𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝗕 (✔)

By salmanurjanah64

15.4K 2.4K 141

Tentang Arumi, murid baru yang menjadi target bully di kelasnya sendiri karena menolak panitia OSIS yang mema... More

Cast Tokoh SMA
SMA🍁 Tragedi Hari Pertama
SMA🍁 Terlambat Itu Masalah
SMA🍁 Ketemu Hantu Sekolah
SMA🍁 Pura-Pura Tidak Tahu
SMA🍁 Dibalik Ributnya Dunia
SMA🍁 Derita Jadi Anak Baru
SMA🍁 Tetap Bertanggung Jawab
SMA🍁 Ingatan Kurang Jelas
SMA🍁 Rahasia Kelas IPA B
SMA🍁 Ketua Kelas Atau Babu?
SMA🍁 Jatuh Cinta Beneran
SMA🍁 Mendadak Jadi Perhatian
SMA🍁 Salahkah Jika Berubah?
SMA🍁 Matematika Mati Rasa
SMA🍁 Rumus Hadapi Playboy
SMA🍁 Perang Dunia Asmara
SMA🍁 Gara-Gara Diputusin
SMA🍁 Gosip Skandal Sekolah
SMA🍁 Cuma Anak Pembantu?!
SMA🍁 Sudah Terlalu Hancur
SMA🍁 Malaikat Pembawa Cerita
SMA🍁 Arumi Bagian Anak IPA
SMA🍁 Kamu Tidak Sendirian
SMA🍁 Jarak Semakin Dekat
SMA🍁 Mencari Sosok Pengganti
SMA🍁 Smile Sticker Random Xxxx
SMA🍁 Kenyataan Untuk Intan
SMA🍁 Tidak Sengaja Bertemu
SMA🍁 Ujian Tengah Semester
SMA🍁 Gara-Gara Ketiduran
SMA🍁 Misi Untuk Arumi
SMA🍁 Hampir Saja Bertemu
SMA🍁 Panggilan Sayang Arumi
SMA🍁 Mereka Tidak Berbeda
SMA🍁 Arumi Syerellia Angkasa
SMA🍁 Masalah Terus Bertambah
SMA🍁 Untuk Pertama Kalinya
SMA🍁 Tidak Masuk Sekolah
SMA🍁 Tidak Tahu Dimana
SMA🍁 Setelah Seminggu Berlalu
SMA🍁 Disuatu Malam Panjang
SMA🍁 Penjelasan Dari Dokter
SMA🍁 Hari Penuh Kejutan
SMA🍁 Ada Apa Dengan Rian?
SMA🍁 Membiasakan Diri Tanpanya
SMA🍁 Baik, Hukuman Berikutnya
SMA🍁 Legenda Tangkuban Perahu
SMA🍁 Manusia dan Masalahnya
SMA🍁 Antara Bayu dan Rian
SMA🍁 Di Sisa-Sisa Keajaiban
SMA🍁 Deretan Peristiwa Mengejutkan
SMA🍁 Satu Bulan Kemudian
SMA🍁 PEMBERITAHUAN

SMA🍁 Kesempatan Dikesempitan

189 36 0
By salmanurjanah64

Dikasih hati minta jantung, minta hati dikasihnya jantung, atau nggak minta apa-apa dikasih jantung sama hati?

Mungkin ungkapan ketigalah yang cocok untuk menggambarkan hubungan Arumi dan Bayu sekarang.

"Gue udah terlanjur pesen gojek..." Ucap Arumi bohong sambil menatap jalanan didepannya.

"Tinggal cancel kan selesai..." Sahut Bayu cerdas.

"Cancel-cancel! Kasian tahu abang gojeknya!" Balas Arumi setengah mengomel. Salah tidak salah, Bayu selalu membuatnya ingin mengomel sepanjang waktu.

Bayu terdiam menatap Arumi dan helm ditangannya bergantian. Turun dari motor, ia meraih ponsel Arumi cepat, membuat perempuan itu terkejut dan mendelik.

