Indigo Tapi Penakut | END

Door nnnylegna

5.9M 1M 297K

"Gue jadi ekor lo, boleh?" - Axelleon Kastileo. *** Axel itu seor... Meer

ツ|Axelleon Kastileo
ツ|Valetta Lizhunt
ツ|Chapter 1
ツ|Chapter 2
ツ|Chapter 3
ツ|Chapter 5
ツ|Chapter 6
ツ|Chapter 7
ツ|Chapter 8
ツ|Chapter 9
ツ|Chapter 10
ツ|Chapter 11
ツ|Chapter 12
ツ|Chapter 13
ツ|Chapter 14
ツ|Chapter 15
ツ|Chapter 16
ツ|Chapter 17
ツ|Chapter 18
ツ|Chapter 19
ツ|Chapter 20
ツ|Chapter 21
ツ|Chapter 22
ツ|Chapter 23
ツ|Chapter 24
ツ|Chapter 25
ツ|Chapter 26
ツ|Chapter 27
ツ|Chapter 28
ツ|Chapter 29
ツ|Chapter 30
ツ|Chapter 31
ツ|Chapter 32
ツ|Chapter 33
ツ|Chapter 34
ツ|Chapter 35
ツ|Chapter 36
ツ|Chapter 37
ツ|Chapter 38
ツ|Chapter 39
ツ|Chapter 40
ツ|Chapter 41
ツ|Chapter 42
ツ|Chapter 43
ツ|Chapter 44
ツ|Chapter 45
ツ|Chapter 46
ツ|Chapter 47
ツ|Chapter 48
ツ|Chapter 49
:(|Chapter 50
:(|Chapter 51
ツ|Epilog
ツ|Extra 1
ツ|Extra 2
SEGERA TERBIT
VOTE COVER + GIVEAWAY

ツ|Chapter 4

141K 23.6K 1.9K
Door nnnylegna

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡ

Setelah kejadian itu. Ghevan menjadi pendiam. Axel dilanda rasa penasaran dan khawatir. Sedangkan Eros senyam-senyum tidak jelas akibat mendapat restu.

Valetta? Perempuan itu duduk di pojok kelas sendirian. Ia fokus mendengarkan penjelasan guru, tidak mempedulikan beberapa lirikan yang diberi oleh siswa siswi kelasnya.

Selama pelajaran pertama dan kedua, Axel dilanda oleh kebingungan. Kelasnya tiba-tiba bersih dari para hantu, membuat Axel sedikit was-was.

Axel tidak tau kalau semalam juga kelasnya bersih saat ada si anak baru, maklum dia kemarin tidur nyenyak.

Apa ini yang orang-orang sebut calm before the storm? (Tenang sebelum badai.)

Apa bos para hantu itu sedang bersembunyi dan akan muncul nanti secara tiba-tiba?

Bukannya menjadi tenang, Axel malah semakin tidak tenang. Pikirannya kenapa enggak bisa dibawa positif sih!?

Jadinya, dari awal pembelajaran hingga akhir, mata Axel terbuka lebar berjaga-jaga. Paranoid.

Saat bel istirahat berbunyi, Valetta langsung keluar dari kelas begitu juga dengan murid-murid lainnya. Kecuali Axel, Ghevan dan Eros.

"Lo napa sih, Van?" tanya Eros, dari tadi pagi Ghevan diam aja.

"Biasalah, soal Lexa." Ghevan mengacak-acak rambutnya.

Ghevan sudah kenal Lexa dari kelas 2 SMP, pernah sekelas sebelum tiba-tiba Lexa pindah sekolah. Tapi memang sepertinya mereka ditakdirkan untuk bertemu lagi.

Ghevan dan Lexa dipertemukan di SMA ini, awalnya Ghevan sempat kaget karena perubahan sikap dan fisik Lexa. Tapi Ghevan lebih fokus dengan perubahan sifat Lexa.

