AMOR TAKSA [Leeknow x Lia]

By bleubels

7.8K 1.7K 177

[COMPLETED] Taksa, adalah ambigu; keragu-raguan, kabur. Keragu-raguan dalam memahami pemaknaan, apakah benar... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Duabelas
Tigabelas
Empatbelas
Limabelas
Enambelas
Tujuhbelas
Delapanbelas
Sembilanbelas
Duapuluh
Duapuluh Satu
Duapuluh Tiga
Duapuluh Empat
Duapuluh Lima
Duapuluh Enam
Duapuluh Tujuh - EPILOG
Catatan Penulis
Lampiran Spesial: Sisipan Kisah

Duapuluh Dua

192 51 2
By bleubels

Di luar jendela, hujan turun tidak terburu-buru. Tidak ada yang dikejar oleh rintik yang melompat bebas kepada permukaan tanah itu. Petir sesekali menampakkan diri beriringan dengan kilat yang tidak luput memberikan presensi.

Di dalam kamarnya, Lia sedang melakukan konferensi pemecah teka-teki bersama Yesi, Nakia, dan Sonya. Baru saja mereka saling berteriak karena dikejutkan amukan petir, kini sudah mulai melanjutkan kegiatan rumpinya.

Lia sudah menceritakan semua—utamanya tentang Ben kepada teman-temannya itu. Kepalanya yang direbahkan di atas bantal itu tidak berpikir apa-apa, hanya mulutnya yang sibuk mengunyah cemilan kesukaan.

"Ya... lo sendiri ada perasaan ke Ben, nggak?" tanya Sonya yang tengah duduk bersandar di sandaran ranjang Lia.

Lia menggelengkan kepalanya. Tentu tidak ada.

"Menurut gue lo udah bener sih, Li. Kasih dia kesempatan buat deketin lo. Siapa tau, lo akhirnya suka sama dia karena lo ngerti keseriusannya dia ke lo."

Nakia kini memberikan suaranya. Pangkuannya digunakan sebagai tempat merebah kepala Yesika yang mengangguk menyetujui pendapat Nakia.

Lia menghela nafas, "Iya, sih. Cuman kenapa gue harus ngasih kesempatan kalau gue jelas-jelas bakalan nolak dia?"

"Lo—"

"—jangan bilang lo nggak ada niatan move on dari Mas Ino?"

Bibir Lia mengerucut lalu mengerjapkan matanya beberapa kali seraya menganggukkan kepalanya.

"Iya."

Sonya mencebikkan bibirnya malas. Jawaban dan ucapan Lia entah kenapa lantas menyulut emosinya. Teman baiknya satu ini membuatnya gemas dengan 'kebodohan'-nya.

Ya, tentu, katakan bahwa perasaan adalah hak mutlak tiap-tiap pemiliknya, tetapi harusnya diberikan pada sosok yang tepat. Dan naasnya, temannya itu merasa Mas Ino sosok yang tepat, padahal pun... tidak sama sekali.

Selain itu, temannya--Lia, malah menjadikan perasaan orang lain sebagai korban. Lebih tepatnya sebagai cadangan. Sangat tidak manusiawi sekali.

"Lo disuruh deketin Mas Ino, jawabnya nggak mau. Ada yang deketin lo, lo juga nggak mau. Ada yang deketin lo, juga malah lo bolehin tapi lo nggak akan terima dia."

"Ya, masa gue tolak, Nya? Kata lo kan kesempatan milik siapapun. Ya, ya udah. Gue bolehin Ben deketin gue. Tapi bukan berarti gue lantas meng-iya-kan ajakan dia buat jadi pacar, kan?"

"Lo sadar nggak sih kalo lo egois?" tanya Sonya menghunus ucapan tajamnya.

"Kalo lo emang nggak ada niatan mau terima dia, kenapa lo kasih dia kesempatan? Kenapa lo nggak bilang kalau lo udah suka sama orang? Lo sama aja mainin perasaan dia, Amalia. Bukannya daripada diluangkan waktu buat lo yang nggak akan meluangkan perasaan lo ke dia sama sekali, mending dia luangkan waktunya buat orang yang bener-bener mau nerima dia."

Sonya menatap Lia, "Mau lo apa, sih?"

"Udah-udah, kenapa malah berantem—"

"Diem lo, Nakia." Nakia terdiam oleh ucapan Sonya. Ugh, salahnya juga mencoba menghentikan Sonya.

Kerut di kening Lia menandakan kebingungannya. Pertama, kenapa Sonya jadi marah kepadanya. Kedua, kenapa dirinya disalahkan. Ketiga, kenapa Sonya memperdulikan Ben.

"Salah gue di mana sih, Nya? Kok lo malah marah-marah gitu sama gue?"

"Gue marah sama lo karena lo mainin perasaan orang."

Lia mendecak kesal, "Bukannya gue juga nggak punya hak apapun buat berhentiin perasaan Ben ke gue?"

"Lo emang nggak punya hak berhentiin perasaan Ben ke lo, tapi lo punya mulut buat bilang ke Ben kalau lo udah suka sama orang—dan lo nggak ada minat sedikitpun untuk move on dari orang yang lo sukai," ucap Sonya panjang lebar.

"Terus, menurut lo kalau gue bilang begitu ke Ben, apa dia bakal berhenti? Enggak. Dia bakalan tetep ngejar gue. Lo nggak tau aja tabiat Ben itu kayak gimana—"

"Tapi waktu lo nge-skakmat Ben waktu pulang kulap, dia diem. Dari sini lo bisa tahu kalau omongan lo ternyata berdampak ke kelakuannya."