"Liat bentar... Abang gojek lu udah sampe mana..." Celetuk Bayu sambil mengangkat ponselnya tinggi. Tapi ia tidak melihat apapun, bahkan ketika membuka aplikasi hijau itu, ia tak melihat Arumi memesannya.

Menyerahkan ponsel yang langsung disambar Arumi cepat, Bayu menatap Arumi lesu.

"Lo ngapain sih pakai boong segala? Belum pesan gitu... Dibilang terlanjur..."

Arumi melirik kesal sebentar lalu beralih, "Harusnya gue yang tanya, Lo ngapain pagi-pagi ke sini?"

"Jemput Lo. Kan kita mulai kemarin fiks jadi temen." Jawab Bayu lancar dengan senyum tipis mematahkan prinsip untuk tak tergoda.

Arumi terdiam menatap ujung sepatunya. Berbalik dan berjalan beberapa langkah, Arumi mengambil helm ditangan Bayu lalu memakainya. Bayu yang melihat itu terdiam lalu tersenyum tak percaya.

"Kok pinter?" Celetuk Bayu sambil tertawa.

Tak menyahut, Arumi menurunkan kaca helm hingga wajahnya tak terlihat. Karena percuma debat panjang lebar dengan laki-laki didepannya ini. Ujung-ujungnya mereka malah terlambat masuk ke sekolah setelah beberapa hari meliburkan diri.

"Oke. Let's go!" Ucap Bayu lalu membawa motor yang dikendarainya bergabung dengan kendaraan lain dijalan raya.

_______________

Suasana hening, meski Bayu dan juga Arumi sudah tak asing lagi dengan ruang guru, tak ada satupun diantara mereka berani bersuara. Kali ini mereka datang dengan kasus yang berbeda.

"Oke. Kamu jadi seminggu ini kabur dari rumah dan pergi ke Yogyakarta karena ada masalah keluarga..." Ucap Pak Agus menyimpulkan apa yang diungkapkan Arumi barusan. "Lalu ketemu Bayu, dan kalian balik sama-sama ke sini." Lanjut wali kelas mereka itu lalu beralih pada Bayu.

"Kamu, kenapa nyusul Arumi ke Yogyakarta?"

Bayu terdiam, menoleh pada Arumi sebentar sebelum bersuara.

"Saya salah pak. Saya siap dihukum." Jawab Bayu yang membuat Arumi gantian menatap Bayu bingung.

"Saya tahu kamu salah. Yang saya mau kamu jelaskan apa alasan kamu menyusul Arumi ke Yogyakarta?"

Menelan liur dalam, "Maaf Pak. Karena alasannya adalah masalah pribadi saya, jadi saya tidak bisa menjelaskannya."

Beberapa detik ruangan hening. Pak Agus terdiam. Meski ia adalah guru, ia juga tidak berhak memaksa muridnya untuk membeberkan masalah pribadinya.

"Hari ini kalian tidak usah masuk kelas. Silahkan ke lapangan sampai pulang. Besok pagi setelah apel datang lagi kesini. Saya akan memikirkan sanksi untuk kalian." Kata Pak Agus lalu berlalu.

Arumi menatap Bayu yang menoleh padanya duluan.

"Pak Agus kayaknya marah deh Bay..." Ucap Arumi pelan.

"Udah. Yuk ke lapangan." Kata laki-laki itu lalu berdiri dan berlalu.

Arumi mengikutinya di belakang.

___________________


Mungkin, jika saat ini Bayu tidak ada disebelahnya, Arumi bisa memastikan ia akan menjadi bahan sorakan setiap siswa yang melihatnya dari atas sana, atau yang lewat berkeliaran disekitar lapangan.

Tapi karena ada Bayu, mereka hanya melirik sambil berbisik-bisik entah apa.

