Perjanjian Dua Surga (END | L...

By Nobianstrow21

4.4M 526K 276K

CERITA INI SUDAH TERBIT DALAM BENTUK CETAK. KAMU BISA TEMUKAN PERJANJIAN DUA SURGA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU... More

PROLOG
BAB 1 : MEMBELI MESIN WAKTU
BAB 2: SURGA KEDUA
BAB 3 : MAMA PAPA
BAB 4 : TERJADI
BAB 5 : GARIS DUA
BAB 6 : HARAPAN
BAB 7 : PRIORITAS
BAB 8 : KENYATAAN MENYAKITKAN
BAB 9 : KEBOHONGAN PERTAMA
BAB 11 : MIMPI BURUK
BAB 12 : TINDAKAN NABILA
BAB 13: PILIHAN
BAB 14 : PERGI?
BAB 15 : KEPUTUSAN
BAB 16 : BERTEMU BIDADARI
BAB 17 : ALASAN INDIRA
BAB 18 : PENCARIAN SADAM
BAB 19 : MELEPAS SATU SURGA
BAB 20 : BERTEMU SANG MADU
BAB 21 : TREMOR
BAB 22 : MENANGISI MIMPI
BAB 23 : PENEMU HANDPHONE SADAM
BAB 24 : UCAPAN SUSTER ELSA
BAB 25 : PEMBELAAN INDIRA
BAB 26 : RANJANG PERNIKAHAN YANG TERNODA
BAB 27 : AKU MELEPASMU
BAB 28 : KEFRUSTASIAN SADAM
BAB 29 : PENGAKUAN BUNDA TANIA
BAB 30 : UNDANG-UNDANG
BAB 31 : BERSUJUD
BAB 32 : SELINGKUHAN AYAH SADAM
BAB 33 : RENCANA RIZKY DAN PAPA SALMAN
BAB 34: INDIRA DIPERMALUKAN
BAB 35: MENUDUH NABILA
BAB 36 : AQIQAH SHAKEEL
BAB 37 : PERNIKAHAN NAYSILA #1
DrBAB 38 : PERNIKAHAN NAYSILA #2
BAB 39: PRAHARA BARU
BAB 40 : ALLAH LEBIH SAYANG RIDHO
BAB 41 : HADIAH UNTUK NABILA
BAB 42 : PANTI ASUHAN
BAB 43 : BERITA VIRAL
BAB 44 : MASALAH PERUSAHAAN
BAB 45 : MEMBACA ISI MAP
BAB 46 : KEMURKAAN BUNDA TANIA
BAB 47 : DISALAHKAN
BAB 48 : DIBALIK JERUJI
BAB 49 : HILANGNYA KEPERCAYAAN
BAB 50 : WELCOME TWINS
BAB 51 : PENYESALAN SADAM
BAB 52 : PERJANJIAN DUA SURGA
BAB 53 : PENANGKAPAN INDIRA
BAB 54 : DUA KASUS INDIRA
BAB 55 : MEKAH
BAB 56 : SADAR
BAB 57 : RESMI BERCERAI
BAB 58 : MENIKAH LAGI
BAB 59 : TRUE LOVE
SURGA DI TELAPAK KAKI BUNDA

BAB 10 : SADAM MARAH

71K 7.3K 1.7K
By Nobianstrow21

"Pada dasarnya tidak ada wanita yang akan siap untuk di madu. Bahkan tidak akan pernah siap"


"Sayang, apa maksud kamu ngomong gitu?" panik Sadam ketakutan. Apapun bentuk perpisahannya Sadam tidak bisa dan tidak akan pernah bisa jika itu dengan Nabilanya.

"Nabila cuma nanya, Mas." jawab Nabila sambil mengelus rahang tegas milik suaminya.

"Buat apa menanyakan hal-hal yang udah pasti tidak akan pernah terjadi, hmm? Kamu ngga mau liat suami kamu marah kan, Sayang?" Nabila tidak menyesal menanyakan hal itu meski kini ia harus mendapat tatapan kemarahan dari suaminya.

Sesungguhnya, Nabila tidak ingin membuat suaminya marah. Demi Allah ia tidak ingin Allah murka kepadanya tapi, jika kenyataanya suaminyalah yang sudah membuatnya marah dan terluka, apakah Allah juga akan murka?

"Maafin Bila, Mas." lirih Nabila mengalah.

"Ingat baik-baik, Sayang. Ini akan menjadi perintah dari seorang suami kepada istrinya dan kamu wajib mematuhinya!"

Sadam meraup wajahnya kasar, ia cemas dan ketakutan bahkan hanya dengan mendengar kata perpisahan dari bibir manis istrinya itu.

Sedangkan Nabila masih menunggu kalimat selanjutnya dari yang akan suaminya ucapkan.

