ELARA (TERBIT)

By kanareiz

6.3M 485K 49.7K

Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52 - END
EXTRA PART
SEQUEL ELARA
ELARA COMEBACK?
Spesial Part - Aku, Kamu, Dan Keluarga Kecil Kita
PDF NOVEL ELARA

Part 37

78.9K 6.6K 537
By kanareiz

Jangan lupa tinggalkan jejak!🕊
Happy reading
***

Suasana di ruangan meeting tampak hening, dua pria yang yang menjadi pemimpin di masing-masing perusahaan milik mereka saling beradu pandang menatap tajam satu sama lain. Bahkan para bawahannya tidak ada yang berani menegur melihat raut wajah tak suka keduanya. Mereka bisa menyimpulkan bahwa kedua pria ini saling membenci.

5 menit berlalu posisi mereka masih sama, saling menatap dengan tajam tanpa mengeluarkan suara. Darrel yang jengah melihat keduanya memutuskan untuk memulai rapat tanpa memperdulikan dua anak manusia yang sedang tatap-tatapan ini.

"Ekhm, mohon maaf. Tatap-tatapannya bisa dilanjut nanti aja tidak tuan-tuan yang terhormat, meeting sudah saya mulai dan kalian masih sibuk bertatapan seperti remaja yang sedang jatuh cinta." ucap Darrel membuat keduanya tersadar dan memutuskan pandangan mereka.

Venus, laki-laki yang duduk di samping kiri Erlan dengan wajah angkuhnya. Pria itu mengangkat kaki ke atas meja membuat Erlan kembali menatapnya geram.

"Anda tidak tau sopan santun rupanya."
celetuk Erlan seraya menurunkan kaki Venus yang berada di atas meja meeting dengan kasar.

"Anda tidak berkaca Tuan Erlan? Memutuskan kontak sepihak apakah itu bisa dikatakan sopan? Perjanjian atas kedua belah pihak, tetapi kenapa pembatalan kontrak ini tanpa persetujuan dari pihak saya?" balas Venus angkuh. Ia menatap Erlan dengan sinis seraya tangannya menepuk dagu seolah berpikir.

Erlan terkekeh namun terlihat seperti ejekan. "Sejak kapan saya menyetujui kontrak ini, hm?"

"Tuan Venus, maaf sebelumnya. Tapi dari perusahaan kami tidak ada bekerja sama dengan perusahaan anda. Saya sendiri sebagai sekretaris Tuan Erlan tidak pernah mendapat E-mail kerja sama dari perusahaan anda dan Tuan Erlan tidak pernah menanda-tangani kontrak kerja sama dengan perusahaan anda. Saya tegaskan sekali lagi, saya tidak pernah mendapat E-mail dari perusahaan anda." timpal Darrel tegas.

"Kau begitu lucu, Darrel. Sudah lama tidak bertemu, kau.. terlihat sedikit menyedihkan." Venus berucap dengan pandangan meremehkan kearah Darrel.

"Tidak apa terlihat menyedihkan tapi setidaknya saya tidak gila untuk berpura-pura menjalin kerja sama dengan perusahaan ternama demi mendapat keuntungan."

Ucapan Darrel membuat Venus terdiam, ia mengepalkan tangannya dibawah meja menahan emosi yang akan segera meledak.

"Kenapa anda diam Tuan?" tanya Erlan.
"Kau malu karena ucapan dari sekretarisku ini benar?" Erlan menatap anka buahnya memberi kode untuk mengusir pria gila ini.

"Lepasin gua!" Venus memberontak saat tangannya dicekal kuat oleh bodyguard Erlan yang memang berjaga diruangan itu. Ia akui bodyguard Erlan sangat kuat, bahkan Venus yang biasa melumpuhkan orang dengan jumlah banyak kini mati kutu tak bisa melepaskan cengkraman tangannya yang dipegang sangat kuat. Atau mungkin ini efek dirinya mabuk semalam yang membuat tubuhnya terasa lemas.

"Pergi dari sini, dan jangan pernah anda perlihatkan wajah jelek anda di depan mata saya." ucap Erlan datar.

"Bangsat! Gua bakalan bales semua, terutama dendam masa lalu gua yang belum tuntas. Camkan itu Erlan!"

Erlan tidak terlalu memikirkan ucapan Venus. Ia menyenderkan tubuhnya kesandaran kursi saat pria gila itu dan para pengikutnya sudah diseret keluar oleh anak buahnya.

