Sudut Rasa (On Going)

By chocogrey05

2.5K 2.1K 3.1K

Q : Covernya kok ga sesuai cerita? A : Ceritanya belum selesai sayang, tunggu sampe selesai nanti paham. Yang... More

Info
1. Awal Bertemu
2. Sesak
3. Have fun
4. Teman?
5. Terlambat
6. Tawuran
7. Berkelahi
8. Aku Dan Aku
9. Blue Cafe
10. Intropeksi
11. Skorsing
12. Menginap
13. Nostalgia
14. Teman baru?
15. Seblak
16. Bolos
17. Rusuh
18. Masalah
19. Hancur
20. Aya, bukan Ara
21. SMA Kartika
23. Pernyataan baru
24. Baikan
25. Calon adik ipar
26. Banyak persamaan
27. Toleransi

22. Nomer asing

35 28 57
By chocogrey05

***
"Bayangan kenangan dari orang yang tak kunjung datang memang menyesakkan."

***


Deden bernafas tak teratur, dia diseret oleh Gesa dan berlari kencang menuju kelas Gemini.

Setelah diberi kabar oleh Anggit, bahwa Airin ada di sekolahnya, Gesa langsung beringsut mengajak Deden untuk ke kelas Gemini.

Banyak pasang mata yang menatapnya aneh, namun Gesa sama sekali tak menghiraukannya.

"Sa! Rasanya g-gue mau mati! Gue l-laper, Anjing! Makan dulu baru ke kelas Ara!" seru Deden menyentak.

"Nanti gue traktir makanan mahal!" jawabnya keras masih dengan berlari, "... eh! Tapi lo 'kan gak bisa makan makanan mahal, nanti cedal lagi! Paling enggak nanti gue kasih mendoan sama seblak di markas, enak 'kan? Enak lah! Sini sungkem dulu, bilang makasih sama raden Gesa terhormat!" Tepat Gesa berhenti bicara, keduanya sampai di depan kelas Gemini.

"Sini sungkem!" Gesa mengulurkan tangannya.

Deden sendiri menatap jengah Gesa, nafasnya masih ngos-ngosan. "Bacot lo!" kesalnya menepis tangan Gesa.

"Gak boleh kasar dong! Nanti mami Dian marah!" goda Gesa.

"Lo ngomong lagi gue pergi!"

"Jangan dong!"

Deden berdecak. "Lo mau ngapain sih? Segala narik-narik gue!"

"Temenin gue nemuin sepupu lo, lah!"

"Motornya aja ninja, ketemu cewek minta temenin! Cuih!" ejek Deden.

Kedua mata Gesa melotot. "Heh lo! Lo gak inget sepupu lo macam apa? Harimau aja kalah galak!"

"Berantem aja jago! Sama cewek modelan Ara takut! Malu gak tuh sama yang dibawah!"

Alisnya menyerngit bingung, lantas dia menatap bawah.

Tak ada apa-apa.

Deden terbahak melihat ekspresi Gesa yang terlihat bingung.

"Malu tuh sama burung lo!" Deden semakin tertawa lebar.

🔥🔥🔥

"Adi-Adi! Lo itu anak baru, Bego! Ngapain ngajak bolos?!"

"Lo gak mau?" tanya Airin yang sudah menaiki gerbang.

Gemini mendongak. "Ya mau! Tapi kalo abang lo--"

"Itu urusan gue, mending lo cepet naik keburu ketauan guru!"

Gemini mengangguk lalu ikut menaiki gerbang.

"Lo kenapa pindah, Di?" tanyanya.

"Nanti gue kasih tau, yang penting cepetan naiknya!"

Airin sudah sampai atas, tidak membutuhkan waktu lama untuk meloncat ke bawah.

Bruk!

"Buru, Gem!"

"Iya bentar! Tungguin!"

Gemini merasa kesulitan untuk melanjutkan memanjatnya, sepatu kirinya tersangkut.

Dibalik gerbang Gemini berteriak. "Di! Sepatu gue nyangkut!"

"Ck! Gimana sih lo? Udahlah lepasin aja, keburu ada guru!"

Keduanya berteriak saling bersautan.

