Guns & Yuta ✓

By intoyourlove

1.1M 196K 121K

Haruma Rui tanpa sengaja melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat. Semua menjadi semakin gila disaat Yu... More

Trailer
Prologue
1. What Say You
2. Authority
3. A Gun
4. Have A Sweet Dream
5. High
6. Love Doesn't Hurt
7. Fuck You!
8. All Right, Lion
9. I Saved You
10. I'll Try
11. Lied
12. The Truth
13. Done
14. Always
15. Heaven on Earth
16. Frightened
17. I Love You
18. Sunshine
19. Reputation
20. Look After You
21. Truly Yours
22. And I'll Win
23. Your Game
24. God
25. Too Much
26. The Hell
28. Burn Him
29. Key
30. She's Dead
31. Ciao, Amore
32. Deadly
33. Here
34. Evilest Evil of All Time
35. Guns and Yuta
Epilogue

27. Let's Break His Throne

19K 4.1K 3K
By intoyourlove

Cepet update nihhh



Kaki gue melangkah nurunin anak tangga sambil ngebawa tempat makan Yuta si anjing pomeranian gue. Pagi hari ini gue dibuat kaget dengan hilangnya anjing itu dari kamar gue. Bisanya setiap pagi dia selalu ngejilatin muka gue atau menggonggong supaya gue bangun.

Tapi kayaknya ada yang ngeluarin dia dari kamar gue, makanya ini gue cariin. Mungkin Yuta yang ngeluarin anjing itu, entah, gue gak tau.

Gue ngegoyang-goyang tempat makan dia, ngebuat bunyi yang biasanya langsung narik atensi Yuta si anjing. Kalo dengar suara itu biasanya dia langsung lari semangat karna tau mau dikasih makan.

Gue ngitarin rumah sambil ngbunyiin tempat makan dia, mirip kayak orang ngemis. Gue tiba di ruang santai dan ngedengar suara anjing menggonggong sekaligus suara anak kecil ketawa, yang udah pasti suara ketawanya si gendut Kaitoㅡanak Hideko.

Mata gue nangkap kepala orang lagi duduk di sofa yang posisinya membelakangi gue. Alis gue berkerut samar, gue mendekat ke sofa ㅡtempat si anak gendut itu.

Gue sampai di samping sofa dan sedikit terngaga, bingung ngelihat banyak sesuatuㅡkayak bulu, di lantai, dan pas gue noleh ke sofanya, rasanya jantung gue meledak hebat.

"YUTA!!!!" Gue langsung aja ngebanting tempat makan ke lantai dan secepat kilat ngambil anjing gue dari dekapan Kaito.

Gue langsung ngerampas anjing gue dan seketika nangis. Anak itu nyukur bulu anjing gue gak beraturan. Beneran gak punya otak.

Hati gue sakit banget waktu ngeliat si anak gendut itu nyukurin rambut Yuta anjing gue. Gue bener-bener nangis histeris sambil meluk anjing gue, udah gak bisa berkata-kata lagi.

"YOU FUCKER!!!!!"

Plak!!! 

Gue nampar anak itu, gue bener-bener marah. Udah gak tau lagi gimana emosinya gue waktu ngelihat badan anjing gue udah gak berbentuk kayak anjing lagi. Bulunya dicukur gak karuan.

Dia langsung berdiri dari duduknya dan nangis kencang karna tamparan gue. Tepat banget Hideko datang dan langsung teriak, dia lari nyamperin anaknya yang baru aja gue tampar.

"Kaito!!!" teriak mamanya. Hideko langsung meluk anaknya itu dan natap gue penuh amarah.

Gue jalan mundur sambil nunduk nangis natap anjing gue. Sumpah sih, tega banget. You can hurt me all you want but not my dog. Anjing ini gue jaga kayak anak gue sendiri. Gimana hati gue gak perih ngeliat dengan kejamnya anjing gue diperlakuin kayak gitu.

Air mata gue keluar deras banget, kepala gue sampai sakit saking derasnya air mata yang keluar. Gue meluk Yuta anjing gue, bener-bener ngerasa bersalah karna gagal ngejaga dia.