Darrel mendekati Erlan, laki-laki itu duduk di samping Erlan seraya mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya.

"Ini Ara kan?" tanya Darrel meletakkan foto di atas meja.

Erlan menatap foto itu tajam. Disana terdapat foto istrinya yang sedang berkelahi dengan banyak orang asing di tempt yang terlihat familiar. Bahkan Azka juga terdapat disana sedang berhadapan dengan laki-laki yang ia ketahui sebagai Kakek tiri mereka. Namun, pandangan Erlam terfokus melihat sebuah senjata yang berada di tangan istrinya.

"Gue tau kemana arah pandang lo. Lebih baik kita selidiki dulu, kita gak bisa nyimpulin tanpa bukti akurat, El. Walaupun senjata yang dibawa istri lo bukan sembarangan senjata, apalagi senjata itu hanya bisa digunakan dan di beli oleh orang-orang penting." tutur Darrel.

"Yang pasti mereka semua menyembunyikan sesuatu dari gua."

***

"Maksud Papa apa ngurung aku kemarin?" ucap gadis yang datang dengan amarah menghampiri pria paruh baya yang sedang berbicara dengan pria yang menjadi tangan kanannya.

Oscar, Papa kandung dari Venus dan Papa tiri Mona. Setelah meninggalnya mendiang sang istri atau Mama kandung Venus, ia memutuskan menikahi Mama Mona yang saat itu bestatus sebagai janda. Namun naas untuk yang kedua kalinya ia kehilangan istrinya karena kecelakaan beruntun yang waktu itu mereka alami. Hanya saja dirinya lah yang bisa selamat.

Mona yang melihat keterdiaman Papanya mulai mendekati Oscar dan menepuk keras bahu pria itu.

"Apa-apaan kamu Mona! Tidakkah kamu bisa menghargai saya sebagai Papamu." Oscar memandang tajam anak tirinya ini. Jika tidak karena amanat sang istri yang sudah meninggal ia tak sudi merawat gadis sebawel dan seceroboh Mona. Saat itu Mona berumur 5 tahun.

"Papa jawab pertanyaan aku, kenapa Papa ngurung aku seharian di rumah? Apa yang Papa sembunyikan lagi?"

"Jawab aku jujur, Pa." lanjut Mona lagi.

"Mulutmu semakin lama semakin kurang ajar, tidak kah kau ingat siapa yang membesarkanmu sampai sekarang? Terserah Papa ingin memperlakukanmu seperti apa. Lagipula kau tidak terlalu berguna untukku gadis kecil. Kau hanya bisa merepotkan hidupku." Oscar berucap tegas, urat legernya menonjol pertanda pria itu sedang marah.

Mona tersenyum miris, ia memandang Oscar lekat-lekat. "Merepotkan? Papa bilang aku merepotkan? Papa lupa aku selalu mengikuti apapun perintah Papa? Coba ingat lagi siapa yang menolong Papa saat tenggelam di laut? Papa ingat itu?"

Oscar mengepalkan tangannya mengingat peristiwa dimana kapalnya terbalik. Salah satu kelemahannya yang hanya diketahui oleh keluarga dan anak buahnya yaitu ia tidak bisa berenang.

"Bukankah itu memang tugasmu sebagai anak? Lagipula kau berhutang banyak padaku, bahkan nyawamu saja tidak cukup untuk membayar itu semua."
ucap Oscar menusuk.

Perdebatan mereka terhenti karena pintu ruangan terbuka menampakkan Venus berjalan santai dengan pakaian yang terlihat kusut. Laki-laki itu berdiri di samping Mona dan merangkul bahu adik tirinya.

"Apa yang sudah aku lewatkan hari ini?" tanyanya menatap Mona dan Oscar bergantian.

"Kenapa dengan dirimu?" tanya Oscar menyadari ada yang berbeda dengan putranya.

Venus terkekeh, "Tentu saja aku habis melakukan kunjungan dengan si bangsat itu." Venus berucap santai dengan tangan yang meremas bahu Mona membuat gadis itu meringis.

"Bisa kau lepaskan tanganmu dari bahuku, Kak."

Venus menatap Mona tajam.

"Diam! Aku tidak menyuruhmu untuk berbicara." gertaknya.

Oscar menatap keduanya jengah.

