Perjanjian Dua Surga (END | L...

De Nobianstrow21

4.5M 526K 276K

CERITA INI SUDAH TERBIT DALAM BENTUK CETAK. KAMU BISA TEMUKAN PERJANJIAN DUA SURGA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU... Mai multe

PROLOG
BAB 1 : MEMBELI MESIN WAKTU
BAB 2: SURGA KEDUA
BAB 3 : MAMA PAPA
BAB 4 : TERJADI
BAB 5 : GARIS DUA
BAB 6 : HARAPAN
BAB 7 : PRIORITAS
BAB 8 : KENYATAAN MENYAKITKAN
BAB 9 : KEBOHONGAN PERTAMA
BAB 10 : SADAM MARAH
BAB 11 : MIMPI BURUK
BAB 12 : TINDAKAN NABILA
BAB 13: PILIHAN
BAB 15 : KEPUTUSAN
BAB 16 : BERTEMU BIDADARI
BAB 17 : ALASAN INDIRA
BAB 18 : PENCARIAN SADAM
BAB 19 : MELEPAS SATU SURGA
BAB 20 : BERTEMU SANG MADU
BAB 21 : TREMOR
BAB 22 : MENANGISI MIMPI
BAB 23 : PENEMU HANDPHONE SADAM
BAB 24 : UCAPAN SUSTER ELSA
BAB 25 : PEMBELAAN INDIRA
BAB 26 : RANJANG PERNIKAHAN YANG TERNODA
BAB 27 : AKU MELEPASMU
BAB 28 : KEFRUSTASIAN SADAM
BAB 29 : PENGAKUAN BUNDA TANIA
BAB 30 : UNDANG-UNDANG
BAB 31 : BERSUJUD
BAB 32 : SELINGKUHAN AYAH SADAM
BAB 33 : RENCANA RIZKY DAN PAPA SALMAN
BAB 34: INDIRA DIPERMALUKAN
BAB 35: MENUDUH NABILA
BAB 36 : AQIQAH SHAKEEL
BAB 37 : PERNIKAHAN NAYSILA #1
DrBAB 38 : PERNIKAHAN NAYSILA #2
BAB 39: PRAHARA BARU
BAB 40 : ALLAH LEBIH SAYANG RIDHO
BAB 41 : HADIAH UNTUK NABILA
BAB 42 : PANTI ASUHAN
BAB 43 : BERITA VIRAL
BAB 44 : MASALAH PERUSAHAAN
BAB 45 : MEMBACA ISI MAP
BAB 46 : KEMURKAAN BUNDA TANIA
BAB 47 : DISALAHKAN
BAB 48 : DIBALIK JERUJI
BAB 49 : HILANGNYA KEPERCAYAAN
BAB 50 : WELCOME TWINS
BAB 51 : PENYESALAN SADAM
BAB 52 : PERJANJIAN DUA SURGA
BAB 53 : PENANGKAPAN INDIRA
BAB 54 : DUA KASUS INDIRA
BAB 55 : MEKAH
BAB 56 : SADAR
BAB 57 : RESMI BERCERAI
BAB 58 : MENIKAH LAGI
BAB 59 : TRUE LOVE
SURGA DI TELAPAK KAKI BUNDA

BAB 14 : PERGI?

84K 8.1K 4.4K
De Nobianstrow21

Banyak-banyak istighfar yah kalau baca Perjanjian Dua Surga♥

Semangattt vote dan spam komen sebanyak-banyaknya♥

Panasin Perjanjian Dua Surga se panas hati dan pikiran pas ngebacanya♥🦁

Spam 🔥🔥🔥 buat cerita ini♥

Follow wattpad author juga dongs Nabila lovers♥♥♥

♥♥♥

"Cintai sesuatu itu sewajarnya. Jangan melebihi cinta kita kepada Nya. Allah itu pencemburu. Jangan pernah menduakannya, mentiga-kannya apalagi berpaling darinya. Padahal Allah lah yang menciptakan kalian"

Sadam kembali ke rumah besar yang ia tinggali dulunya hanya bersama Nabila, simbok dan mang Imad. Sekarang rumah besar di depannya ini sudah ada penghuni baru tidak lain istri keduanya Indira, putra kecilnya Syakiel dan juga bunda Tania.

Seharusnya rumah ini akan menjadi rumah mewah dengan banyak kebahagaian seperti bayangan Sadam. Nyatanya kebahagiaan itu sulit sekali ia wujudkan.

