Guns & Yuta โœ“

By intoyourlove

1.1M 196K 121K

Haruma Rui tanpa sengaja melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat. Semua menjadi semakin gila disaat Yu... More

Trailer
Prologue
1. What Say You
2. Authority
3. A Gun
4. Have A Sweet Dream
5. High
6. Love Doesn't Hurt
7. Fuck You!
8. All Right, Lion
9. I Saved You
10. I'll Try
11. Lied
12. The Truth
13. Done
14. Always
15. Heaven on Earth
16. Frightened
17. I Love You
18. Sunshine
19. Reputation
20. Look After You
21. Truly Yours
22. And I'll Win
23. Your Game
24. God
25. Too Much
26. The Hell
27. Let's Break His Throne
29. Key
30. She's Dead
31. Ciao, Amore
32. Deadly
33. Here
34. Evilest Evil of All Time
35. Guns and Yuta
Epilogue

28. Burn Him

18K 3.8K 4K
By intoyourlove

"Rui, welcome home." ucap Yoshi sambil ngebuka pintu sebuah rumah.

Gue ngamati rumah itu sambil ngegendong anjing gue, sedikit kebingungan. "Ini bukan rumah kamu..." celetuk gue.

Yoshi menghela nafas dan mendekat ke gue. Dia megang kedua pundak gue dan senyum tipis, sementara gue cuma natap dia keheranan.

"Ini rumah om Nishimura yang gak ditempati. Aku tau kamu pasti bakal ngerasa gak nyaman kalo tinggal sama keluarga aku jadi kita bisa tinggal di sini selama yang kamu mau." jelas Yoshi.

Di perjalanan tadi Yoshi memang kayak nelpon seseorang dan ngomongin tempat tinggal, gue gak tau dia nelpon siapa, ternyata nelpon si Nishimura Tsaiㅡatasan papa Yoshi.

Gue belum merespon, cuma balik natap dia ragu. "It's okay, babe. Kamu bakal aman dari Yuta di sini, om Nishimura juga udah nelpon beberapa polisi untuk jagain rumah ini. No one can hurt you." jelas Yoshi.

Karna bujukan Yoshi, gue luluh juga. Gue ngebuang nafas, nunduk sebentar, dan ngangguk. Semakin jauh dari Yuta justru semakin bagus. Gue gak mau ketemu dia lagi. I can't stand the pain everytime i look at him.

He's a liar.

"Okay..." jawab gue.

Yoshi ngelebarin senyumnya sebelum dia ngambil alih koper gue, ngebawa benda itu masuk ke rumah. Gue ngikutin Yoshi dari belakang sambil merhatiin interior rumah.

"I love this house." komentar gue.

Yoshi noleh ke belakang dan terkekeh kecil. "Do you?" tanyanya, gue ngangguk dan senyum.

Model rumahnya tuh modern gitu. Sehabis ngelewatin pintu utama langsung ada living room yang salah satu temboknya bukan tembok tapi kaca, jadi kalo siang dapat banyak pencahayaan langsung dari luar. Gue juga bisa ngelihat lantai dua dari lantai satu.

Yoshi ngebawa gue ke lantai dua dan dia ngebuka salah satu pintu kamar, mempersilahkan gue untuk masuk duluan. Gue nurut aja dan nurunin anjing dari gendongan gue sebelum, ngamati setiap sisi kamar itu.

"Am i gonna sleep here?" tanya gue sambil menelusuri kamar.

"Yup." jawab Yoshi seraya ngeletakin koper gue di depan lemari.

Tangan gue ngeraba lampu tidur yang ada di samping kasur, sebelum pandangan gue teralihkan ke kasur. Gue terdiam natap kasur itu dengan tatapan sendu.

"Do you like it?" tanya Yoshi.

Gue gak jawab pertanyaannya. Rasanya gue pengen nangis. Serius. Gue keingat Yuta dan rasanya tuh sedih dan sakit bersamaan. Gue pernah jadi wanita terbahagia di muka bumi dan gue akan tetap begitu kalo bukan karna Hideko.

No, gak sepenuhnya salah Hideko. Orang yang paling salah di sini adalah Yuta. He played me like a toy and he threw me away. Sebenarnya gue apa juga gue gak tau. I feel used. Gak salah kan kalo gue mikir selama ini Yuta cuma ngegunain gue.

Gue nunduk dan tiba-tiba nangis kecil. Perih banget, dada gue kayak ditusuk ratusan pisau dan memori di kepala gue lah yang jadi pisau itu.