"Sonya, lo nggak kenal Ben—"

"Dan apakah lo kenal Ben, Amalia Nariswari?"

Lia menghela nafasnya pelan, "Lo suka Ben, ya?"

Sonya membulatkan matanya, ia terkejut dengan pertanyaan Lia yang sangat tidak masuk akal.

"Asal lo tau, gue nggak kenal Ben. Sama sekali."

"Tapi gue kenal sama lo, Lia. Gue kenal lo, lo temen gue. Gue nggak mau lo mempermainkan perasaan orang karena sembunyi di balik kata menghargai. Gue tau kalau lo tipikal orang yang teramat menganggap permasalahan perasaan dan hati itu sesuatu yang sakral. Maka dari itu, gue nggak mau lo jadi orang yang mengingkari omongan lo sendiri."

"Lo suka ke Mas Ino? Okay, go ahead. Tapi jangan juga membuka celah untuk orang yang bakalan lo sakitin perasaannya. Walau lo tadi bener kalau lo sendiri nggak bisa mencegah, tapi lo bisa mengurangi rasa sakitnya."

"Kalau lo beneran mau sama Mas Ino, lo coba deketin. Kalau lo nggak berani confess, lo perlihatkan dari tindakan lo. Jangan ngambang. Lo suka Mas Ino, tapi ngebiarin orang ngedeketin lo dan parahnya malah udah berencana nolak dia. Dengan lo kasih kesempatan ke dia, lo sama aja kasih dia harapan untuk kemudian lo patahin harapan itu."

"Dan sebagaimana manusia, lo jangan pernah main-main sama yang namanya harapan, Lia. Jangan pernah."

Lia menundukkan kepalanya. Ia membenarkan ucapan Sonya yang sangat menampar dirinya itu. Bibirnya cemberut seraya punggung tangannya mengusap air mata yang menetes membasahi guling yang sedang dipangkunya.

Memang benar yang dikatakan Sonya. Ia memang salah. Ia asal memberikan harapan. Ia mengingkari prinsipnya dalam memandang hati dan perasaan. Ia tidak melakukan apa-apa. Ia tidak bisa melangkah kemana-mana: bahkan untuk maju mendekati Mas Ino, ia takut. Untuk mundur dan berada di pelukan perasaan orang lain—seperti Ben, ia pun enggan.

"Bener kata Sonya, gue emang egois. Gue pengecut yang egois."

Nakia lantas mengambil langkah mendekati Lia dan menarik kawan baiknya itu ke dalam pelukannya. Tangannya mengusap pelan punggung temannya yang sesenggukan itu. Sedangkan dari belakang, Yesi mengelus bahu Lia pelan. Sonya hanya diam, tidak melakukan apa-apa. Sonya tahu bahwa ucapannya bengis, namun ia tidak akan membiarkan teman baiknya tenggelam dalam jurang.

"Udah, Li. Jangan nangis. Sonya nggak maksud begitu, kok." Yesi berupaya menenangkan Lia.

Lia mengangguk-anggukkan kepalanya, ia mengerti. Ia tentu mengerti tujuan Sonya mengatakan hal itu kepadanya.

"Te—terus... terus gue harus gimana sekarang?"

Lia bangun, menegakkan tubuhnya untuk duduk dengan benar. Ia menatap kepada teman-temannya.

"Kalau lo emang nggak mau sama Ben, bilang ke dia. Biar dia nggak ngehabisin waktu buat orang yang masih mengharapkan orang lain. Kalau lo emang mau merelakan Mas Ino, ya udah lo coba sama Ben."

"Kalau lo mau sama Mas Ino, lakuin sesuatu buat deketin Mas Ino. Di situasi kaya gini, lo harus membuktikan apa Mas Ino suka lo atau nggak suka sama sekali ke lo. Kalau lo udah tau jawabannya, lo bakal tau lo harus kemana selanjutnya."

"Lo udah besar. Gue juga muak sama cinta-cintaan, tapi lihat lo yang nggak bisa kontrol diri masalah beginian, gue nggak bisa diem aja. Gue nggak bisa ngasih lo saran untuk jalani aja karena lo nggak bisa bodo amat ke masalah beginian dan bikin lo suka bete nggak jelas. Gue juga nggak bisa diem aja lihat lo dibodohin masalah beginian yang sering affect ke kehidupan lo karena lo sendiri payah dalam kontrol diri lo, Lia."

Tidak ada balasan yang keluar dari bilah bibir Lia selain aksinya yang malah memeluk tubuh Sonya erat dan menangis di pundak kawan baiknya itu.

Ia memang payah dalam kontrol diri, ia mengakuinya.

***

"... Bibirnya cemberut seraya punggung tangannya mengusap air mata yang menetes membasahi guling yang sedang dipangkunya."

Continue Reading

You'll Also Like

1.2K 211 58
LIRIK LAGU TREASURE - ALL SONG'S
120K 12.8K 9
Kim Junkyu adalah seorang murid SMA yang memiliki kemampuan dapat melihat makhluk halus. Ia tinggal di sebuah apartemen yang bernama Entropy, tempat...
8.9K 731 23
Drama anak SMA yang gada habisnya. Penasaran apa aja? Langsung mampir aja kalo suka jngn lupa Voment dan Follow akun ini ya
12.9K 2.3K 30
Kayina, Yogan, dan teman-temannya.