"Nggak usah diperhatiin. Orang nggak ada kerjaan emang gitu. Kerjaannya ngomentarin orang lain." Celetuk Bayu yang membuat Arumi menoleh. Laki-laki itu memperhatikannya ternyata.

"Lo nggak malu?" Tanya Arumi.

"Malu kenapa?"

"Dihukum."

"Ngapain malu. Salah kan wajar, konsekuensinya emang kena sanksi. Dari jaman emak-emak sekolah juga peraturannya kayak gitu." Sahut Bayu lugas dan jelas.

Arumi terdiam sebentar lalu mengangguk paham.

"Tapi kan Lo ketua OSIS..." Kata Arumi lagi kali ini tak menoleh, ia memandangi sepatunya yang ia gerak-gerakan.

"Yaah kan gue juga manusia... Lagian bentar lagi juga pensiun kok. Jadi bisa bebas..." Sahut Bayu sambil menghela nafas panjang. Arumi menoleh karena mendengar laki-laki itu melepaskan udara cukup keras.

"Bebas ngapain?" Komentar Arumi langsung.

Bayu mendongak menatap bendera yang berkibar-kibar di hadapan mereka. Ia juga bingung bebas apa yang ia maksud barusan.

"Bebas... Bodok amat sama anak-anak yang bikin masalah dan... Gue jadi punya waktu lebih banyak buat mikir dan ngelakuin banyak hal untuk pribadi." Jawab Bayu akhirnya.

Arumi mencerna sesaat kemudian mengangguk paham.

Mereka kembali saling diam.

Hingga waktu istirahat dan sekolah menjadi sepi, mereka tak melakukan perbincangan lagi. Keduanya sama-sama menunduk untuk menghalau mata dari silau matahari.

"Btw gue selama ini baru dua kali dihukum. Dan dua-duanya lo yang nemenin..." Celetuk Bayu.

Arumi mendengar itu, ia hanya diam saja karena tidak tahu harus memberikan komentar seperti apa.

"Didunia ini nggak ada yang namanya kebetulan. Semuanya itu terjadi secara sambung-menyambung dari satu peristiwa ke peristiwa lain, atau dari satu orang ke orang yang lain." Kata Bayu lagi sambil menatap ujung sepatunya.

Arumi melirik sedikit, memastikan apakah laki-laki disebelah itu tengah berbicara sendiri atau sedang mengingat quotes dari buku yang dibacanya. Karena Arumi pernah membaca bahwa salah satu ciri orang jenius itu adalah sering berbicara sendiri, entah pada alam, hewan, maupun dirinya sendiri.

"Pasti ada maknanya kenapa kita sampai bisa dihukum bareng lagi..." Lanjut Bayu lagi yang kali ini membuat Arumi menoleh dengan dahi berkerut, mempertanyakan apa yang barusan Bayu katakan.

"Maknanya yaa yang namanya kesalahan itu pasti ada konsekuensinya. Sebagai manusia yang udah dibekali otak buat mikir, seharusnya kita nggak akan ngulangin kesalahan yang sama." Jawab Arumi lumayan panjang.

"Bener sihh... Tapi sebenarnya salah... Yang bener itu... Berarti kita, lo sama gue emang ditakdirkan untuk-" Ucap Bayu nyengir ketika Arumi menatapnya dengan mata membesar. "Dihukum bareng hehehe..." Lanjut Bayu mengganti kalimat yang sudah ia rancang.

"Oh ya, btw hari ini Lo mau cari kos-kosan kan?"

Arumi menyahutinya dengan anggukan sekali.

"Gue anterin yaah? Gak gampang lo cari kos-kosan naik angkot atau taksi. Udah naik-turun, belum tentu dapet, dan lo kan juga nggak terlalu tahu kos-kosan disini..." Kata Bayu panjang menawarkan.

Arumi berpikir sebentar sebelum akhirnya menggeleng. "Nggak usah. Gue punya kenalan baik orang Bandung kok..." Tolak Arumi mengingat Rian.