"Where is your mind?!!!" bentak Hideko ke gue, ngebela anaknya. "Kamu udah gak punya akal nampar anak kecil kayak gitu?!"

Gue yang tadinya nunduk jadi ngedongak natap Hideko. Sumpah gue beneran pengen mukul dia dan anaknya, gue beneran pengen mukul sesuatu.

"LO DIDIK ANAK LO YA, PELACUR!!!" marah gue. "LOOK WHAT HE DID TO MY DOG!!!"

"Itu cuma anjing, hewan peliharaan. Ini yang kamu tampar manusia, Rui!!!" marahnya balik.

Gue menggeleng pelan dan setia nangis. Kayak gak kuat ngomong karna dada gue sesak setengah mati. Anjing gue gak tau apa-apa, tapi anak dia punya otak dan seharusnya bisa mikir. Kalo punya hati pun dia gak akan mungkin ngelakuin itu ke anjing.

Gue nunduk dan ngelus anjing gue. "I'm sorry, i'm really sorry..." bisik gue ke dia dengan dada yang berat bukan main.

"Yuta!!! Nakamoto!!!" panggil Hideko.

Oh gue tau, dia pasti coba ngadu. Silahkan aja. Gue bakal ngelawan seribu pasukan demi anjing gue. Jangan tanya seberapa sayang gue sama mahkluk kecil ini, nothing compares.

Yuta beneran datang, mungkin dia dengar keributan anatara suara tangis gue dan suara tangis Kaito. Alis Yuta berkerut bingung sambil jalan mendekat.

"Jesus Christ, what happened?" tanyanya kebingungan.

"Unfortunately, this rude young woman slapped my son!" adu Hideko.

"He deserved it!" tegas gue. "Seharusnya gue mukul dia lebih dari itu karna dia pantas dapatin itu, anak haram!" umpat gue.

"Rui!" bela Yuta

"Dear god!" sebut Hideko bersamaan dengan Yuta, dia nyoba nutup telinga anaknya dan natap gue hina.

Gue nunjuk Yuta penuh amarah. "Don't you dare defend her!!!" tekan gue. "Gue gak perlu ngejelasin apa yang terjadi. Anak haram ini yang main api, jadi jangan salahin gue atas semua reaksi gue yang menurut lo keterlaluan ini."

Yuta melangkah ke arah gue, berdiri tepat di depan gue dengan kerutan di alisnya. "For the love of god, Rui, dia masih kecil. Gak seharusnya kamu main tangan begitu." kata Yuta.

Lo tau apa yang ada dipikiran gue sekarang? Gue pengen ngebunuh Yuta.

"He fucking did this to my child!!!" ucap gue sambil nangis di luar kendali. "Gue gak peduli. Jangan pernah bawa-bawa usia, berhenti ngebela anak kecil yang emang salah cuma karna umur dia belum dewasa. Dia udah 7 tahun, Na Yuta. Seharusnya dia punya otak buat mikir!!!"

"Jesus. Bulu itu bisa tumbuh lagi. You don't have to act that much." bantahnya sedikit kesal. "You know, belakangan ini kamu agresif banget."

"That much?!" tanya gue dengan nada tinggi. "Lo tau? Gue benci lo yang ini, Yuta. Gue gak tau apa yang salah sama otak lo but i hate this you so.much!!!" emosi gue.

"See, you're so aggresive."

"I am not aggresive!!!" bentak gue sampai ngebuat nada suara gue melengking. Semarah itu. "Don't you know how hard it is for me to control my thoughts and my feeling?! Gue gak mau mikir kalo lo masih sayang sama si pelacur itu but seems like it is what it is!" tohok gue penuh emosi.

Hening sesaat, Yuta terdiam natap gue sementara gue nangis gak karuan.

Gue megang sebelah kerah Yuta karna tangan satunya ngegedong anjing, gue bener-bener memohon karna udah gak kuat banget. Hati gue cape sama semua ini, beneran.

"Please, i can't do this anymore, Na Yuta. It's really hard for me..." mohon gue.