"Dengar baik-baik, Sayang! Tidak. Akan. Ada. Perpisahan. Diantara kita selain sebuah kematian." tekan Sadam memperingati istrinya.

Sadam berpikir Apakah karena tertidur terlalu lama membuat perilaku istrinyanya berubah? Sudah jelas tidak mungkin.

Atau

Ngga. Nabila ngga mungkin sudah mengetahui semua kesalahan yang dirinya perbuat semasa istrinya itu koma.

Tidak sekarang ya Allah

"Iyah, Mas. Alhamdulillah Nabila masih di beri kesembuhan untuk tetap hidup. Meski rasanya Nabila lebih baik mati bersama calon bayi kita saat kecelakaan itu."

"NABILAA!" teriak Sadam semakin marah.

Demi Allah mereka bahkan baru saja melepas rindu setelah beberapa tahun tidak bisa saling menantap atau memeluk satu sama lain, tapi sekarang mereka sudah di hadapkan oleh sebuah pertengkaran yang bahkan tidak masuk akal bagi Sadam.

Selama ini pertengkaran mereka hanyal masalah sepele dan berujung dengan kemesraan karena mereka tidak pernah membawa-bawa kata perpisahan seperti kali ini.

Sadam bahkan sampai berteriak terbawa emosi tanpa bisa di tahan.

Hingga suara isakan terdengar dari sang istri, Sadam langsung menarik napas berusaha meredakan kemarahannya. "Maaf, Mas." suara terisak itu semakin keras.

"Maafin Mas juga, maaf. Mas marah kalau kamu bilang ikut pergi sama calon anak kita. Kalian hidup, Mas. Mas udah kehilangan dia sayang dan Mas ngga mau harus kehilangan kamu juga." ujar Sadam yang langsung membawa tubuh bergetar istri yang teramat ia cintai itu ke dalam pelukannya.

"Maaf, ini semua karena Mas. Andai kalian tidak menolong Mas waktu itu, pasti sekarang anak kita sedang berlarian dengan kaki kecilnya mengejar ayam jago, Mang Imad." Sadam sedikit menambahkan hal lucu di akhir kalimatnya untuk mencairkan keadaan menegangkan diantara ia dan istrinya tadi.

Nabila menggeleng di dalam pelukan suaminya, ia tidak mau Sadam malah menyalahkan dirinya sendiri atas kematian putra mereka.

"Bukan salah, Mas."

"Berarti kamu juga jangan bilang ingin ikut pergi bersama anak kita yang sudah tenang bersama Allah, sayang. Mas ngga mau kamu ngomong meninggal meninggal. Kamu mau Mas gila karena ditinggal kalian, hmm?"

"Maaf, Mas. Nabila akan coba ikhlas dan terima semuanya,-" kecuali kesalahan kamu dibelakang aku, maaf. Lanjut Nabila dalam hati.

"Mas, sayang banget sama kamu. Apapun yang terjadi dalam rumah tangga kita ke depannya nanti, Mas mau kamu selalu percaya sama Mas. Kamu ngga boleh ninggalin, Mas. Mas ngga akan biarin itu!" peringatan tegas Sadam menambah kesedihan Nabila.

Aku takut Mas, takut bahwa kamu sendiri yang akan menyebabkan aku pergi. Jujur Nabila dalam hati.

"Sebenernya kalau waktu itu Mas yang pergi tinggalin kita berdua di dunia ini, aku akan membuka lebaran baru dengan hati yang baru juga. Tentunya bersama bayi kita," sontak saja ucapan Nabila kembali mengobarkan kemarahan Sadam yang tadi sudah berusaha ia padamkan.

Melihat kemarahan yang tiba-tiba muncul kembali di mata hazel milik suaminya, membuat Nabila tertawa miris.

Kamu hanya baru mendengar ucapan pancinganku saja sudah sampai semarah ini, Mas. Tapi kenyataan yang sudah terjadi sama aku apakah boleh aku marah padamu?- batin Nabila memberontak tidak terima bahwa dirinya yang mengalami ini semua dari jutaan manusia di bumi milik Allah.

Allah love you, Nabila

Allah love you...

Semangat Nabila pada dirinya sendiri, meyakini bahwa setiap cobaan yang Allah berikan pada hamba-hamba nya mampu mereka hadapi.

"Mas merasa kamu sekarang beda, Nabila. Sejak kamu bangun dari koma, ucapan kamu selalu buat mas bingung. Kamu benar-benar harus banyak istirahat! Agar pikiran kamu bisa rileks dan ngga mikirin hal-hal yang ngga penting kaya tadi."
Ujar Sadam sambil mengelus puncak kepala Nabila dan menciumnya.

"Mas, mau kemana?" tanya Nabila menahan tangan kekar suaminya yang lengan kemejanya sudah digulung sampai sikut.