Yoshi yang sadar kalo gue nangis langsung nyamperin gue dan meluk gue. Dia ngelus kepala gue, ngebiarin gue nangis di dadanya.

"I hate him so much, Chi..." gumam gue di tengah isak tangis.

Yoshi menghela nafas. "I know, Lui... Aku gak tau harus bilang apa karna aku gak ngerasain. Tapi, keluarin aja semuanya. Yell or hit me if you must." ucapnya dengan suara kecil yang menenangkan.

Untuk sekarang gue sangat membutuhkan emotional support, gue bener-bener udah gak punya siapa-siapa untuk ngedukung gue selain Yoshi dan Giselle.

Yoshi tau semua yang terjadi karna dia terlibat, tapi Giselle? Gue gak mungkin nyeret Giselle ke dalam masalah ini. Gue sangat paham dengan karakter Yuta, dia ngebunuh orang semau dia, apalagi orang yang gak ada artinya buat dia. Keluarga Giselle bukan keluarga Yoshi yang punya pasukan untuk melindungi. That's why i don't want to drag her into the woods.

Gue ngangkat kepala dari dada Yoshi dan natap matanya dengan sisa air mata di pipi dan mata gue. Dengan alis yang berkerut, gue megang sebelah pipi Yoshi.

"You're gonna help me to burn him in hell, are you not?" tanya gue.

Yoshi senyum simpul, dia nempelin keningnya ke kening gue. "Of course, Lui. All for you." jawabnya dengan suara kecil.

Somehow, itu ngebuat gue sedikit lebih tenang, seengaknya gue tau kalo gue gak sendirian. Tunggu gue, Na Yuta. Gue bakal ngeluarin jantung dia dari badannya dan nikmatin saat-saat dimana dia sekarat.

Gue ngecup bibir Yoshi dan langsung jinjit buat meluk lehernya. Yoshi terkekeh kecil karna kelakuan gue.

"I miss this you so fucking much, babe." ucap Yoshi kemudian, dia meluk badan gue dan ngecup leher samping gue.

Gue ketawa kecil sebelum lagi-lagi bertanya. "Are we gonna share a room?"

Yoshi justru nanya balik. "Do you mind?"

Gue menggeleng. "No... Please." jawab gue. Gue ngelepas pelukan tapi tangan gue masih ngelingkar di leher Yoshi. "Please stay. I don't want to sleep alone."

•••••

Yuta menatap pantulan dirinya di kaca kamar mandi. Rahangnya mengeras. Ia frustrasi. Ternyata Rui tidak main-main dengan ucapannya, wanita itu benar-benar keluar dari rumah Yuta.

Sebelah tangan Yuta menggenggam ujung meja kamar mandi dengan erat, semantara tangan lainnya menggenggam sebuah pistol. Yuta sangat menyesal karna telah menampar wanita itu. Ya Tuhan, ia sangat brengsek. Sekarang Rui pergi dan itu juga karna perbuatannya.

Ia meneguk liurnya, benar-benar marah dan kesal dengan dirinya. Tidak henti-hentinya ia merutuki dirinya sendiri.

"Fuck! Fuck! Fuck!!!" umpat Yuta sambil memukul meja kamar mandi dengan sebelah tangannya yang terkepal kuat.

Secepat kilat Yuta mengarahkan pistolnya ke bawah dagunya, hampir kehilangan diri dan melesatkan timah panas yang bisa saja membelah tengkoraknya.

Matanya terpejam, bibirnya sibuk menghitung angka dengan perlahan, coba menarik sebanyak-banyaknya kewarasan yang bisa ia tarik.

"One... Two... Three... Four..."

Setelah mendapati sebagian akal sehatnya, Yuta menghembuskan nafas berat. Matanya terbuka dan langsung tertuju pada pantulan dirinya di cermin. Ia meneguk salivanya dengan tangan yang kembali menggengam ujung meja.

"Get yourself, Nakamoto..." ucapnya pada dirinya sendiri.

Ponsel Yuta yang tergeletak di atas meja kamar mandi berdering, ada telpon masuk dari salah satu anak buahnya. Ah benar, ia memerintahkan salah satu orangnya untuk mencari keberaan Rui. Tanpa pikir panjang Yuta mengangkat panggilan itu.

"Bos..." buka anak buahnnya, terdengar takut dan ragu.

"Go on."

