Sembilanbelas

171 54 1
                                    

Hari-hari perkuliahan berjalan sebagaimana mestinya. Selepas melakukan kuliah lapangan, sisa-sisa pertemuan dihabiskan untuk mengolah data yang didapatkan menjadi satu interpretasi mutlak yang bisa dipahami oleh penggunanya. Lagi-lagi, bantuan oleh kakak tingkat selaku mentor terus diberikan.

Namun untuk kali ini, tidak ada Ino yang menjadi mentor untuk Lia. Mentornya berbeda.

Aji menjadi salah satu mentor Lia. Maka dari itu, keduanya bersepakat untuk melakukan pertemuan pribadi di kantin fakultas sebelah untuk membahas penyusunan makalah terkait.

Sebagaimana tipikal anggota Begundal-yang dimana Aji juga merupakan salah satunya, terlambat adalah karakteristik utama mereka. Untunglah ada Yesika dan Sonya yang kebetulan tidak ada urusan melipir untuk menemani Lia. Sedangkan Nakia tidak bisa bergabung karena ada kuliah pengganti hari libur.

"Terus-terus?"

Lia menyeruput minuman kopinya dari sedotannya, "Ya itu. Mas Ino bagi-bagi nasi sama streetfeeding gitu. Tapi gue enggak turun nyamperin ataupun nyapa. Gue langsung tancap gas, takut."

"Hah? Ngapain lo takut?"

"Gue takut ganggu? ADUH HARUSNYA GUE IKUT AJA KEMAREN."

Sonya mengalihkan pandangannya kepadaku, "Lo diajak?"

"Iya. Terus kan gue tolak. Gue kira Mas Ino lagi kumpul-kumpul sama Mas Jayen dan kawan-kawan. Jelas gue nggak mau ikut, lah."

"Ah, gitu. Make sense, sih. Gue jadi lo juga nggak bakalan mau."

"IYA KAN. Kaya ngapain banget gue ikut, gitu. Selain out of nowhere, gue juga ngapain gitu loh di sana. Ngobrol pun apa yang diobrolin?"

"Iya-iya udah. Terus yang itu ... gimana?"

Kedua alis Lia tertaut, ia kebingungan. Beberapa sekon digunakan untuk berpikir sejenak hingga tiba pada muara.

Ben.

"Oh itu? Ya itu gue bilang kalo dia beneran suka sama gue coba confess sambil lihat mata gue langsung. Tapi ujungnya dia diem aja. Terus ya udah gue turun dari disang, pulang."

Jawaban yang keluar dari bilah bibir Lia rupanya menjadi stimulus pecahnya kotak tertawa Sonya dan Yesi. Tindakan Lia yang dianggap mereka terlalu savage menjadi alasan utamanya. Ditambah lagi respon yang diberikan Ben sangat di luar dugaan. Sebagaimana yang mereka ketahui, impresi yang menempel pada Ben adalah sosok yang sangat buaya. Melihatnya membisu seperti salah memilih mangsa membuat Yesi dan Sonya benar-benar tertawa gila.

"Dia emang aneh, sih."

Sonya dan Yesi mengangguk-anggukkan kepalanya membenarkan ucapan Lia.

"Tapi kalo dia beneran suka ama lo, gimana?"

Pandangan Lia yang semula menunduk pada makanannya menjadi terangkat dan mendarat di wajah Sonya dan Yesi.

Ah itu, ia tidak memikirkannya. Yah-memikirkan antisipasinya saja. Kalau memang suka, ya sudah itu haknya. Perasaan tiap orang adalah sesuatu di luar kendalinya. Tetapi mengenai membalas atau tidak, itu sepenuhnya miliknya.

"Ya udah? Biarin. Lagian abis kejadian kemaren, dia agak menghindari gue. Bodo amat, deh."

Benar. Ben menghindari Lia. Entah hanya perasaan Lia saja atau ia benar-benar menghindarinya. Lia tidak tahu, pula tidak peduli.

"HOI REKAN-REKAN!"

Lia terbatuk-batuk, tersedak dengan teriakan tiba-tiba milik Aji. Sedang sang tersangka hanya tertawa sumringah sambil mengambil posisi untuk duduk di bagian kosong yang ada di samping Lia.

AMOR TAKSA [Leeknow x Lia]Where stories live. Discover now