"Mas, mau ambil wudhu. Kemarahan Mas belum hilang, sayang. Mas ngga mau diliputin oleh kemarahan atas bujuk rayu setan,"

"Mas masih ingat setiap ucapan-ucapan, Bila?"

"Mas bahkan selalu ingat semua tentang kamu, Bila. Hidup Mas hanya isi kamu." ucap Sadam serius.

"Gombal ih, Mas. Kalau kata orang-orang saat suami lagi rajin-rajinnya gombal berarti dia lagi buat suatu kesalahan dan mencoba untuk menutupinya," Nabila sengaja mengatakan sindirannya itu dengan nada manja, agar tidak terlihat seperti mengintimidasi suaminya.

"Apa sebelum-sebelum kamu koma, Mas ngga pernah gombalin kamu?"

"Ngga,-" ragu Nabila. Karena sebelum-sebelum itu menurut Bila, Mas memang sungguh-sungguh mengucapkannya." terawang Nabila mengingat semua masa-masa indah mereka sebelum kecelakaan itu terjadi.

"Aduh, Mas. Kaki Bila pegel," rengek Nabila pada suaminya itu. Hari itu mereka sedang berada di dekat taman rumah mama Nina dan Papa Salman.

"Pokoknya ini ngga gratis!" tawar Sadam saat itu.

"Ih Mas, ngga berperikesuamian banget deh." cemberut Nabila.

"Mas tahu pasti kamu minta gendong kaya yang udah-udah. Dan apaan kamu belajar lebay kaya gitu, sayang hmm? Mas tahu pasti ini ajaran sesat Ridho si bocah hiperaktif itu," tebak Sadam.

"Huum, dan si hiperaktif itu adalah fans-nya Mas suamiku," goda Nabila.

"Baiklah, ayo naik. Kita terbang dan cari si bocah hiperaktif itu!" lalu mereka berlari-lari di taman dengan Nabila dalam gendongan Sadam. Mereka terus tertawa sampai rumah dan benar-benar mencari keberadaan si hiperaktif Ridho.

"Sayang ... Kenapa ngelamun, hmm?"

"Gpp, Mas."

"Kamu denger ini baik-baik. Dulu. Sampai sekarang. Mas ngga pernah gombalin kamu, itu benar. Karena Mas emang ngucapin hal-hal manis itu jujur dari lubuh hati terdalam, Mas." beritahu Sadam mencoba meyakini istrinya yang seakan-seakan sekarang sudah berkurangnya kepercayaan untuknya dimata teduh itu.

"Aku percaya, mas,-" tapi tidak sebanyak dulu. Maaf mas. Lagi-lagi Nabila hanya bisa mengucapkan kejujuran itu dalam hatinya.

Allahu Akbar

Allahu Akbar

"Alhamdulillahirabil'alamin," jawab mereka bersaam saat mendengar suara adzan berkumandang memanggil para hamba Allah untuk segera bersujud kepada-Nya dalam sholat.

"Mas bantu kamu ambil, wudhu."

Setelah berwudhu dan Sadam sudah menggelar sajadah menghadap kiblat dan Nabila yang sudah memakai mukenahnya duduk untuk menjalankan sholat.

Maha Besar Allah yang selalu memberikan keringanan pada hamba-hambanya. Nabila masih bisa melaksanakan sholat fardhu nya dengan duduk diatas brankar rumah sakit dan diimami oleh suaminya.

"Akhirnya kita bisa kembali melaksanakan sholat berjamaah bersama, sayang. Mas seneng banget." jujur Sadam seakan merasa semua ini masih mimpi untuknya.

Nabila juga mengiyakan. Ia sangat merindukan kebersamaan mereka terlebih dalam hal ibadah kepada Allah swt sang pemilik dunia dengan segala isinya yang luar biasa.

"Mas mulai,"

Dan mereka mulai menjalankan sholat Maghrib berjamaah di ruang VVIP itu.

♥♥♥

"Gimana, Bunda. Shakeel ada nangis ngga Dira tinggal ke supermarket?" tanya Indira saat sudah sampai di depan Bunda mertuanya itu.

"Ngga dong, cucu Bunda kan anak baik. Tadi cuma nggeliat-geliat doang posisi tidurnya kan bedongannya suster Elsa lepas."

"Makasih yah, Bunda. Dira mau nitip Shakeel lagi soalnya aku mau ngepumping buat stok susunya dia. Deres banget soalnya, ampe basah."

"Bunda akan dengan senang hati menjaga cucu tampannya Bunda," gemas Bunda Tania yang terus menerus menciumi pipi bapau sang cucu yang kini bertambah bobot berat badannya.

"Oiya, Dir. Malam ini sepertinya Sadam akan menginap dirumah sakit karena katanya Nabila sudah sadar." beritahu Bunda Tania.