"Sayang, Di! Masih baru ini, gue dibeliin bokap kemarin, merek limited edition!"

"Gak usah promosi ya, Sat! Buru!"

Suara tapak kaki mengejutkan Gemini.

"Di! Ada orang, Di!"

"Makanya buruan, Anjing!"

"Sayang sepatu gue!"

"Lepasin atau lo mau dihukum?!"

Dengan terpaksa Gemini melepaskan satu sepatunya.

Brak!

"Siapa itu?!" teriak seorang guru menggema.

Gemini menegak ludahnya.

"Dadah sepatu!" pungkasnya lalu terjun tanpa melihat di bawah ada Airin.

"Ara! Turun enggak?!" Guru itu berteriak mengejutkan Gemini.

Bruk!

"Issh!" Airin meringis, sikutnya tergores, "lo gimana sih, Gem?! Cepet berdiri, berat!"

Dengan ringisannya Gemini berdiri. "Gue ketauan, Di!"

"Goblok si!"

Dari balik gerbang guru itu merutuki anak didiknya-Gemini. "Besok kamu saya hukum, Ara!" gertaknya.

Gemini mendengus. "Kalo gue dihukum lo juga ikut dihukum!"

🔥🔥🔥

Gesa dan Deden mengetuk pintu kelas Gemini.

Didengar suara guru sedang mengajar, tak lama pintu terbuka menampilkan seorang guru lelaki dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya.

Keduanya menyengir, Gesa meringis dan Deden memalingkan wajahnya sedikit sebal dengan tingkah Gesa.

Pak Suripto-guru lelaki itu mengangkat alisnya. "Ada urusan apa kalian?!" tanyanya cukup lantang.

"Anu pak, anu-"

"Anu-anu! Anu apa?!"

"Saya mau ketemu Ara pak." ucap Deden.

"Gak ada!" jawabnya.

"Bapak boong ya?!" Gesa menyelidik.

"Gak percaya sama saya?!"

"Percaya sama bapak sama aja musyrik."

Pak Suripto menatap tajam Gesa. "Gak percaya liat aja sendiri!"

Gesa langsung menerobos masuk.

Tingkah Gesa mampu membuat pak Suripto mengelus dadanya.

"Kamu gak masuk sekalian?! Biar percaya sa--"

"Enggak pak!" tolak Deden.

"Baguslah!" pungkas pak Suripto lalu melenggang kembali memasuki kelas.

Deden menarik nafasnya panjang. Dia mengelus perutnya yang keroncongan.

Dari pagi dia belum makan, maminya sedang menginap di rumah neneknya. Dan dia ditinggal sendirian di rumahnya.

"Sabar, Cing! Nanti aa' kasih makan, sabar ya! Temen aa' gak punya hati soalnya," gumamnya mengajak cacing di perutnya mengobrol.

🔥🔥🔥

Teriknya matahari tidak membuat kedua gadis remaja itu berteduh.

Keduanya duduk lesehan di atas rumput di taman.

Taman cukup sepi di jam saat ini. Membuat keduanya lebih leluasa untuk melakukan apapun.

Dengan dua gelas boba dan satu kresek jajanan jalanan menambah kebetahan mereka untuk mengobrol.

"Kalo gue jadi lo gue timpuk aja sekalian pake skeatbord lo!"

"Gue niatnya mau bunuh dia sekalian!" 

"Iya sih, lo 'kan titisan psikopat!"

"Psikopat mata lo!"

Gemini terkekeh.

Jika menjadi Airin mungkin Gemini akan melakukan hal yang sama.

Bayangan kenangan dari seseorang yang tak kunjung datang memang menyesakkan.

Hanya barang kenangan yang mampu mengikis jarak rindu, namun ketika barang itu tak lagi bisa dijaga, semuanya nampak membelenggu.

Seolah kita tak bisa memeluk diri mereka lagi.

Gemini tahu betul, Airin itu merindukan sahabat kecilnya. Banyak cerita tentangnya yang didengar langsung dari mulut Airin.

"Gue juga goblok sih, coba gue gak tinggalin itu skeatboard, pasti gak bakal diancurin!"

"Mereka aja yang gak punya hati!" cecar Gemini geram.

Airin tertawa miris. "Rasanya susah banget buat ketemu dia lagi."