"Nona Rui dibawa si brengsek Yoshinori." lapor bodyguardnya. "Saya rasa dia kembali lagi ke laki-laki itu."

Yuta memejamkan matanya, menahan emosi setengah mati. Genggamam pada pistol pun ia eratkan. Mendengar penuturan anak buahnya jelas membuat Yuta ingin membunuh apapun yang bisa ia bunuh.

But this is his fault. Yang seharusnya Yuta bunuh adalah dirinya sendiri.

"Apa kitaㅡ"

Belum selesai bicara, Yuta langsung mematikan sambungan telpon, membanting ponselnya itu, dan menembak kaca di depannya dengan brutal penuh emosi. Jelas kaca itu pecah tak karuan.

"Fuck!!!" umpat Yuta dengan nada tinggi. Ia melempar pistolnya dan berjalan mundur sambil menjambak rambutnya.

Tok! Tok!

"Yuta? Are you okay?"

Suara itu, suara Hideko. Jelas, Yuta sama sekali tidak bisa mengabaikan wanita itu. Entahlah, ia gila karna pikirannya sendiri.

Tak lama setelah terdengarnya suara Hideko, sosok wanita itu muncul dari balik pintu. Ia keheranan saat mendapati banyak serpihan kaca tercecer di sana. Apalagi ada pistol dan ponsel yang sudah tergeletak menjadi bangkai di lantai.

"You... okay?" tanya Hideko, alisnya berkerut khawatir.

Yuta bersandar di tembok kamar mandi, mendongak untuk sekedar menenangkan pikirannya.

"You know i'm not, Hideko." jawab Yuta.

Hideko menghela nafasnya sejenak sebelum dia mendekat ke arah Yuta. "Apa karna Rui?" tanyanya.

Yuta meneguk liurnya, berat baginya untuk menjawab, tapi sekali lagi, ia sama sekali tidak bisa mengabaikan wanita itu.

"You know she's left. Orang saya bilang dia kembali ke Yoshi. Saya gak bisa diam aja, also, i feel guilty for her." jawab Yuta masih sambil mendongak.

"Hei..." panggil Hideko, wanita itu meletakan sebelah tangannya di pipi Yuta, membuat sang empu menatap kedua maniknya. "I'm here... Everything will be fine, Nakamoto. You just have to forget her. Isn't that easy?"

Yuta terdiam, tatapannya melemah. Lagi-lagi ia menelan air liurnya. Sesulit ini kah untuk tetap konsisten? Ini benar-benar bukan dirinya, entahlah, entah kenapa ia begini.

Apa sebenarnya ia belum bisa melupakan Hideko? She's his first and he really loved her back then... But...

Sadar dengan tatapan Yuta yang mulai melemah, Hideko kembali bersuara. "Finally, we can be us, Na Yuta. Isn't this what you truly wanted?" ucapnya lagi kali ini sambil mengelus pelan pipi Yuta.

Yuta masih tidak merespon selain menatap wanita di depannya itu.

"So just forget her andㅡ"

Secepat kilat Yuta menangkup pipi Hideko dengan kedua tangannya dan langsung mendaratkan ciuman brutal di bibir wanita itu. Ia menukar posisinya dengan Hideko, mengunci wanita itu di tembok tempatnya semula.

Wanita itu melingkarkan tangannya di leher Yuta, membiarkan Yuta melumat bibirnya dalam dan sesekali membalas gerakan bibir Yuta.

Sesaat setelah Yuta selesai dengan bibir wanita itu, ia menatap bibir Hideko dengan jarak dekat. Nafasnya masih belum stabil, begitu juga dengan wanita di depannya.

"Stay a little longer, Hideko." ucap Yuta dengan suara yang lebih mirip bisikan. "I want you here."

To Be Continued...


*setres in japanese*

Continue Reading

You'll Also Like

411K 22.2K 33
"Dunia sudah berbeda. Teman bukan lagi hanya sekedar saling membantu. Namun, juga saling menguntungkan. Bukan melulu untung terhitung dalam nominal...
247K 36.8K 68
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
118K 11.5K 33
(n.) hocus Byun Baekhyun Hidup adalah jalan dimana kita harus menjatuhkan sebuah pilihan. Kita bahkan tidak tahu apakah keputusan yang kita pilih aka...
1.9K 74 19
Peraturan-peraturan setelah kita nikah 1. Gak ada kontak fisik berlebihan 2. Gak boleh tidur sekamar 3. Gak boleh minta anak "Iyaa, kamu udah kasih t...