Padahal Ghevan dan Lexa dulu sangatlah dekat, Ghevan juga dengar-dengar kalau Lexa pernah menyukainya, tapi sekarang? setiap bertemu Ghevan, Lexa selalu terlihat malas dan tidak peduli. Justru Ghevan ditolak mentah-mentah.

"Gue sebenarnya salah apa, sih?" gumam Ghevan.

"Lo? Coba deh diingat-ingat, mungkin lo pernah nyakitin Lexa?" ujar Eros.

"Gue udah berusaha ngingat tapi tetap aja gak tau, gue mau bilang maaf tapi guenya sendiri enggak tau salah apa, jadi kayak enggak niat minta maaf gitu..."

Dan dimulailah sesi curhat antara Ghevan dan Eros. Axel? Dia sudah berkeringat dingin sekarang.

Kenapa? Karena kelas yang tadinya bersih dari para hantu tadi sudah dipenuhi oleh banyak dari mereka.

"Ini kelas cucunya Ratu?"

"Iya, tadi aku ada ngintip, serem banget, aku lihat dia udah dipenuhin sama auranya Ratu, takut kalau Ratu datang pas kita dekat-dekat..."

Ratu?

Wajah Axel memucat. Ternyata benar dugaannya, di sekolah ini ada bos hantu.

"Kayaknya kita harus minggat dari sekolah ini deh gaes! Takutnya tanpa sadar kita malah nantang Ratu," ujar perempuan belatung yang sangat dikenal Axel.

"Sebenarnya ngapain sih kita takut sama manusia?"

Manusia? Yang mereka takutin itu manusia?

Mata Axel membulat dan mencerna segala informasi yang ia dengar.

Cucu Ratu. Manusia.

Berarti yang dihindari oleh hantu-hantu ini adalah seorang manusia?

"Kita bukan takut sama manusianya Yul, kita takutnya sama yang jagain dia, kamu enggak lihat auranya? Memanglah Tuyul ini, otakmu dimana sih?"

Tuyul yang tak terima dipertanyakan otaknya pun menangis ke sang mama, si hantu toilet.

"Dari banyaknya sekolah di kota ini kenapa cucunya Ratu pindah ke sekolah ini? Gue bisa depresot karena tekanan kalau gini terus..." keluh perempuan yang berpakaian serba putih, dia adalah primadona sekolah ini, tentunya di kalangan hantu.

Axel beranjak dari duduknya, pergi keluar kelas tanpa sepatah kata pun.

Axel tidak tahan, kondisi kelas sangatlah ramai. Rasanya seperti semua hantu sekolah berkumpul di kelas itu. Axel merasa dadanya sesak.

"Eh! Kok lo keluar tanpa bersuara sih? Mau ke ma-" seru Eros yang menyusul dari belakang, Eros berhenti berbicara saat Axel membalikkan badannya.

"Atap."

"Gak ke kantin? Lo gak la— wajah lo pucat kali!" Ghevan terperangah melihat kondisi Axel yang terlihat tidak baik-baik saja.

Axel berjalan pergi. Dirinya tak nafsu makan setelah melihat puluhan hantu, tangan yang ada di dalam saku celananya sekarang bahkan bergetar.

Eros dan Ghevan bertukar pandang, tak perlu lagi mereka tanya. Jika kondisi Axel sudah separah ini, berarti Axel habis melihat sesuatu yang menakutkan.

"Ya udah, ayo." Eros berjalan menyusul Axel, begitu juga dengan Ghevan.

Selama perjalanan ke atap, Axel terus berpikir dan berusaha menenangkan dirinya. Andai saja mama Axel ada di sini, sudah pasti Axel berlari memeluk sang mama.

Saat menuju atap, mereka tak sengaja berpas-pasan dengan Shavira dan Valetta.

"Shavira!" sapa Eros, wajahnya terlihat cerah.

Shavira tersenyum dan membalas sapaan Eros, "Eros enggak ke kantin?"

Eros menggeleng, "Kamu?"

Oh udah pakai aku-kamu sekarang, batin Valetta dalam hati. Padahal kemarin masih lo-gue, sekali dapat restu dari Valetta langsung ngegas.

