Holla gaess, apa kabar
Lama ya aku ga update??
Maaf ya sekarang udah ga terlalu bisa update cepet kayak awal-awal, karena sekolah udah mulai PTM dan tentunya tugas juga semakin menumpuk 💔
Ayo iihh vote dulu!😠
Jangan lupa Komennya jugaa! 😠❤
Happy reading! 💘
______________________________________
Alena sudah berada di rumah utama meskipun tadi sempat adu mulut dengan orang suruhan papanya beserta abang maupun kakak tirinya itu dan ia sudah ada di ruang keluarga bersama yang lainnya
" ada ap--. " terpotong ucapan Alena oleh tangisan Alesya dan diikuti oleh suster nina yang menjaga Alesya
" maaf nyonya, tuan tadi sudah saya larang non Alesya untuk kesini tapi tiba-tiba nangis " - ucap Nina tidak enak pada majikannya itu
" iya gapapa sus "
" Hikss, ka Alen kemalin temana?. " - ujar Alesya dengan tangis kecilnya
" kemaren kakak ada dirumah oma "- ujar sayang Alena mengelus surai rambut adeknya itu
" tapi tenapa nda au ajak Ale kelumah oma? "
" yaudah kak Alen minta maaf ya sama kamu udah ninggalin disini, sekarang Alesya main dulu sama suster ya "
" emang kaka mau temana lagi? "
" kakak mau ngomong dulu sama papa, bunda, abang dulu ya setelah selesai kakak janji main sama Alesya " - ujar Alena memberi penjelasan
" okee, plomise? " ujar Alesya menyodorkan kelingking kanan kepada Alena dan segera dibalas oleh Alena menggunakan kelingkingnya juga
"iya, promise tapi Alesya main dulu ya sama suster."sambung Alena dan lalu Alesya segera pergi diikuti oleh suster nina
Selepas Alesya keluar dari sini suasana menjadi sangat sunyi sekali atau bisa di bilang sedikit tegang
"EHEMM"-dehem bang Manaf memecahkan keheningan yang tercipta di ruangan ini
"Kamu kemaren kemana saja?" - tanya Papa entah pertanyaan ini tertuju untuk siapa eh ralat pernyataan
"Aku?"- tanya Alena sambil menunjuk dirinya sendiri
" hmm, jelasin!" - titah papa
"Mas"- ujar Bunda menenangkan papa sambil mengelus pelan lengannya agar tidak terpancing emosi
"Oh itu, aku cuma dirumah oma aja ga kemana-mana selepas itu juga besoknya aku sekolah dan bertemu dengan kak Bryan"- Ujar Alena setenang mungkin
"Lalu?"
"Gada, cuma itu aja"
Keheningan kembali terjadi lagi sebelum pada akhirnya Alena lah yang memberanikan diri untuk mencairkan suasana dengan ijin mau keluar dari ruangan ini
" kalo sudah tidak ada yang ingin ditanyakan lagi, lebih baik Alena keluar " - seusai mengucapkan kalimat tersebut langsung saja melenggang keluar dari ruang tersebut
Alena menuju ke lantai 1 dimana pintu utama itu berada tapi sebelum melangkahkan kakinya, ada suara yang menghentikan langkahnya dan Alena tau suara siapa itu
"Kak, bunda boleh bicara sebentar sama kamu?" - tanya bunda sambil berjalan menuju kearah anaknya
"Hmm boleh"
Lalu bunda mengajak Alena ke taman belakang untuk berbicara sebentar.