Sadam berjalan menuju ruang kerjanya di lantai tiga. Tapi dirinya kembali turun menuju mushala kecil di rumah nya ini.

Sadam bahkan hampir lupa jika dirinya belum sholat dzuhur. Padahal waktu menunjukan pukul 14.27.

Masih ada sedikit waktu sholat walaupun ia sedikit lalai. Kemarahan masih menguasai dirinya pasca mendengar semua jawaban dari Nabila.

Sadam tidak bodoh untuk tidak dapat memahami arti dari kata-kata yang Nabila ucapkan setelah ia mengutarakan kejujurannya tadi.

Sayangnya, kedua adik ipar kembarnya itu keburu menerobos masuk setelah mendengar ia berteriak dan juga mendengar tangisan Nabila yang begitu tersedu-sedu.

Sadam menggulung kemeja biru langitnya sampai sikut. Kemudian ia juga menggulung celana bahannya untuk mengambil wudhu.

Kemarahannya sedikit padam setelah ia selesai berwudhu. Api jika di padamkan dengan air memang akan mati, begitupula kemarahan yang di padamkan dengan berwudhu.

Makadari itu Nabila juga sering membacakan hadist itu padanya.

Sadam mulai membentangkan sajadahnya di mushala kecil rumahnya itu.

Memulai takbir.

Allahu Akbar

Sadam menggerakan tubuhnya mengikuti gerakan-gerakan dalam sholat sampai empat rokaat. Terakhir ia ucapkan salam. Memijat kedua matanya, Sadam mulai mengangkat tangannya. Berdo'a pada pemilik dunia beserta isinya.

"Ya Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. Ya Allah, Engkau lah zat dari segala zat di muka bumi ini,-" satu tetes air mata Sadam jatuh di atas tangannya.

"Ya Allah, penuhi hati ini dengan nama Mu. Ampunilah segala dosa-dosa hamba, kedua orang tua hamba dan istri-istri hamba,- kembali air mata Sadam jatuh di kedua pelupuk matanya.

"Ya Allah, bantu hamba. Hanya kepada Mu lah hamba menyembah dan memohon pertolongan,-" isakan Sadam lolos dari bibirnya.

"Bantu hamba untuk mempertahankan rumah tangga hamba... Hamba mohon Ya Rabb. Hamba mencintainya. Sangat mencintainya. Jadikanlah istri hamba bidadari dunia dan surga dalam hidup hamba. Jangan Engkau pisahkan hamba dengannya,- sungguh hamba tidak bisa Ya Allah." isakannya begitu menyakitkan. Hingga membuat seseorang yang berdiri di belakangnya bahkan ikut menitikan air mata.

Sadam...

"Tolong, hamba Ya Allah.. Tolong,-" keluar sudah tangisan yang laki-laki itu Pertahankan sedari tadi. Bayangan perceraian nya dengan Nabila adalah mimpi buruk yang begitu menakutkan. Demi Allah, ia akan berjuang sekeras mungkin untuk mempertahankan rumah tangganya dengan Nabila.

Seseorang mendekapnya dengan pelukan dari belakang. Menyandarkan kepala Sadam di bahunya. Wanita itu ikut menangis.

Menangisi putranya yang begitu ia sayangi, yang terlihat begitu terluka.

Bunda Tania mendengar semua keluhan putra satu-satunya itu. Mendengar semua isakan menyakitkan putranya.

Air mata bunda Tania kembali mengalir.

"Sadam ngga bisa, bunda. Sadam ngga bisa kehilangan Nabila,-" Sadam kembali  terisak. Membalik badannya dan memandang wajah sang bunda seakan memohon bantuan.

Bunda Tania makin memper-erat pelukannya pada sang putra. Menyalurkan kekuatan pada harta paling berharga miliknya.

"Sadam bisa gila, bunda. Sadam ngga sanggup. Kenapa Nabila ngga mau maafin Sadam, bunda? Kenapa?" adu Sadam. Wajah putihnya memerah. Ia tidak menutupi kelemahannya dihadapan bunda nya.

"Maafin bunda, nak." bunda Tania berujar meminta maaf. Mengelus surai hitam lebat milik putra kebanggannya yang sedang terjatuh karena masalah rumah tangga sedang di uji Nya.

Sadam mengangguk dipelukan bunda Tania. "Iyah, ini semua salah bunda. Juga salah Sadam yang bodoh karena mau menuruti semuanya." Sadam meremas kemeja yang ia gunakan. Menyalurkan rasa frustasi dan penyesalannya.