Seminggu lebih mereka tidak bertemu. Setelah pulang sekolah ini, rencananya Arumi ingin datang ke kafe laki-laki itu untuk menceritakan apa yang terjadi beberapa hari ini. Arumi yakin Rian menghubunginya, karena sebelum mengganti nomor, ia memang menghubungi laki-laki itu beberapa kali.

Bayu terdiam, berpikir dalam, menebak siapakah yang dimaksud Arumi.

"Bu Ika maksudnya?" Tanggap Bayu menebak.

"Bukan. Kenalan gue. Bi Ika kan pasti sibuk karena harus istirahat buat nanti malam jualan."

Bayu mengangguk sambil menghela nafas panjang. Masih dengan otak menebak-nebak.

"Anak sini? Atau Barli?"

Arumi menggeleng. "Bukan. Dia bukan anak SMA. Udah kerja."

"Ohh... Cantik nggak? Kalau cantik kenalin gue dong..." Kata Bayu lagi memancing Arumi karena ia penasaran yang dimaksud perempuan itu pria atau wanita.

"Cantik botak lu sebelah. Orang aja cowok... Tuh kan... Gue udah nebak lo ngomong mau berubah itu cuma buat ambil simpati gue kan?" Sahut Arumi menatap Bayu kejam. Padahal ia sudah berpikir kalau Bayu benar-benar ingin berubah, tapi detik ini mungkin ia harus mengabaikan semua positif thinking-nya pada Bayu.

Bayu menggaruk belakang lehernya bingung. Ia tadi berkata seperti itu agar Arumi memberitahunya.

"Orang gue ngomong gitu biar lo kasih tahu cewek atau cowok. Ternyata cowok beneran..."

Arumi terdiam.

Dia tak mudah percaya begitu saja pada laki-laki disebelahnya ini.

_______________

Arumi tidak menyangka jika Bram, ayahnya menjaganya digerbang sekolah seperti ini.

"Ikut Ayah pulang." Kata laki-laki langsung. Arumi juga sudah mengiranya.

"Nggak usah lebay deh! Sok kabur-kabur segala..." Suara Dini yang ada disebelah laki-laki itu membuat Arumi ingin segera berlalu.

"Aku akan tetap sekolah dan tinggal di Bandung, tapi aku nggak mau tinggal di rumah Bu Vania." Ucap Arumi menatap mata Bram dalam. Selalu ada kekesalan tersendiri yang membuat matanya dengan cepat berkaca-kaca.

"Udahlah Arumi sayangkuh... Oke aku minta maaf. Waktu itu aku emosi..." Kata Dini dengan nada terdengar jelas ia terpaksa.

"Tuh... Dini udah minta maaf. Apalagi? Kamu disini punya keluarga. Ayo dong berpikir dewasa Mi..." Sambung Bram.

Arumi semakin tidak bisa mengontrol emosinya yang sudah teraduk-aduk. Seolah disini ialah yang disalahkan. Tidak dewasa, lebay, dan lain-lainnya.

Melihat Bayu diparkiran, Arumi berlari menghampiri laki-laki itu tanpa mengatakan apapun pada Bram.

"Bay gue pulang ikut Lo yaah..." Kata Arumi menunduk dengan jari kanan menutupi wajahnya.

Bayu mengangguk sambil melirik seorang laki-laki yang tak lain ayah Arumi menghampiri mereka.

"Om..." Sapa Bayu berusaha bersikap sopan. Meskipun dia cukup kesal karena jelas Arumi barusan menangis gara-gara pria itu.

"Kamu yang namanya Bayu?"

"Iya Om. Saya Bayu temannya Arumi."

"Mulai sekarang jauhi anak saya. Gara-gara kamu, Arumi sama Dini berantem dirumah!" Kata Bram kali ini menyalahkan Bayu.