"Oke, disini Bunda yang salah tapi terserah kamu mau selepas ini mau masih kembali kerumah ini atau kerumah oma kalo kamu memilih untuk tetap dirumah oma bunda ga masalah selagi buat kamu bahagia. Tapi bunda mohon kamu jangan ngehindar dari kita semua" - ujar Bunda
"Oke, Alen pulang dulu" - ujar Alen dan langsung pergi dari sana
Bunda menghela nafas melihat punggung sang anak yang kini mulai menjauh dari pandangannya
***********
Saat sudah sampai digerbang utama tapi oleh pak wawan tak kunjung membukakan pintu gerbangnya
"Pak wawan tolong bukain gerbangnya ya saya mau pulang" - ujar sopan Alena
"Aduhh maaf non saya gabisa, saya takut tuan besar sama tuan muda marah" - ucap Pak wawan karena tadi ia sudah diberi amanah oleh majikannya itu agar tidak membukakan pintu gerbang apabila Alena ingin keluar
"Pak, saya mohon bukain gerbangnya ya plsss "- mohon Alena
"Aduhhh maaf non tapi tetep gabisa saya takut dimarahin"- sambung pak Wawan dan kemudian pergi menjauh menuju ke halaman belakang
" ARRGGHHHHHHH h-hmfttt " - kesal Alena tapi tak lama ada yang membekap mulutnya dari belakang menggunakan sapu tangan sampai dirinya pingsan
" bawa anak saya ke dalam " - perintah papa, iya yang menyuruh anak buahnya untuk menbekap mulut sang anak adalah dirinya
Papa segera masuk mengikuti anak buahnya sampai kedalam kamar sang anak yang berada di lantai 2, sebenarnya kamar anaknya itu berada di lantai 3 tapi karena ia ingin lebih memantau dengan mudah langsung saja ia menyuruh anak buahnya ke kamar yang ada di lantai 2
Di kamar ini tidak terlalu ramai dengan dekorasi hanya saja dekorasi disini lebih simple namun terlihat elegan
" baik kamu boleh keluar " - ujar Papa kepada anak buahnya selepas itu ia memandangi anaknya itu dengan sayang dan mengecup kening Alena
"Selamat tidur anak papa, dan maaf" - sambung lirih dhafi dan bergegas keluar dari kamar tersebut lalu mengunci pintu itu dari luar
Pukul 8 malam keluarga Adhitama sedang melakukan malam malam bersama di meja makan kecuali si Alena yang masih ada di dalam kamar sedari tadi karena mau keluar pun ga bisa. Gimana mau keluar kalo kuncinya saja di pegang oleh papanya
"Maaf tuan ini makanan untuk non Alen sudah siap" - ujar salah satu ART yang ada dirumah ini
"Sini bi biar saya saja yang anterin." - Lalu kemudian Rafa segera bangkit dari kursinya menuju ke kamar Alena dan sebelumnya ia sudah minta kunci kamarnya kepada sang papa
Cklek, knop pintu di buka dari luar dan tentu saja itu membuat Alena kaget dari melamunnya
"Yuu makan dulu, ini abang bawain kamu makan."- ujar Rafa setelah menaruh tampan yang berisi makanan di meja samping ranjang lalu mendekat ke arah Alena
Tidak ada sahutan apapun yang keluar dari mulut Alena dan itu yang membuat Rafa menghela nafasnya dengan pelan.
"Ayo dimakan, mau abang suapin?" - tawar Rafa
"mau pulang" - ujar Alena dengan pelan tapi arah matanya mengarah kedepan dengan tatapan yang kosong
"mau pulang kemana hmm?"
"mau pulang" - ujar sekali lagi Alena
Helah nafas panjang Rafa "inikan udah dirumah, kamu mau pulang kemana?" - tanya Rafa
"Keluar"
"iya nanti Abang keluar kalo makanan kamu udah habis"
"Keluar!"