"Aku baru balik dari kantin, ini mau ke kelas," sahut Shavira.

"Lexa tumben enggak sama kalian, dia di mana?" tanya Ghevan.

Valetta memicingkan matanya, "Lo peduli?"

"Iya, kenapa?" balas Ghevan, seperti lupa kalau tadi pagi baru saja ia diancam Valetta.

"Lucu ya, lo pedulinya sekarang. Tiga tahun yang lalu lo ke mana? Ingat sama apa yang lo lakuin sebelum Lexa pergi?" sarkas Valetta tersenyum kecut.

"Ayo, Shav, kita balik." Valetta menarik tangan Shavira pergi.

"Bye, Eros!" pekik Shavira tersenyum lebar.

"Bye, Shavira!" balas Eros melambaikan sebelah tangannya.

Aduh berbunga-bunga, batin Eros.

Eros membalikkan badannya, menatap Ghevan dan Axel.

Ghevan terlihat depresi, kepalanya tertunduk. Sedangkan Axel?

Eros mengikuti arah pandang Axel. "Valetta? Lo kenapa lihatin Valetta sampai segitunya?"

"Jangan-jangan... Lo suka Valetta!?"

"Gak." Axel membuang muka dan pergi menuju tangga.

Apa Valetta cucu si Ratu itu? Batin Axel.

Tapi emangnya kenapa kalau Valetta adalah cucu si Ratu? Justru Axel harus menghindari Valetta karena dekat-dekat Valetta sama artinya dengan menantang Ratu, kan?

Awalnya mereka memang mau ke atap sekolah. Tapi lagi sial.

Hujan.

Terpaksa Axel, Eros dan Ghevan turun kembali dan berkumpul di kantin sampai jam istirahat selesai.

Saat kembali ke kelas, Axel masih melihat beberapa hantu berkumpul. Ia memberanikan dirinya celingak celinguk mencari Valetta walau terpaksa sesekali matanya bertemu dengan mata yang bukan milik manusia. Berasa lagi naik roller coaster ini mah.

"Cari siapa sih?" Eros ikut-ikutan celingak celinguk tidak jelas.

"Enggak ada."

Axel melangkah menuju kursinya dan duduk di samping Ghevan. Karena masih belum ada guru, Eros pun meminjam bangku milik murid lain, duduk di dekat dua sahabatnya.

"Oh iya, Van. Lo ada ngapain sampai Valetta kayak gak suka kali sama lo?" tanya Eros penasaran.

Ghevan termenung. "Gue kayaknya tau kenapa Lexa enggak nerima gue. Kayaknya gue tau letak kesalahan gue di mana."

"Di mana?"

"Gue pamit, mau ke kelas sebelah."

Brak!

Ghevan berlari ke luar.

"Lah? Weh! HABIS INI PELAJARAN BU MELLA! LO MAU NGAPAIN KE KELAS SEBELAH!?" teriak Eros.

"MAU MINTA MAAF SAMA PUJAAN HATI!" seru Ghevan tanpa menoleh ke belakang.

Beberapa menit setelah Ghevan pergi, Valetta masuk ke kelas dengan wajah masam, seperti tak rela anaknya dikawinkan.

Di saat yang bersamaan, Axel melihat hantu-hantu yang tadinya di kelas berhamburan ke luar.

Ini bukan lagi kebetulan, kan?

Pemikiran Axel semakin diperkuat karena tak ada hantu yang berani keluar lewat pintu, bahkan mereka tak berani menembus di sekitar pintu kelas.

Axel terdiam. Bukankah berarti dimanapun Valetta berpijak, tempat itu akan bebas dari hantu?

Tapi tunggu... Bisa saja si Ratu itu datang dan...

Tidak. Axel tak akan mau mendekati Valetta jika ia sendiri tak yakin aman di dekat Valetta. Bisa-bisa dirinya malah ditandai oleh si Ratu dan tak akan hidup tenang.

Hidupnya sudah tidak tenang, Axel tak mau membuat hidupnya tambah tidak tenang.