"Pergi kalian berdua dari sini, nanti malam Papa tunggu di markas untuk membahas rencana kita. Dan kau gadis kecil, jangan pernah melakukan hal bodoh yang bisa merugikan Papa dan Kakakmu." ucap Oscar.

"Ya, ya, ya. Terserah kalian, aku muak."
Mona berlalu pergi diikuti Venus yang tersenyum samar kearah Oscar.

"Benar-benar menyusahkan." Oscar kembali mengalihkan pandangan menatap pria yang berada di sisi kanannya.

"Edward akan kembali, persiapkan semua dengan matang. Jangan sampai mencurigakan."

"Baik, Tuan." Pria itu pergi meninggalkan Oscar sendirian di ruangannya.

"Sebentar lagi."

***

"Makan dulu." ucap Flo yang baru saja datang membawa paperbag berisi makanan.

"Bentar, gua harus nyelesain ini dulu sebelum diamuk Kakek." sahut Ara membuat Flo terkekeh.

Jari-jemari Ara dengan lihai mengetik sesuatu yang memunculkan rumus-rumus yang hanya anggota Kakeknya yang mengerti karena rumus ini khusus dibuat oleh sang Kakek agar hanya anggotanya lah yang bisa memahami isinya.

"Done." gumam Ara setelah selesai menyelesaikan kerjaannya. Ia beralih mengambil makanan yang dibawa oleh Flo dan mulai melahapnya.

"Lo hamil ya?" celetuk Flo tiba-tiba membuat Ara tersedak.

"Eh, astaga." panik Flo segera memberikan Ara air dan menepuk pelan punggungnya.

"FLO!" tegur Ara. Flo yang diteriaki Ara hanya bisa menyengir lebar sebari mengangkat jari telunjuk dan jari manisnya. "Selow bos." cengirnya.

"Siapa yang bilang gue hamil?" Ara memicingkan matanya menatap gadis di sampingnya ini. "Jujur lo!"

Flo terkekeh, ia menyuapkan nasi kedalam mulutnya sebelum menjawab pertanyaan Ara. "Nebak aja sih, abis lo sensian banget." jawab Flo enteng.

"Sensian darimananya?" Ara mencomot ayam milik Flo membuat gadis itu melotot kaget. "Ayam gue!" ucap Flo.

"Bagi."

Ara kemudian memakan ayamnya membuat Flo mendengus sebal.

"Gak pulang lo? Awas suami lo nyariin."

"Ini mau pulang, perut gue udah kenyang nih." Tunjuk Ara pada perutnya yang terlihat sedikit buncit karena kekenyangan.

"EH HAMIL BENERAN LO?" teriak Flo menunjuk perut Ara.

"ENGGA!" Ara berteriak juga.

"Udah ya gue pulang dulu, jangan kangen." ucap Ara ber-tos dengan Flo.

"Hati-hati Nyonya, semoga selamat sampai surga."

"Ngawur." Ara memakai kembali jaket kulitnya. "Cabut duluan ya, jangan ngelayap terus, inget kerjaan lo banyak." goda Ara.

"Siap bos!" Flo mengacungkan jari jempol. "Heh, inget tugas utama kita jangan sampai lupa Nyonyah." ucap Flo lagi dengan sedikit berteriak agar didengar oleh Ara yang sudah berada jauh darinya.

Ara menoleh kebelakang seraya menaikkan jari jempolnya, kemudian lanjut berjalan meninggalkan tempat itu.

Di perjalanan pulang matanya melirik kearah pedagang cilok yang entah kenapa ia jadi menginginkan makanan itu.

Ara menghentikan mobilnya di pinggir jalan, ia berjalan menghampiri pedagang itu yang terlihat sepi dari pedagang lainnya.

"Mang, ciloknya berapa sebungkus?" tanya Ara saat sudah sampai di depan gerobak pedagang cilok.

"10 ribu aja neng." jawab mamang cilok.

"Bungkus satu ya mang, pedes."

"Siap neng, silahkan duduk dulu."

Ara mengangguk, ia mendudukkan dirinya di kursi yang memang tersedia disana. Matanya menatap sendu pedagang cilok itu, ia beralih menatap cilok yang terlihat masih banyak.

"Dari tadi sepi penjual mang?"

"Iya neng, memang jualan saya tidak selaku yang lain. Tapi alhamdullilah hari ini ada pembeli pertama setelah saya menunggu sedari sore." ucap Mamang cilok tersenyum tulus kearah Ara membuat gadis itu terenyuh.