Yuta neguk liurnya dan kemudian menggeleng pelan.

"Please kick her out!" mohon gue sekali lagi.

"Rui, please stop doing this."

Sebentar gue nangis sambil nunduk, sebelum ngeluarin kartu as gue. Gue ngangkat kepala dan nurunin tangan dari kerah Yuta.

"Sekarang lo pilih... Gue yang keluar dari rumah lo atau dia?" ancam gue.

Yuta berdecak dan ngalihin pandangan. "Come on, kita udah sepakat untuk gak ngomongin itu." katanya kemudian.

"Sepakat? Itu keputusan sepihak lo bukan keputusan gue. Sekarang pilih!" paksa gue.

Yuta menggeleng pelan. "Please Rui..."

"Choose!!!" paksa gue lagi.

"I can't choose!!!" jawabnya dengan nada tinggi.

Gue menggeleng dan mundur selangkah. Sumpah gue frustrasi banget. Gue gak tau apakah gue bakal hidup sampai akhir cerita atau engga karna keinginan gue untuk mati dan berhenti tuh besar banget.

"You stil love her." simpul gue.

"Stop."

"I'm only a toy, aren't i?" tanya gue. "Selama ini gue gak ada artinya buat lo. Bener kata mama waktu itu. You're a monster Na Yuta! No matter how beloved, a monster is a monster! Nothing can change its nature!!!"

"Rui, not again." katanya.

"Seharusnya gue dengarin omongan orang-orang yang peduli sama gue. You're a nightmare dressed like a daydream to me, Nakamoto!!!"

Yuta menggeleng pelan. "I'm begging you, stop it, Haruma." ancamnya.

"You know nothing but killing and hurting people!!!"

Plak!!!

Gue kaget setengah mati waktu tangan Yuta berhasil mendarat di pipi gue. Gue langsung terdiam gak bergerak karna tamparan Yuta, Hideko pun kaget bahkan dia sampai memekik. Anjing gue menggong.

Gue natap lantai dan air mata gue meluncur tanpa izin. Gue kehabisan kata-kata, gue beneran gak nyangka dia bakal begini.

Yuta juga kayak kaget karna tamparannya sendiri. Dia mundur selangkah dan natap tangannya yang baru aja dia gunain untuk nampar gue.

Yuta natap gue, ngerasa bersalah. "Rui... i really am sorry... I didn'tㅡ" katanya, coba ngejelasin.

Hati gue udah terlanjur hancur. Yeah, dia beneran mendaratkan tangannya di pipi gue dan sebajingan-bajingannya cowo, main tangan ke perempuan adalah hal yang paling berengsek.

"Ruiㅡ"

Gue masih nangis tanpa ekspresi, natap lantai keramik. "Come on, Na Yuta... Don't be shy... Hurt me more."

•••••

Gue duduk di halte bus sambil nangis dan meluk anjing gue. Akhirnya gue nemuin sebuah keputusan, yaitu ninggalin rumah Yuta. Gue gak kuat aja, tiap hari batin gue yang jadi korbannya, lebih baik gue keluar dari neraka itu.

Gue gak yakin setelah ini Yuta bakal nyari gue, karna kayaknya dia udah kalap banget sama Hideko. Selain itu, gue juga gak berharap dia nyari gue. Udah terlanjur patah dan sakit hati, dibaikin pun gak akan sama kayak sebelumnya.

Yang gue bawa sekarang cuma koper berisi baju dan anjing gue. Hp gue, gue tinggal di rumah Yuta karna gue tau dia masih chip di hp itu. Bagusnya, gue beli hp dan nomor baru, sengaja biar Yuta sulit untuk menemukan gue walaupun gue tau dia bisa kapan aja nemuin gue.

Gue ngelap pipi yang penuh dengan air mata dan setelah itu ngerogoh saku jaket ㅡngambil hp baru. Rencananya gue mau nelpon Giselle buat stay dirumahnya beberapa saat sampai gue nemuin penginapan untuk gue tinggali.