"Cukup Yah! Belum puas ayah nyalahin aku?! Sekarang nyalahin Bayu yang nggak tahu apa-apa!? Harusnya yang ayah salahin itu anak kesayangan ayah!" Bentak Arumi sambil sesenggukan.

Mengingat suasana sedang ramai karena ini pulang sekolah. Bayu yang sudah memakai helm cepat memasangkan helm ke kepala Arumi dan berlalu dari sana tanpa menghiraukan omelan Bram Ayah Arumi yang mengatainya tak tahu sopan santun.

Dibelakangnya, Bayu bisa mendengar Arumi sesenggukan. Seperti biasa, Arumi berpegangan ditasnya.

Tak berkata apa-apa, Bayu membawa motornya melaju dijalan raya.

Sekitar sepuluh menit, motor berhenti dan Arumi turun. Tak langsung membuka helm, ia menyapu wajahnya yang basah air mata.

Tapi Bayu menarik helm itu duluan.

"Nih... Jorok lu... Masa pakai baju seragam. Kan besok dipakai lagi..." Tegur Bayu sambil menyerahkan sapu tangan. Arumi mengambilnya cepat dengan sesenggukan yang berusaha ditahan.

Menatap Bayu dengan sesenggukan yang masih tersisa, Arumi menatap bingung ke sekitarnya.

"Ini rumah gue. Yuk ah mampir dulu..." Kata Bayu duluan lalu menarik lengan Arumi sebelum perempuan itu bertanya.

Sampai didalam, seorang perempuan tak terlalu tua menyambut mereka.

"Assalamu'alaikum Bi... Oh ya Bi, kenalin ini temen Bayu, namanya Arumi." Kata Bayu sambil menatap Arumi yang juga menatapnya.

Arumi mengulurkan tangannya sambil tersenyum tipis.

"Saya asisten rumah tangganya Den Bayu. Kok kayaknya habis nangis..."

"Biasalah Bi... Cewek kan kalau kelilipan dikit-" Kata Bayu tertahan karena jemari Arumi cepat mencubit pinggangnya.

"Tolong bikinin minum yaa Bi... Bayu naik bentar ganti Baju..." Lanjut Bayu sambil mengelus pinggangnya yang pedih.

Setelah Bi Siti berlalu, baru Arumi bersuara.

"Enak aja mau bilangin gue alay... Kelilipan doang nangis..."

"Yahh masa gue ceritain masalah keluarga lo..." Sahut Bayu.

Arumi terdiam.

"Ya udah sana... Gue ke kamar bentar." Suruh Bayu sambil menunjuk sofa di ruang tamu.

"Sendirian?"

"Yaahh masa gue temenin... Kan gue mau ke kamar. Atau Lo mau ikut?"

"Enggaklah... Ngapain?" Sahut Arumi cepat.

"Kirain... Sapa tahu mau liat gue ganti baju."

Arumi cepat berlalu sebelum otak tidak waras Bayu kumat lebih parah.

______________________

Hwaaa....

Aku usahain paling banyak nanti chapter-nya sampai 60 aja hehehe...

Pingin cepet-cepet selesai karena nggak sabar bikin sekuel Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus... 🐻

Jangan lupa vote dan komen yaaa...

Makasih....

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 62.9K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
81.5K 3.9K 24
Dua aktivis mahasiswa berbeda jalur. Politik mahasiswa senantiasa mengiringi langkah mereka berdua. Mereka berada di jalur masing masing. Gedeon Prat...
16.2K 636 32
Mengisahkan tentang Jovan yang terpisah dengan istri tercintanya, Nayla akibat sebuah kecelakaan. Dia merawat dan membesarkan Putri tercintanya tanpa...
47.9K 5.7K 31
Sung Hanbin dan Zhang Hao keduanya sama sama Famous tapi dengan cara berbeda. Sung Hanbin si most wanted Sekolah Dan Zhang Hao si multitalent sekolah...