"Semoga setelah ini dagangannya laris ya, mang. Saya bantu doain, semoga rejeki mamang lancar." ucap Ara tulus yang di-amini oleh mamang cilok tersebut.

"Ini neng sudah jadi." Pedagang itu menyerahkan sebungkus cilok kepada Ara.

Ara menerimanya kemudian memberikan beberapa lembar uang berwarna merah ke pedagang cilok itu. "Diterima ya mang, jangan ditolak, ini rejeki dari Tuhan lewat saya."

"Semuanya buat saya neng?" Pria itu terlihat gugup menatap sejumlah uang yang berada di tangannya.

Ara mengangguk. "Beneran mang, yaudah kalau gitu saya pamit duluan ya, sudah malam."

"Iya neng, terima kasih banyak. Semoga Tuhan membalas rejeki eneng berkali-kali lipat."

"Amin, duluan mang." pamit Ara berjalan menuju mobil dengan senyuman yang tidak pudar dari bibirnya. Hatinya merasa tenang dapat membantu orang-orang disekitarnya. Semoga mereka selalu diberikan kebahagian dan dilancarkan rejekinya oleh Tuhan.

Ara kembali melajukan mobilnya menuju rumah sambil melahap cilok yang baru saja ia beli. Entah kenapa perutnya masih bisa mengisi makanan, padahal sebelum pulang tadi ia sudah makan dengan banyak dengan makanan yang dibawa oleh Flo.

"Ara berhenti makan, pipi kamu udah tambah chubby." gumam Ara namun masih mengunyah ciloknya sampai habis.

15 menit kemudian ia telah sampai dirumahnya dan Erlan. Ara turun dari mobil bertepatan dengan Erlan yang juga baru turun dari mobil. Rupanya laki-laki itu baru saja pulang dari kantor.

"Kakak," panggil Ara kemudian menyalim tangan Erlan.

"Habis darimana?" tanya Erlan setelah mengecup singkat kening istrinya.

"Ketemu Mami, Ara kangen masakan Mami, jadinya main kesana." Ara menjawab dengan senyuman manis agar Erlan tidak curiga karena ucapannya yang berbohong.

"Yaudah masuk yuk."

Mereka berdua pun masuk kedalam rumah dan mulai membersihkan diri.
Tak lama setelah itu mereka berdua tertidur lelap dengan saling berpelukan. Tidak ada obrolan malam hari ini, sepertinya keduanya terlihat sangat kelelahan membuat mereka tertidur lebih awal.

-to be continue-

HALO SEMUA GIMANA PART INI?

SEDIKIT DEMI SEDIKIT KEBINGUNGAN KALIAN MULAI TERUNGKAP YA.

MASIH INGAT DENGAN EDWARD?

KIRA-KIRA ARA BENERAN HAMIL GAK YA?

UDAH SIAP PART SELANJUTNYA?
RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR YUK☠️☠️

ARE YOU READY⁉️
____
Terima kasih sudah membaca ELARA, jangan lupa VOTE dan COMMENT biar aku semangat ngetiknya! 🥰💜
____

UDAH SIAP BUAT PART 38? SPAM KOMEN BIAR AKU CEPET - CEPET UPDATE!

AKU MAU LIAT ANTUSIAS READERS ELARA YANG PADA GERCEP INI!! ❤️‍🔥❤️‍🔥

FOLLOW IG: @kanarsv

READY BUAT PART SELANJUTNYA?

SPAM KOMEN APA AJA DISINI!

•••••

TANDAI JIKA ADA TYPO ATAU KESALAHAN PENULISAN YA!

Thank you 💜
See you next part!

Continue Reading

You'll Also Like

563K 85.4K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...
ElgaZa By Saha Ria

Teen Fiction

63.1K 3.2K 43
(DILARANG PLAGIAT!!!) (FOLLOW DULU DONG!!) Elgara Alexander Graham harus menikahi seorang gadis bernama Zahra Aurelia Rahman. Mereka menikah bukan ka...
5.1K 211 30
[ COMPLETED ] Aku adalah korban bully, aku tak tahu kenapa aku di bully 3 tahun aku di bully dan akhirnya aku lulus SMA Masuk kuliah tetap bertemu...
KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

7.6M 552K 93
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...