Tangan gue ngegeser layar ㅡngebuka lockscreen, dan seketika gue sadar kalo gue gak hafal nomor Giselle. Jujur, gue juga gak hafal alamat Giselle. Kita udah temenan lama tapi gue baru 2 kali ke rumahnya, itu juga disupirin papanya, bukan gue sendiri yang ke sana.

"Dear God..." umpat gue.

Gue menghela nafas dan natap layar ponsel. Yang gue hafal cuma nomor Yuta sama nomor Yoshi. Gue gak mungkin nelpon Yuta, yang artinya gue gak punya pilihan lain selain nelpon Yoshi untuk minta bantuan.

Lo tau, ini gila. Tapi entah kenapa gue mulai ngerti sama tujuan Yoshi, kenapa dia dan papanya bersi keras untuk nyeret Yuta ke penjara, ya, karna dia memang villain. Dan lo tau, gue yang tadinya sebenci itu sama Yoshi, perlahan-lahan jadi gak sebenci itu juga. Sepertinya Tuhan memang lagi mempermainkan hati gue.

Terpaksa, gue beneran ngetik nomor Yoshi dan nelpon dia. Gue nempelin hp ke telinga dan nunduk, nunggu dia ngejawab telpon gue.

"Ya? Ini... siapa?" tanya Yoshi dari sebrang sana.

Gue diam sebentar. "Gue."

"Rui? Ini kamu? Kamu beneran nelpon aku?" tanyanya bertubi-tubi, nadanya kedengaran kaget, atau sok kaget, entahlah.

"Kalo gue minta bantuan lo, apa lo bakal ngetawain gue?"

Yoshi menghela nafas, kedengaran suaranya. "Never, babe. Aku kan udah bilang, kamu bisa selalu datang ke aku. I still love you and it's not a joke Rui." ucapnya.

"Jemput gue dan antarin gue ke rumah Giselle. Lokasinya gue kirim lewat pesan."

"You need to explain everything to me."

"Nanti. Sekarang lo ke sini dulu kalo emang lo mau ngebantu gue." kata gue.

"Alright," suaranya kayak lagi buru-buru. "Send lokasinya, aku ke sana."

Gue matiin telpon Yoshi dan langsung ngrimin dia lokasi gue sekarang. Setelah itu gue nyandar di sandaran kursi halte.

Jangan judge gue, tapi lo tau, di dalam hati gue ada keinginan untuk ngehancurin Yuta. Ada rasa dimana gue pengen ngelawan dia, so he'll regret his decision for losing me.

Gue kehilangan mama gue karna ngebela dia, kehilangan hal paling berharga di hidup gue demi dia. Tapi lihat, dia ngebuang gue kayak gue cuma snack yang habis dia telan dan cuma tersisa bungkusnya doang. Bener-bener bajingan.

Rasanya juga cape nangis terus tanpa ngelakuin sesuatu. Memang gak ada yang bisa gue lakuin, selain... mutar mata panah dan ngelawan dia.

Tin tin!

Mobil Yoshi sampai di halte. Dia ngebuka kaca dan langsung senyum waktu ngelihat gue.

"Come in!" suruhnya.

Gue ngebuang nafas dan berdiri dari duduk. Gue ngebuka pintu penumpang belakang, naruh koper dan anjing gue di situ sebelum gue duduk di kursi penumpang depan.

Yoshi ngelihatin gue serius, sementara gue masih natap lurus ke depan, nyandar di sandaran kursi, dan sibuk bernafas.

"You should tell me, what happened?" tanya Yoshi.

Gue noleh ke dia. "Kemarin gue udah bilang apa yang terjadi. He dumped me for his ex. Gue keluar dari rumahnya karna gue udah gak tahan Yoshinori!" curhat gue. "He still loves her..."

Suara gue melemah, dada gue kembali sakit kalo ngingat fakta Yuta selalu ngebela Hideko, mungkin memang karna dia masih ada perasaan ke cewe itu. Gue nunduk, air mata gue jatuh lagi dan gue terisak kecil.