"Tapi bunda, Sadam bahagia punya Syakiel. Sadam membayangkan Nabila menggendong Syakiel dan menyuapinya. Menyambut Sadam ketika pulang kerja. Sadam juga ingin adil pada Indira, bunda. Sadam ingin mereka berdua hidup rukun di rumah ini. Sadam akan berusaha untuk adil bunda. Agar di akherat Sadam juga bisa mempertanggung jawabkannya. Tapi Nabila memilih pergi bunda. Dia mau tinggalin, Sadam." curhat Sadam masih di pelukan bunda Tania.

Air mata Tania semakin deras. Ia melihat kehancuran putranya sendiri. Apakah yang ia lakukan salah?

Ya Allah hamba hanya ingin memiliki cucu di hari-hari tua hamba. Hamba ingin pensiun dan bermain bersama keturunan keluarga Adnan dari putranya sendiri.

"Apa yang harus Sadam lakuin bunda? Tolong Sadam. Sadam takut, bunda. Demi Allah, Sadam ngga mau pisah sama Nabila. Nabila hidup Sadam, bunda. Tolong..." mohon Sadam sambil bersujud pada Bunda nya. Air mata mengalir deras di mata nya yang semakin memerah.

"Nabila pasti hanya marah sementara sayang. Dia wanita yang baik, bunda yakin dia pasti mau memaafkan kamu, memaafkan bunda juga memaafkan Indira dan menerimanya. Bunda yakin sayang," ucap Bunda Tania mengelus wajah Sadam, meyakinkannya.

"Iyah, bunda. Nabila adalah istri yang paling baik dan yang paling Sadam cintai. Nabila juga sangat mencintai Sadam kan bunda? Nabila ngga mungkin bisa ninggalin Sadam juga." senyum Sadam mencoba mendamaikan pergolakan di hatinya.

Benar apa kata bundanya. Nabila tidak pernah membenci siapa pun. Istrinya pasti memaafkannya.

"Iya, nak."

"Sekarang Sadam akan memberi waktu Nabila untuk menenangkan hatinya terlebih dahulu. Besok pagi Sadam baru akan menjemput bunda kedua Syakiel. Membawa Nabila kembali kerumah ini. Membangun keluarga bahagia bersama-sama," yakin Sadam membayangkan semua rencanya. Kembali menenggelamkan kepalanya di pundak sang bunda.

Sadam kini bisa sedikit bernapas lega.

Apalagi ia berada di pelukan Bidadari pertamanya. Sang bunda.

Bunda Tania ikut tersenyum melihat putranya yang kembali optimis dengan hidup nya.

Ia akan selalu mendo'akan kebahagian Sadam putra satu-satunya ini. Menciumi rambut hitam legam putranya, mengelusnya dan kembali menggumamkan doa kebahagiaan pada pemilik kehidupan, Allah Subhanahu wa ta'ala.

♥♥♥

"Morning, pasien Nabila." sapa dokter Nathan dengan senyum hangatnya.

Nabila hanya mengangguk membalas sapaan dokter muda itu.

"Tidak terlihat seperti pasien saya yang akan diperbolehkan pulang ke rumah sih wajahnya," tutur dokter Nathan dengan kekehan manisnya.

Yang hanya di balas senyum tipis Nabila.

Ceklek

"Assalamu'alaikum, sayang,- sapa Mama Nina dan papa Salman saat memasuki ruang VVIP putrinya.

"Wa'alaikum salam, mah." balas Nabila dengan senyum terpatri di wajah pucatnya.

"Jadi gimana kondisi putri saya dokter Nathan? Apa sudah benar-benar boleh pulang hari ini?" papa Salman memastikan pada dokter yang selama ini telah merawat putrinya.

"Ini lebih dari baik, pak Salman. Sepertinya pasien saya ini sudah benar-benar ingin kembali ke rumahnya dan mengucapkan sayonara pada ruangan ini," gurau dokter Nathan pada papa Salman dan melirik sekilas pada wajah ayu Nabila yang masih belum menunjukan wajah berbinar apapun walau akan segera meninggalkan rumah sakit ini.

Dibalas senyum bersahaja papa Salman pada dokter muda yang telah menjadi perantara Allah merawat putrinya selama koma tiga tahun terakhir ini.

Ceklek

Pintu kembali terbuka memunculkan dokter Ayumi dan satu suster lagi.