Langsung saja peralatan pumping yang sedang di pegang oleh Indira terjatuh begitu nyaring sampai membuat Syakiel menangis terbangun.

"Ceroboh banget deh kamu, Dira. Cucu Bunda nangis kan kebangun." omel bunda Tania. Kasihan pasti cucunya itu kaget mendengar suara keras tadi.

"Kok, bisa bangun Nabilanya Bunda? Ma-maksud Dira bukannya kata Bunda dia ngga ada tanda-tanda kehidupan lagi sampai harus memakai alat-alat penopang kehidupan itu?" Indira mencoba bertanya dengan hati-hati.

"Bunda juga ngga tahu, tapi bagus deh putra bucin Bunda itu jadi ada semangat hidup lagi selain putranya ini," jawab bunda Tania.

"Terus Dira, Bunda?"

"Maksud kamu apa sih, Bunda ngga ngerti. Mending kamu susuin Shakeel biar bisa bobo lagi." titah Bunda Tania.

"Indira masih bisa jadi istrinya Mas Sadam kan, Bunda?" Dira menahak gejolak panas dimatanya.

"Indira masih mau gantiin Nabila buat jadi istri Mas Sadam, Bunda. Indira bisa mengurus Mas Sadam lebih baik lagi. Indira juga akan buat Mas Sadam jadi cinta sama Dira bukan hanya anak kami saja," tutur Indira begitu panik dengan air mata bercucuran di wajahnya sampai ada yang jatuh mengenai wajah SHakeel yang kini matanya kembali terpejam.

"Kamu ngapain sih malah promosiin diri ke Bunda?"

"Dira takut Nabila meminta Mas Sadam untuk menceraikan Dira karena kini Nabila sudah kembali sadar, Bunda." ketakutan nampak jelas di wajah cantik nya yang kini nampak sembab.

Mang Imad yang tadinya berniat untuk mengantarkan barang Mbak Indira yang tertinggal dalam mobil malah mendengarkan semuanya sejak tadi di belakang tembok dekat pintu kamar yang terbuka.

"Kamu kan istri Sadam juga dan itu atas perintah Bunda. Dan kamu sudah berhasil memberikan Bunda cucu, tidak mungkin Sadam akan menceraikan kamu, Dira. Negatif thinking aja kamu tuh,"

"Astagfirullah Mbak Indira solimi temen dadi wong. Kalian nikah ngga minta izin sama den ayu kok. Ya rapopo nek kon pisah. Bisa-bisane dadi cah wadon murahan temen, lanangan akeh kok!" emosi Mang Imad.

"Aduh Imad kamu tuh suka banget ikut campur masalah keluarga saya yah sekarang, mending kamu cuci mobil baru saya yang mau saya pakai besok buat ke acara lelang berlian!" titah unda Tania. Kesal sekali setiap melihat mang Imad. Tapi dirinya tidak akan pernah bisa memecat orang itu atas jasa-jasanya juga.

"Kamu tenang yah, Dira. Saat Nabila pulang kerumah ini nanti kita harus minta maaf terlebih dahulu. Yah walaupun menurut bunda menginginkan cucu segera bukanlah hal yang salah dari seorang ibu pada putranya," ujar Bunda Tania.

"Baik, Bunda. Dira juga akan berusaha menjadi madu yang baik untuk Nabila."

"Betul, itu harus! Kasian nanti kalau putra bunda dibikin pusing. Lagian Nabila itu hatinya terlalu baik, dia pasti tidak akan marah pada kita. Percaya sama Bunda."

Aku hanya baru merasakan menjadi istri sesungguhnya mas Sadam dalam setahun terakhir ini, ya Allah

Apa aku tidak boleh memiliki kebahagiaan Nabila lebih lama lagi?

♥♥♥

Tandai Typo♥

Team Surga Sadam&Nabila♥

Team Surga Sadam&Indira♥

Dukung terus Perjanjian Dua Surga♥

Ditunggu Komen dan Vote sebanyak-banyaknya♥

Terimakasih semua♥

Maafkan jika banyak kata-kata yang salah dan kurang berkenang di hati karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah swt♥

...TBC...

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 244K 58
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
Hakim By ul

Spiritual

1.3M 76.3K 51
[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu...
2.2K 1.2K 21
[BUDAYAKAN FOLLOW, KOMEN, DAN VOTE SEBELUM BACA-!!] Kesempurnaan hadir ketika sepasang makhluk yang paling sempurna saling menutupi kekurangan pasang...
5.6M 684K 40
Terbit di Cloudbookspublishing Sudah tersedia di Gramedia dan Toko Buku Online Raisya Alika Putri, gadis yang tidak pernah menginginkan nikah muda n...