Yoshi nangkup sebelah pipi gue dan ngangkat dagu gue. "Rui... Sweetheart..." Gue jadi natap matanya, kelihatan sayu dan lembut. "He's a sweet poison, i know... but i can always be your antidote. Selama ini aku coba ngasih tau kamu kalo dia bukan orang baik, tapi kamu selalu bersikap denial dan defensif. I just don't want you to get hurt." jelasnya.

Gue neguk liur, air mata gue keluar dan gue nangis tanpa ekspresi waktu ngedengar omongan Yoshi. Mungkin ada benarnya, gue memang setuli itu.

"Come back to me, Haruma Rui." ucapnya sambil ngelus pipi gue. "I love you, i want you, and you're the one and only person that i'm fighting for this hard. You're something to me Rui..." ucapnya dengan lembut.

Gue nepis tangan Yoshi dan sedikit marah. "Tapi lo selingkuhi gue, Yoshinori! Lo selingkuh sama sahabat gue. You hurt me back then!" tohok gue.

"It was my fault. Aku tau aku salah, bener-bener salah waktu itu. Selama ini aku coba minta pengampunan kamu kan, i never tired of chasing you because i love you that much!"

"Gue inget waktu itu lo bilang Nako jauh lebih baik daripada gue. I still remember every single of your words, Kanemoto!" tohok gue lagi.

"It's because i was mad!" bantahnya sekali lagi. "Aku marah banget sama kamu waktu itu, dimana kamu mutusin aku sepihak, gak mau ngomong sama aku, bahkan waktu aku udah mohon-mohon. Lagi pula aku udah ngelepas Nako dan ngejar kamu Rui, and now you're still wondering about my love?"

Lagi-lagi gue bungkam. Gue terdiam natap mata Yoshi. Pikiran gue berkecamuk dan gue bimbang.

Apa gue memang harus mutar mata panah? Seriously, buat sekarang gue gak peduli kalo Hideko memang cuma akal-akalan Yoshi. Mau itu akal-akalan Yoshi atau bukan, lihat aja, Yuta jatuh ke cewe itu lagi.

Kalo emang gue sepenting apa yang pernah Yuta ucapkan ke gue dulu, mau diterjang kiamat pun dia akan tetap milih gue. Tapi nyatanya enggak kan? Dia kembali jatuh ke orang yang berusaha gue hilangin dari hidupnya dengan susah payah.

I didn't die for nothing.

"Yoshi..." panggil gue.

"Ya?" tanyanya, natap gue penuh harapan.

"Kalo aku balik ke kamu, apa kamu bakal ngulangin kesalahan yang sama?" tanya gue.

Yoshi narik nafasnya dan dia hembusin pelan. Dia menggenggam sebelah tangan gue yang ada di atas paha. "Of course not!" jawabnya dengan alis yang menyatu yakin. "I'll take care of you and loving you! We can be Lui and Ochi like before." jawabnya.

Gue natap dia sebentar sebelum sebuah kalimat keluar dari mulut gue. "Are you still fighting against Yuta?" tanya gue.

"Me and my dad will never stop chasing that villain, Rui."

"I want revenge. So can I be in your team?" tanya gue, ngebuat Yoshi sedikit ternganga. "I can help. I got all you need."

Perlahan, Yoshi ngeluarin smirk siap tempurnya. "Of course, Baby." jawabnya. "Let's break his throne."

To Be Continued...

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 118K 40
Seo Yeon,anak baru pindahan dari Busan itu memutuskan untuk pindah ke sekolah Seoul Foreign High School, baru sehari dia bersekolah disana dia sudah...
282K 33.2K 32
Sena benci Sehun karena berani menciumnya di depan publik hanya untuk sebuah taruhan bodoh. Sena benci Sehun yang memaksanya untuk menjadi pacar hany...
96.7K 12.1K 37
Jake, dia adalah seorang profesional player mendadak melemah ketika mengetahui jika dirinya adalah seorang omega. Demi membuatnya bangkit, Jake harus...
10K 1K 40
[COMPLETE][SVT FF Series] --- Hal paling mustahil bagi Jeon Wonwoo adalah jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia adalah pria penyuka literatur yang s...