"Ohh oke oke abang keluar tapi makanannya jangan lupa di makan ya."- ujar Rafa sambil mengelus pelan surai rambut Alena tapi sebelum memegang, tangan ia sudah di tepis dulu oleh Alena
"Hmm"
Selepas Rafa keluar dari kamar adiknya ia bertemu dengan Bunda dan papanya di tangga
"Gimana?" - tanya Bunda
"Alennya gamau bun"
"Yaudah kamu lanjut aja makannya biar Bunda sama Papa yang ke kamar Alen" - ujar Bunda menyuruh Rafa untuk menghabiskan makannya yang sempet ke tunda gara-gara tadi mengantar makanan untuk adiknya
"Mas, nanti jangan emosi ya kalo lagi ngomong dengan Alena." - sambung Bunda memberitahu kepada suaminya
"Iya"
Kondisi kamar saat ini masih terlihat sangat rapi walaupun selimut beserta guling sudah jatuh ke bawah setidaknya anaknya itu tidak mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri, Bunda mendekat ke ranjang dan duduk di pinggiran ranjang lalu mencoba untuk mengelus kepala anaknya lagi-lagi anaknya itu menghindar
"Oke-oke maaf ya" - ujar Bunda
"Keluar"
"Makan dulu yuu" - tawar Bunda dengan sabar
"Keluarr!" - ucap Alena dengan dingin
"ALENA!!" - bentak mas dhafi dengan tidak sengaja
"Mas, kan udah aku bilangin jangan emosi"
"Maaf papa ga bermaksud untuk bentak kam-" - ucap Terpotong papa dengan sedikit menyesal saat melihat muka anaknya yang tampak sangat merah menahan emosinya
"KELUARR DARI SINI!!"
"oke-oke, bunda sama papa keluar tapi kamu jangan lupa makan ya" - ujar Bunda kemudian menarik tangan suaminya agar mengikuti dirinya keluar
Setelah itu dirinya dan mas dhafi keluar dari kamar ga lama mendengar suara Teriakan dan beberapa barang jatoh atau pecah
"ARGGHH"
PRANGG
PRANGGG
"Mass hikss" - tangis Feli pecah di dalam pelukan suaminya
"sstttt tenang ya nanti kita omongin baik-baik jika kondisi Alena sudah membaik." - ujar Mas dhafi mengelus punggung sang istri yang berada di pelukannya
*****
Keesokan paginya, bunda kembali masuk ke dalam kamar Alena dan kondisi kamar yang gelap dan semua terlihat berantakan tapi Alenanya tidak ada di dalam kamarnya itu yang membuat pikiran Feli menjadi kalang kabut
"MASS"- Teriak Feli setelah keluar kamar anaknya
"Kenapa sayang?" - ucap Dhafi tergesa-gesa
"I-itu Alennya ga ada di kamar"
"hah koh bisa?!"
"Aku juga gatau"
"Yaudah oke kamu tenang dulu ya, mending kita liat di kamar mandi"
Setibanya di dalam kamar mandi, Feli di kagetkan oleh Alena yang sedang duduk di bawah shower yang tengah nyala
"ASTAGA, MASS"- panik feli teriak sesudah mematikan showernya
"Ap-" - ucap Terpotong saat Alena dengan kondisi yang basah dan pingsan
"Mas angkatt mas" - panik Feli, kemudian dhafi segera menggendong tubuh sang anak menuju ke ranjang dengan kondisi badan yang basah
"Sebentar mas hubungin dokter dulu"
Sekitar 30 menit akhirnya dokter yang biasa dihubungin oleh keluarga Adhitama datang juga dan tengah meriksa kondisi Alena
"Huftt, kondisinya agak sedikit demam karena terlalu lama terguyur dibawah shower dan jika diliat sepertinya Alena juga belum makan" - ujar Farah selaku dokter keluarga Adhitama
"Tapi apakah harus dibawah kerumah sakit?"
"Emm sebaiknya iya, jaga-jaga takut kondisinya melemah lagi oh iya nanti akan saya kasih resep obat buat menurunkan demamnya. Kalo gitu saya permisi dulu"
"Baik, terima kasih"
TBC
Sampai sini aja dulu ya gais, maaf lagi ga banyak ide dan juga kalo saya updatenya hampir tengah malam.
Saya ijin istirahat sebentar boleh? Ga lama sih paling sekitar seminggu aja karena kebetulan Tugas lagi pada numpuk semua, jadi saya mau selesaiin semuanya baru balik lagi wkwkwkkw
Gimana punya rasa yang ga enakkan sama orang lain/kayak susah buat nolak? Tulis dikomen ya!
__________________
Sampai jumpa🖤
15 Vote dan 10 Komen, bisa?