"Selamat pagi, pak Salman, bu Nina dan dua kembar tampan," sapa dokter Ayumi begitu ramah.

"Pagi, dok." jawab mereka bersamaan.

Rizky dan Ridho kembali merapihkan semua barang-barang kakak nya yang akan dibawa pulang. Lebih banyak bawaan mereka selama menginap sebenarnya.

"Hallo, Nabila? Happy to be home, right?" ujar dokter Ayumi terkekeh.

"Alhamdulillah, dok." jawab Nabila.

"Ayumi, ingat. Kau sudah menjadi teman baru ku sekarang Nabila!"

Nabila tersenyum dan mengangguk sesudahnya.

"Berarti kau juga teman ku, pasien Nabila. Panggil aku Nathan." tegas dokter Nathan memandang pasien nya itu.

"Wah, bujangan ini benar-benar tidak ingin kalah dari ku rupanya." geleng-geleng dokter Ayumi menyindir dokter Nathan yang tidak seperti biasanya.

"Kalian memang sudah seperti keluarga baru untuk ku. Terima kasih sudah menjadi perantara Allah dalam menyembuhkan ku," Nabila membalas dengan senyuman tulus dan mata teduhnya itu.

"You are welcome my bestie!" sahut dokter Ayumi semangat. Dokter Nathan juga mengangguk membalas ucapan terima kasih dari Nabila.

"Baiklah berarti kalian juga bisa menganggap tante dan om sebagai orang tua kalian. Jangan panggil kami pak atau bu biar tidak terlalu formal," ucap mama Nina dengan suara keibuannya.

Papa Salman mengiyakan. Bersyukur karena begitu banyak yang menyayangi putrinya.

"Wah seyuyur-yuyur nya, Idho juga ingin berkenalan dengan dokter cantik, tapi Idho tidak ingin dianggap teman apalagi adik. Inginnya sih dianggap jodoh," Ridho yang kini ikut bersuara dengan percaya dirinya.

"Idhoo, jangan semua wanita cantik kamu gangguin. Mama buang lama-lama semua majalah sexy koleksi kamu!" ancam mama Nina menegur putra bungsunya.

"Astagfirullah kok  mama tahu? Duh gimana dong nasib Idho dirumah nanti," panik Ridho.

"Awas kamu nanti dirumah," ancam mama Nina lagi.

"Ya Allah cobaan apa ini, Idho anak baik kenapa cobaanya banyak banget," drama Ridho yang membuat mereka semua geleng-geleng tidak habis pikir.

"Tidak apa tante, saya sudah kebal dengan para fuck boy selama dua puluh tujuh tahun saya hidup," aku dokter Ayumi memandang Mama Nina.

"Oh iya, Nabila. Ini kartu nama ku. Kita bisa tetap berkomunikasi nantinya," ujar dokter Ayumi lagi sambil mengeluarkan kartu dari kantong sneli nya dan menyodorkannya pada Nabila.

Nabila tersenyum menerima kartu nama milik dokter Ayumi.

"Dokter Nathan tidak mau ikutan ngasih kartu nama ke Nabila juga?" sindir dokter Ayumi melirik dokter Nathan.

"Saya sudah punya," datar dokter Nathan membungkam dokter Ayumi.

♥♥♥

"Bun, doain Sadam yah semoga Nabila mau maafin Sadam,"

"Iya, nak. Kamu hati-hati di jalan,"

"Hati-hati yah mas, semoga Nabila mau ikut mas pulang kesini," ujar Indira sambil mencium punggung tangan Sadam, suaminya.

Sadam mengangguk namun mengaminkan dalam hati.

"Putra tampan ayah, tunggu di rumah yah sayang. Ayah akan bawa bunda Nabila untuk ketemu Syakiel. Syakiel seneng kan punya dua bunda? Bunda Nabila itu cantik dan baik banget, sayang. Kamu pasti seneng nanti di gendong dan di suapi bunda Nabila," ucap antusias Sadam pada bayi mungil digendongan Indira, sambil menciumi pipi Syakiel yang mulai tembam.

Bayi mungil itu tertawa menepuk-nepuk pipi Sadam seakan mengerti perkataan ayah nya itu.

Tidak menyadari Indira yang tersenyum miris mendengar Sadam yang terlalu mencintai Nabila, tanpa memperdulikan hati surga keduanya yang tersakiti mendengar itu semua.

♥♥♥

Pemakaman umum. Disinilah Nabila dan keluarga nya berada.

