 33
𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇, Victoria Perez goes to the love island villa to find love.
797K 48.1K 120
Y/N L/N is an enigma. An outgoing, cheerful, smiley teenage boy. Happy, sociable, excitable. A hidden gem in the rough of Japan's younger soccer pl...