Sudah cukup...

Itu yang Axel pikirkan tadi.

Sekarang?

Axel menoleh ke kursi sebelahnya.

Tidak ada lagi Ghevan, sahabat pecicilan yang jago masak itu.

Sekarang kursi sebelahnya sudah diisi oleh seorang perempuan tinggi berwajah datar yang fokus mendengarkan penjelasan Ibu Mella.

"Oke, jadi ini denah tempat duduk kalian sampai kalian naik ke kelas duabelas, kalau naik. Jangan komplain karena saya tidak menerima komplain, jadi sekarang kalian boleh pakai jam saya untuk bonding dengan teman sebangku baru kalian," Ibu Mella tersenyum menatap satu persatu murid kelasnya.

"Saya akan duduk di sini, jadi jangan harap kalian bisa pindah-pindah seenak jidat kalian selama jam pelajaran saya, apalagi jam pelajaran lain, saya sudah diskusiin denah ini dengan guru-guru lain dan mereka tau posisi duduk kalian!" tambah Ibu Mella membuat raut wajah hampir seluruh murid XI IPA 3 menjadi sendu.

Beberapa dari mereka masing-masing menatap sahabat sebangku mereka yang dulu, lalu melambaikan tangan seperti akan berpisah untuk selamanya.

Axel melirik posisi Eros yang tak berubah, lalu Ghevan yang sekarang dipindahkan ke samping Eros. Entah apa yang dipikirkan Ibu Mella sampai ia mempersatukan dua manusia itu.

Murid-murid ada yang melakukan bonding time dengan teman sebangku mereka yang baru. Juga ada beberapa yang bodoh amat, seperti Axel dan Valetta contohnya. Mereka sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Hari itu, suasana kelas menjadi sedikit berubah. Beberapa murid juga menunjukkan perubahan.

Eros yang sering diam di depan dan fokus belajar, sekarang menjadi lebih aktif mengoceh berkat hadirnya Ghevan.

Dan yang paling diherankan oleh beberapa guru adalah, Axel yang selama pelajaran matanya selalu terbuka lebar.

"Tumben Axel tidak tidur," ujar Pak Yohan, guru Seni Budaya kelas sebelas dan duabelas.

Axel menjawab, "Saya lagi enggak ngantuk, pak."

Sebenarnya bukan itu alasan Axel tidak tidur. Tapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin Axel bilang kalau dia tidak tidur karena berjaga-jaga takut ada bos hantu tiba-tiba muncul atau juga karena kelas XI IPA 3 sedang bersih dari para hantu.

Bisa-bisa Axel kembali menjadi trending topic di sosial media sekolahnya setelah kemarin trending topic karena dicurigai gay.

Pak Yohan sedikit memicingkan matanya curiga, ia cukup kenal dengan Axel jadi normal untuk menyadari perubahan Axel.

"Ohh... Baguslah kalau begitu."

ᴠᴏᴛᴇᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛғᴏʟʟᴏᴡ

Terimakasih sudah membaca :)

See you on next chapter ♡

ᴘᴜʙʟɪsʜᴇᴅ ᴏɴ
16.06.2021

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

Alone Door holis.

Tienerfictie

218K 5.5K 42
Kesendirianku adalah ketika merindukanmu berharap hadirnya sosok hidupmu disampingku saat ini.
122K 3.2K 34
[TELAH TERBIT] ----- Cover by : @jelyjeara_ . . . Tahu tidak jatuh cinta yang paling sulit? Yaitu, ketika kamu jatuh cinta pada sahabatmu sendiri. ...
1.3K 122 33
Banyak cara yang Tama lakukan agar ia bisa menyicip manisnya rasa bahagia yang dikata orang-orang. Alih-alih semuanya membaik, luka pada hatinya sema...
12.1K 3.9K 20
Ini kisah ku, Ghaniya Virella. Aku sangat berterimakasih kepada tuhan karna telah mempertemukan ku dengannya, Glenn Arganditta. Aku awalnya adalah p...