Seperti janji kedua orang tua nya yang akan membawa Nabila mengunjungi makam sang putra saat ia keluar dari rumah sakit nanti.

Albiru Adnan bin Sadam Adnan.

Itulah nama nisan yang tertulis di papan yang sedang di peluk Nabila saat ini.

"Sayang, aku udah siapin nama buat calon anak kita," senang Sadam saat akan memberitahunya pada Nabila.

Meletakan tangan besarnya di atas perut istrinya yang sudah terlihat besar saat itu.

Kini kandungan Nabila sudah memasuki tujuh bulan. Besok adalah acara tujuh bulanan calon anak mereka yang ada di dalam perut Nabila.

"Kamu tuh heboh banget deh, mas. Siapa namanya? Nanti pasti Ridho ngambekin kamu. Kan dia juga udah siapin nama buat calon ponakannya."

"Biarin ajalah sama anak hiperaktif itu. Pasti nama dari bocah itu aneh-aneh, cakepan nama yang aku siapin." yakin Sadam kemudian mencium pipi Nabila penuh sayang.

Nabila terkekeh mengingat adiknya yang memang pasti menyiapkan namanya aneh-aneh.

"Albiru Adnan. Nama putra kita, sayang." ucap Sadam dengan bangganya.

"Maaf, bunda baru dateng tengok adek." parau Nabila saat mengucapkannya.

"Bunda sayang.... Banget sama adek. Kenapa adek tinggalin bunda duluan? Kenapa ngga ajak bunda juga?" satu air mata jatuh dari mata teduh itu.

Papa Salman dan mama Nina menangis melihatnya. Begitupula Rizky dan Ridho.

Mereka akan memberi waktu pada Nabila untuk menyapa almarhum anaknya yang kini sudah berada di sisi Allah Subhanahu wa ta'ala.

♥♥♥

"Sus, pasien di ruang ini kemana yah?" panik Sadam bertanya pada salah satu suster yang memang akan masuk membersihkan ruangan itu.

"Kebetulan pasien Nabila sudah di perbolehkan pulang, pak. Baru saja setengah jam yang lalu beliau pulang bersama keluarganya." beritahu sang suster.

"Arghhh, kenapa tidak ada yang memberi tahu saya!" marah Sadam. Sehingga membuat sang suster berjengit kaget.

Dengan takut-takut sang suster pamit undur diri membersihkan ruangan yang sudah kosong itu.

Sedangkan Sadam langsung berlari menuju parkiran di mana mobilnya berada.

♥♥♥

"Maafin bunda, sayang."

"Maafin bunda belum bisa menjaga kamu dengan baik,-" parau Nabila lalu menutup mulutnya dengam tangan kanannya agar isakannya tidak terdengar.

Tapi orang-orang di belakangnga melihat tubuh gemetar Nabila. Papa Salman meraup wajahnya kasar. Memijat kedua matanya yang kini berkaca-kaca.

"Maafin bunda juga jika tidak bisa menjaga Ayah lagi nanti, hiks. Bunda ngga bisa. Adek ngga marah sama Bunda karena tinggalin ayah nanti kan, sayang?" 

"Ayah udah ngga butuh bunda lagi, hiks, hiks. Harusnya kamu bawa bunda juga!" histeris Nabila tidak kuat menahan rasa perih di hatinya. Ia mendekap kuat-kuat papan nisan almarhum putra nya kuat-kuat.

Mama Nina langsung melepas diri dari dekapan suaminya dan berlari menuju putrinya. Memeluk kuat-kuat putri cantiknya. Malaikat kecilnya yang akan selalu ia cintai dengan seluruh hidupnya.

"Kenapa Nabila, Mah?" adu Nabila pada mama Nina.

"Kenapa Nabila yang harus kehilangan semuanya? Dosa Nabila banyak yah mah?" tangisan tersedu-sedu itu menyakiti setiap pasang mata yang melihatnya.

Rizky berbalik memunggungi pemandangan menyakitkan itu. Tidak kuat melihat kakak nya yang tersakiti begitu dalam. Ia menjambak rambutnya hingga begitu berantakan.

"Nabila belum pantas jadi ibu, kan mah? Makanya Allah ambil anak Bila secepat ini?"

"Nabila mau menyerah, mah. Kenapa harus Nabila? Hiks MAMA KENAPA HARUS NABILA? HIKS!" raung Nabila.

Sakit ya Allah, sakit.