Gemini mengangguk mengerti. "Lo gak mau buat coba ngelupain?" tanya Gemini sangat hati-hati.

Airin menoleh dan tertawa sumbang. "Bukan cuma orangnya yang susah dilupain, kenangannya aja masih utuh di kepala gue."

"Dia satu-satunya orang yang buat gue ngerti, kalo jatuh itu sakit dan kita harus bangkit!"

Dengan senyum tipisnya Airin kembali ke memori lamanya.

"Linlin kok gak bisa rangking satu sih kaya Acis? Linlin malu tau rangking bawah terus." Gadis kecil itu memperhatikan piala yang dibawa oleh sahabat lelakinya itu.

Anak kecil lelaki itu tersenyum hangat. "Kata siapa Linlin gak bisa? Linlin bisa kok."

"Tapi Linlin gak pinter, Acis!" rengeknya. Matanya sudah berkaca, "Linlin malu dikatain bodoh terus sama anak-anak."

"Ibaratnya gini, sekarang itu Linlin lagi jatuh, tau 'kan kalo jatuh itu sakit?" anak perempuan itu mengangguk. "Nah kalo sakit itu harus diobatin 'kan?" Lagi-lagi anak perempuan itu mengangguk, "kalo udah diobatin nanti gak sakit lagi, kalo udah gak sakit, Linlin harus berjuang lagi, Linlin harus coba lagi, coba terus sampe bisa, Linlin gak boleh terus-terusan sakit, Linlin harus bangkit. Paham?"

Anak perempuan itu mengangguk lemah. "Linlin harus giat belajar biar bisa pinter kaya Acis?"

Acis mengangguk lalu mengelus rambut Linlin.

"Inget terus kata Acis, kalo jatuh itu sakit dan Linlin harus kembali bangkit!"

"Akhis itu sayang 'kan sama lo? Tapi kenapa dia ninggalin lo?"

"Gue gak ngerti, Gem! Gak ada yang ngasih tau gue kenapa Acis pergi, sakit banget rasanya."

"Lo tau 'kan rasanya? Coba lo bayangin, lo selalu butuhin dia, lo bergantung sama dia, lo selalu ngandalin dia, tapi tiba-tiba orang itu pergi, dan hebatnya lagi ... kenangannya gak ikut pergi."

Gemini melihat pancaran mata Airin yang menyiratkan kerinduan.

"Waktu gue tau Acis gak dateng lagi ke gue, gue nangis sekenceng-kencengnya, berharap dia dateng, tapi apa? ... Kenyataanya dia gak dateng! Biasanya dia yang ngajak gue ngobrol, bikin gue ketawa, ngajarin gue ngerjain pr, keluar bareng, tapi sekarang engga bisa. Tiba-tiba gue harus ubah prinsip, dari gue ngandalin dia, gue harus bisa ngandalin diri sendiri! Coba lo bayangin! Susah 'kan? Gue kaget, gue gak tau kalo dunia sekejam ini."

"Gue gak bisa ngadu kalo dunia itu jahat, gak ada yang bisa gue peluk! Lo tau 'kan? Mama sama papa gue meninggal, dan saat itu juga Acis pergi gak tau kemana, saat itu gue cuma punya dua abang, dua-duanya sibuk, mereka gak terlalu memperhatikan gue, gue juga sadar, mereka juga butuh seseorang, tapi mereka lupa, mereka punya adik yang masih kecil, gak ngerti apa-apa tentang susahnya hidup ngandalin diri sendiri."

🔥🔥🔥

"Lo sih Den, diajak lari lambat banget!"

Deden mendelik. "Masih untung gue temenin ya, Njing! Gak tau terima kasih banget!"

Gesa sedikit tersedak. "Kok lo ngegas sih?"

Deden menggertakkan giginya dan menatap malas Gesa.

"Gue 'kan udah jajanin lo, Den!" lanjutnya.

"Lo berdua brisik mulu! Gak tau orang lagi kasmaran ya?!" celutuk Anggit.

Keduanya menoleh. "Siapa?" tanya keduanya-Gesa dan Deden kompak."

"Noh!" tunjuk Anggit dengan dagunya.

Gesa dan Deden mengikuti arah yang ditunjuk Anggit.

Dilihat di meja seberang, Sarga sedang tersenyum menatap ponselnya, sekali dia tertawa ringan.

Di depannya ada Bryan dan Zheva yang sedang mengobrol.

"Sarga? Apa Bryan?" tanya Deden.

"Kalo Bryan gak usah ditanya, dia sih udah bucin sejak lahir! Lo liat sendiri Sarga lagi apa."

"Sarga suka sama siapa?" tanya Gesa.

"Anak kelas lo!"

Gesa dan Deden saling berpandangan cukup lama. "Vita?!" celutuk keduanya.

Anggit mengangguk.

Gesa langsung menggebrak meja. "Anjir! Gercep amat, Vita anak kelas gue yang pinter itu, 'kan?"

"Ya iyalah Sa, di kelas kita yang namanya Vita cuma satu," ujar Deden.

"Sarga pdkt-in orang cepet amat!" gumam Gesa.

"Dia pinter, ganteng juga! Wajar sih."

Gesa melirik Anggit. "Gue juga pinter, lebih ganteng juga, kok orang yang gue suka ngehindar mulu? Malah modelan jamet yang ngejar-ngejar gue."

Deden menyemburkan tawanya. "Mampus! Takdir kali! Tapi iya sih, Disa jamet banget!"

Anggit ikut terkekeh. "Jangan gitu Den, nanti lo suka."

"Ogah, tapi kalo sama Lila sabilah, polos-polos gitu, enak buat diajakin--"

"Eh otak lo! Mau ngajakin apa, hah?" sembur Gesa.

"Apaansih, Sa! Orang mau gue ajakin kencan, dia 'kan lucu, kalo ngomong lembut banget gak kayak si jamet."

"Disa kalo ngomong itu dialus-alusin, bukannya lembut jatuhnya kayak orang tipes!" tambah Anggit.

Gesa dan Deden menyemburkan tawanya.

"Sial tipes!" Gesa terbahak.

🔥🔥🔥

Airin dengan malas memasuki rumahnya.

Tertawa sumbang, rumahnya sepi.

Airin merebahkan dirinya di atas sofa, matanya melirik pada sebingkai foto. Di sana terlihat kedua orang tuanya sedang tersenyum cerah dan satu anak kecil yang digendong oleh sang papa.

Airin tidak ingat itu foto kapan, seingatnya mamanya pernah bilang. Dulu foto diambil saat ulang tahunnya yang ke empat tahun.

Airin kecil menggunakan dress pink dan mahkota kecil di kepalanya. Dulu Airin sangat menyukai warna cerah. Termasuk pink.

Tapi tidak untuk sekarang.

"Kangen banget sama kalian," gumamnya.

Airin bernjak berdiri dan menaiki tangga.

Masuk ke kamarnya dan mengambil ponselnya. Airin meletakkan tasnya dan kembali ke bawah.

Saat di ruang keluarga, Airin membuka ponselnya. Banyak sekali pesan yang masuk.

Salah satu nomer membuatnya menyerngit. Nomer siapa ini?

Terlihat 9 pesan yang masuk, Airin membukanya.

08xxxxxxxxxx

Hai

Airin, Aii!

Assalamu'alaikum, cantik

Oi

P

P

Calon pacaar

Calon istri!

Kangen ga sama gue?

Airin semakin menatap heran ponselnya.

Airin mengedikkan bahunya lalu membiarkan pesan itu tanpa membalasnya.

Airin membalas beberapa pesan dari Gemini dan beberapa pesan lain yang menurutnya penting.

08xxxxxxxxxx

Kok diread doang?

Ai, bales dong

Airin menatap kesal pesan yang masuk. Lagi-lagi nomer itu mengiriminya pesan.

Anda

?

Airin yang sebal mematikan ponselnya dan merebahkan dirinya di sofa.


Maaf gak bisa double update, sedang sibuk.

Makasih yang udah mau mampir apalagi yang ninggalin jejak.

Tunggu part selanjutnya ya ....

Continue Reading

You'll Also Like

477K 5.3K 6
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG🤭 Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...
705K 55.4K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
273K 21.6K 23
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
3.2M 266K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...