"Because Allah love you. Allah sayang banget sama putri mama. Putri mama yang sholeha. Putri mama yang kuat. Allah mau menaikan,- hiks derajat kamu, sayang. Mama Papa akan selalu di samping kamu atas izin Allah." jelas mama Nina dengan sesekali menyiumi wajah putrinya yang begitu pucat.

"Nabila nyesel mah. Nabila nyesel kenapa harus tidur terlalu lama!"

"Nabila nyesel mencintainya terlalu dalam. Nabila nyesel kasih semua hati Nabila buat dia! Harusnya Nabila mencintai mas Sadam tidak sedalam ini, mama." air mata itu semakin deras di wajah Nabila.

Mereka menangis di pemakaman umum itu. Di depan gundukan tanah bertuliskan Albiru Adnan.

"Nabila nyesel karena ngga bisa benci dia! Nabila nyesel, mah. Nabila lemah banget kan, mah?"

Rizky dan Ridho tidak kuat lagi melihat semua kesakitan kakak perempuannya itu. Mereka mulai beranjak pergi dari sana, menuju mobil Range Rover hitam metalik yang mereka bawa sambil meraup wajah kasar dan mengepalkan kedua tangan mereka.

"Nabila mau pergi dari mas Sadam, tapi hati Nabila sakit banget, mama. Disini sakit banget,hiks!" isak Nabila menunjuk ke hati nya.

Mama Nina tidak kuat lagi. Ia mendekap erat-erat tubuh rapuh putri kecilnya yang selalu ia gendong sejal kecil.

Putrinya kesakitan. Putri kecilnya mengadukan semua unek-unek di hatinya. Tapi dirinya malah semakin sakit mendengarnya.

"Tolongin Nabila, mama. Tolongin Nabila, pah!" mohon Nabila begitu kesakitan.

Kuat kan putri kami ya Allah

♥♥♥

Di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata itu, laki-laki tampan itu terus memukul setir mobil nya dengan kuat.

Ketakutan juga kemarahannya begitu kuat.

"Aku ngga akan biarin kamu pergi, Sayang. Ngga akan pernah!" geram Sadam.

"Jangan pernah coba-coba buat ninggalin mas, Nabila hiks." takut Sadam.

Ia begitu kalut saat tahu bahwa Nabila pergi tanpa meminta izin darinya. Harusnya istri nya itu kembalu kerumah mereka. Bukan kerumah mama Nina dan papa Salman.

"Ya Allah bantu hamba,"

"Andai hari itu bukan kamu yang kecelakaan Nabila. Harus nya mas. Biar mas yang sakit, jangan kalian. Kita juga tidak akan kehilangan anak kita." sesal Sadam semakin menambah kecepatan pada mobil yang ia kendarai agar cepat sampai kerumah mertuanya.

"HARUSNYA MAS YANG KECELAKAAN! BUKAN KAMU NABILA! HARUSNYA MAS, ARGHHHHHHHHHHH!"

TIN

TIN

TIN

BRAK

♥♥♥

Tandai typo♥

Panjang lah yah lumayan♥

Ada yang oleng Surga nya kah?♥

SURGA SADAM NABILA

SURGA NATHAN NABILA

SURGA SADAM INDIRA

SURGA NATHAN INDIRA

ATAU SURGA PEMAIN BARU?🙃

MAU UCAPIN APA SAMA TOKOH PERJANJIAN DUA SURGA?♥

Ceritanya masih panjang banget!! Sabar nunggu azab-azab nya okey♥

Because ngga ada perbuatan jahat yang akan lolos dari hukuman di dunia maupun akherat♥😭

MARI KITA PANTAU♥

Maaf jika ada kata-kata yang salah dan kurang berkenang di hati kalian karena sesungguhnya kesalahan itu adalah milik saya dan kesempurnaan itu adalah milik Allah swt♥

...TBC...




Continuă lectura

O să-ți placă și

Ayesha De Diaaan

Ficțiune adolescenți

22.7K 1.1K 51
"Kata orang kalo kita suka sama seseorang lebih dari 4 bulan itu nama nya sayang, terus kalo menyukai seseorang lebih dari 4 tahun itu apa nama nya?"...
153K 14.7K 50
Spin-off Takdirku Kamu 1 & 2 | Romance - Islami Shabira Deiren Umzey, dia berhasil memenangkan pria yang dicintainya meski dengan intrik perjodohan...
2.9M 255K 73
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
Hakim De ul

Spirituale

1.3M 76.7K 51
[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu...