ELARA (TERBIT)

By kanareiz

6.3M 485K 49.7K

Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52 - END
EXTRA PART
SEQUEL ELARA
ELARA COMEBACK?
Spesial Part - Aku, Kamu, Dan Keluarga Kecil Kita
PDF NOVEL ELARA

Part 27

98.6K 7.5K 988
By kanareiz

Jangan lupa tinggalkan jejak🕊
Happy reading!

***

Derap langkah kaki melangkah menuju gedung kosong yang berada jauh dari pemukiman warga. Rumah tua yang terlihat menyeramkan dari luar namun anehnya gedung ini terlihat rapi dan bersih di dalamnya walaupun sedikit menyeramkan.

"Bos mana?" tanya satu dari tiga pria yang berjalan beriringan itu. Mereka adalah Darrel dan kedua temannya dan Erlan. Azka, ya kakak Ara. Laki-laki itu kebetulan ada pekerjaan yang harus diselesaikan disini. Mendapat kabar dari Darrel tentang apa yang terjadi dengan Erlan membuatnya langsung kemari. Dan Alan Winston teman SMA Erlan, Azka dan Darrel namun pindah ke Italy saat kelas 11.

"Tanya Darrel noh." balas Azka.

Darrel mendelik. "Kok malah jadi nanya ke gue?"

"Lo kan sekretaris Pak bos." sahut Azka yang asik mengunyah permen karet di bibirnya sambil melirik kesana-kemari memastikan keadaan disekitar.

"15 menit lagi bos nyampe, kita masuk duluan buat mastiin tuh cewek gak kabur." Darrel berucap dengan tangan masih sibuk mengetikkan sesuatu di layar ponselnya.

Azka dan Alan mengangguk paham. Mereka bertiga pun berjalan memasuki gedung tua itu. Sesampainya mereka di dalam, mereka disambut oleh beberapa bodyguard Erlan yang berjaga di sana. Mereka mengangguk membalas sapaan dari para bodyguard dan melanjutkan berjalan menuju satu ruangan yang sangat dijaga ketat.

Ceklek

Pintu terbuka mengalihkan perhatian seorang gadis yang tengah menunduk dengan keadaan tangan dan kaki terikat di kursi. Masih ingat dengan gadis bernama Mona Lavanka yang disebutkan Erlan? Ya, dia gadis yang melempar pisau ke arah Erlan. Kini terlihat mengenaskan dengan dress yang sudah lusuh bercampur darah.

"L-lepas." lirih Mona menatap ketiga lelaki yang berada di depannya dengan sendu.

"Gabisa dong cantik, kita nangkap kamu susah-susah masa mau dilepasin sih." sahut Alan menatap Mona genit dan mencolek dagu gadis itu.

Satu jitakan melayang di kepala Alan dari Azka. Laki-laki itu geram melihat tingkah nyeleneh temannya.

"Gausah genit lo." ketus Azka.

Pintu terbuka dengan kasar mengalihkan perhatian mereka. Erlan berjalan dengan gagahnya menghampiri mereka. Kilatan marah terlihat dari mata Erlan, ia berjalan mengitari Mona yang tengah terduduk di kursi dengan keadaan terikat.

"T-tolong lepaskan saya."

"Lepas?" Erlan berdecih. "Setelah apa yang sudah anda lakukan dengan gampangnya anda meminta dilepaskan? Tidak tahu malu sekali anda."

"Ini bukan kemauan saya, saya dijebak." elaknya berusaha melepas tali yang melilit tubuhnya.

Erlan terkekeh ia mengelus wajah Mona dengan pisau kesayangannya. "Orang bodoh jika percaya dengan ucapan anda." Erlan berucap dengan sinis.

"SAYA SERIUS! SAYA DIJEBAK PAK ERLAN, LEPASKAN SAYA SEKARANG." bentaknya terisak.

"Serem banget tuh cewek." bisik Alan ke telinga Azka namun tidak dihiraukan laki-laki itu membuat Alan berdecak sebal.

"Ingin di lepaskan? Beri tahu saya siapa yang menyuruh anda melakukan semua ini."

Mona terdiam. Ia menengadah karena merasakan sakit disekujur tubuhnya. Kemudian matanya beralih menatap satu persatu dari keempat lelaki yang berada di hadapannya.

"Yang nyuruh saya," ucapan Mona terpotong karena tiba-tiba pisau mendarat di kaca yang berada di samping kirinya.

Semua yang berada di ruangan terpekik kaget. Azka dengan reflek menghampiri Mona dan berdiri di hadapan gadis itu. Tangannya merogoh pistol di saku jasnya, ia menatap kesemua sudut ruangan mencari sosok yang melemparkan pisau.

Sedangkan Erlan, ia kini menatap satu titip yaitu jendela besar yang berada di ruangan itu. Matanya terbelalak mendapati seseorang masuk dari luar jendela menggunakan hoodie yang menutupi kepalanya dan masker hitam yang menutup wajahnya membuat ia sulit dikenali.

Azka, Darrel, dan Alan tak kalah terkejut melihat sosok yang masuk dari jendela. Mereka bingung, bagaimana cara laki-laki itu masuk ke gedung ini sedangkan penjagaan mereka sangat ketat. Azka melirik Mona sekilas, apakah laki-laki itu adalah komplotan Mona? Dan sekarang mereka dikepung?

Si sosok misterius tersenyum geli di balik masker hitam yang menutup hidumg dan mulutnya. Perlahan ia melepaskan masker dan tudung hoodie, tersenyum geli melihat tatapan dari keempat pria yang berdiri di hadapannya.

"GWEN!" teriak mereka berempat kompak.

Laki-laki yang dipanggil Gwen itu tersenyum seraya merentangkan tangan ke arah temannya. Gwen Nevala Sergius, laki-laki yang bertubuh tinggi dengan parasnya yang tampan adalah teman SMA Erlan, Darrel, "dan Alan namun mereka dipisahkan karena Gwen harus ikut pindah ke luar negeri bersama orang tuanya. Namun mereka bertiga melupakan jika Italy adalah negara tempat Gwen pindah.

Dengan segera mereka bertiga bertos ala lelaki dan memeluk singkat teman lamanya ini melupakan Mona yang merintih sakit.

Jika kalian penasaran siapa yang mematai Erlan saat berada di hotel itu dia adalah Gwen. Lelaki itu tak sengaja melihat Erlan dan Ara di bandara saat ia menjemput adiknya yang pulang ke Italy. Karena itu ia berencana membuntuti Erlan dan satu fakta yang ia dapatkan bahwa Erlan telah menikah.

"Asem ya lo Gwen, baru muncul bukannya ngasih kejutan atau ngajak makan ini malah bikin kita jantungan." sebal Alan yang masih merasa kesal atas tingkah Gwen yang mengejutkan mereka.

"Tau nih, untung aja jantung gue gak merosot ke empedu." timpal Darrel masih mengelus dadanya.

"Biar beda dari yang lain." kekeh Gwen. Kemudian matanya beralih menatap Mona yang kini sudah diambang kesadaran.

"Lepasin dia."

"Gausah bercanda lo, asal lo tau Gwen dia yang udah ngelukain tangan Erlan. Nih cewek pasti suruhan dari musuh Erlan." Darrel berucap menggebu-gebu, ia mengepalkan tangan mengingat kejadian dimana Erlan dilempar pisau di depan para staf kantor.

"Bodoh." desis Gwen.

"Maksut lo apa ngatain gue bodoh? Yang ada nih cewek bodoh yang mau-maunya aja disuruh buat mata-matain Erlan."

Darrel dengan emosi menjambak rambut Mona membuat gadis itu mendongak. Azka yang melihat itu menyentak tangan Darrel kasar.

"Gausah kasar anjing!"

"Lo ngapain ikut-ikutan bela dia sih? Lo gak liat tangan Erlan luka gara-gara nih cewek ular. Erlan temen kita Ka, adik ipar lo!!" Bentak Darrel menatap Azka tajam. Alan? Laki-laki itu diam menonton drama di depannya. Ia bersidekap dada, mukutnya asik mengunyah permen karet.

"Mona Lavanka, gadis yatim piatu yang diasuh oleh keluarga Oscar. Hidupnya setiap hari disiksa, dan diperlakukan layaknya binatang. Kali ini dia diutus untuk menjadi mata-mata untuk menghancurkan perusahaan lo, El. Kalau dia menolak, dia balakan dibunuh secara sadis." jelas Gwen menunjukkan semua bukti yang diberikan oleh anak buahnya.

Dia sudah mengetahui tentang Erlan yang dilempar pisau oleh karyawan di kantornya. Merasa ada yang janggal, Gwen segera mencari tahu latar belakang gadis ini. Ternyata selama ini Mona hidup di dalam kegelapan dan penuh penyiksaan.

"Lo serius? Ini bukan masalah sepele, Gwen. Nih orang juga udah ngerugiin perusahaan Erlan dan itu gak sedikit." Alan berucap serius. Raut wajah laki-laki itu berubah yang sebelumnya menampilkan wajah genit.

"Lo liat ini." Gwen memperlihatkan lebam di punggung Mona yang terbuka. Terdapat lebam yang lumayan banyak disana yang sudah membiru. Karena dress gadis itu yang terbuka di bagian punggung.

Erlan memijit pelipisnya. Kepalanya jadi pusing memikirkan semua ini, entahlah kenapa perasaannya tidak enak sekarang. Ia masih belum bisa percaya dengan apa yang diucapkan Gwen, hati kecilnya merasa janggal dengan semua ini. Mata Erlan beralih menatap Azka yang juga tengah menatapnya, mengkode untuk keluar.

"Lo lepasin aja dia, gue sama Erlan mau pergi duluan." Azka berucap datar dan berlalu keluar dari ruangan itu.

"Lo urus, Rel."

Erlan kemudian keluar menyusul Azka meninggalkan tiga orang di dalam ruangan itu dengan tiga laki-laki yang saling bersiteru tegang. Alan menatap Gwen dan Mona bergantian, tangannya mengepal kuat. Tak lama ia berlalu pergi, menabrak kasar bahu Gwen yang membuatnya sedikit oleng.

"Lo urus tuh, Rel." tegas Alan kepada Darrel.

"Kenapa semua pergi ninggalin gue sih." kesal Darrel melepas tali yang melilit tubuh Mona dengan asal-asalan, Gwen juga ikut membantu.

Darrel mendengus kasar. "Lo urus tuh, Gwen." Ia berucap mengulang kalimat Erlan dan Alan.

Gwen menghela nafas berat, ia mengalihkan pandangan, memapah
Mona keluar dari tempat ini dikarenakan tubuhnya yang lemas karena lama terikat tali.

"Gue anter."

Mona mendongak bingung, ia lantas menggeleng. "Gaperlu, gur bisa pulang sendiri. Lo gausah repot-repot buat bantuin gue." Mona melepas tangan Gwen yang merangkul bahunya. Ia menatap wajah tampan Gwen.

"Mona," panggil Gwen.

Mona menaikkan alis bingung.

"Lo bisa tinggal di apartemen gue, gue takut lo bakalan di siksa sama keluarga lo karena kasus ini."

"Makasih buat bantuan lo dan tawarannya, tapi satu hal yang harus lo tau. Lo gak perlu ikut campur sama urusan gue." Mona berkata ketus lalu meninggalkan Gwen yang mematung di tempat menatap kepergiannya.

Setelah mobil yang membawanya melaju, Mona dengan cepat mengambil ponselnya menghubungi seseorang.

"Sudah sesuai rencana." Mona berucap kepada seseorang diseberang sana.

"Lanjutkan rencana B."

"Baik, Pa."

Telepon diputuskan sepihak oleh Mona. Ia tersenyum sinis karena rencananya mengelabui mereka berhasil. Ternyata ini alasan sang Papa menyuruhnya untuk membuat lebam dengan make up di punggung dan memakai pakaian terbuka di punggung agar terlihat oleh orang-orang. Saat di kantor ia memang sengaja menggerai ke belakang rambutnya agar menutupi lebam itu supaya tidak ada yang curiga. Sungguh rencana yang sangat matang.

"Tunggu kejutan dari aku para lelaki bodoh." Mona tersenyum sinis memandang foto di tangannya. Foto Erlan, Azka, Darrel dan Alan saat SMA.

Satu hal yang tidak diketahui Mona bahwa mobil Alan masih terparkir di pinggir jalan mematai pergerakan Mona.

"Lo kira gue bego? Mana ada kendaraan umum di sekitar wilayah ini. Mana tuh sopir pakek pakaian serba hitam. Sorry cantik otak gua lebih pinter dari lo." Alan berucap dan mulai melajukan mobil mengikuti mobil yang membawa Mona pergi.

***

Di sebuah mall, Ara begitu pasrah tangannya di tarik oleh Cacha. Ya, gadis itu berada di Italy entah sejak kapan. Cacha ke Italy karena ingin mengunjungi keluarganya yang berada di sini. Ara yang tengah asik menonton drama korea dikejutkan dengan orang yang mengetuk pintu hotel dengan tidak sabaran. Begitu pintu dibuka ia dibuat terkejut mendapati Cacha yang berada di hadapannya sambil menyengir bodoh.

"Ara capek Cha, daritadi kita keliling-keliling doang." keluhnya kesal. Kaki Ara seakan mati rasa selama 2 jam ia diajak mengelilingi mall tanpa henti.

Cacha mendelik.

"Baru gitu doang, digempur om ganteng sampek pagi kuat lo."

Bug!

Ara memukul bahu Cacha membuat gadis itu mengaduh.

"Mulut Cacha yaampun, siapa yang ngajarin sih? Sembarangan banget kalau ngomong."

"Gue ngomong fakta loh padahal."

"Engga ya, Ara masih tersegel dengan rapat."

Cacha tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan dari sahabatnya.

"SERIUS LO?" pekiknya heboh.

"Serius lah."

Ara menghentikan langkah di tempat yang menjual minuman, tenggorokannya terasa kering seakan berada di gurun pasir.

Bola mata Cacha membesar.
"Kok bisa sih, emang om Erlan tahan?"

Ara mengangguk, bibirnya asik menyedot minuman yang berada di tangannya dan mata yang memandang lurus melihat orang berlalu-lalang di depannya.

"WAH! DAEBAK RA." balas Cacha memberikan dua jempol kepada Ara dan menepuk kencang punggung gadis itu membuatnya tersedak.

"Uhukk..Uhuk.."

"Pelan-pelan dong Ra, gue gabakalan minta kalik."

Ara mendelik tak terima. Enteng banget mulut sahabatnya ini berbicara, sedangkan si pelaku yang membuatnya tersedak adalah dirinya sendiri.

"Yang nepuk punggung Ara siapa?"

"Gue."

"Berarti yang buat Ara tersedak siapa?" tanya Ara lagi.

"Gua," Menyadari sesuatu, Cacha berteriak heboh. "Kok jadi gua, harusnya lo kalau minum itu pelan-pelan Ara malah nyalahin gua." elaknya.

"Terserah Cacha, Ara mau pulang."

"Capek!"

Ara berjalan meninggalkan Cacha sendirian yang menatapnya sebal. Gadis itu tampak menggerutu sesekali menyedot minumannya.

"Dih ngambek." desis Cacha. Ia mengangkat bahu acuh lalu mulai berkeliling lagi.

***

Keheningan terjadi di dalam mobil yang dilajukan Erlan. Laki-laki itu menyetir dengan keadaan yang sangat kacau. Karena menyetir dalam keadaan melamun ia tak sadar sampai hampir menabrak pembatas jalan jika bukan teriakan Azka yang menyadarkannya.

"Lo gimana sih." teriak Azka marah.

"Lo kalau mau mati jangan ngajak-ngajak gue dong." Azka mengelus dadanya pelan, mengatur nafasnya karena ulah Erlan.

Erlan terdiam, ia bingung.
"Gue kenapa?"tanyanya polos

"Ck, kita hampir mati asal lo tau. Turun lo, biar gue aja yang nyetir."

Erlan dan Azka berpindah posisi, dengan segera Azka melajukan mobil dengan kecepatan sedang melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda.

"Ka," panggil Erlan.

"Hm."

Azka berdehem tanpa menoleh kearah Erlan.

"Lo ngerasa aneh gak sih? Gue udah nyuruh anak buah gua buat nyelidikin tuh cewek tapi kenapa yang dijelasin sama Gwen berbeda sama laporan dari anak buah gue."

Azka menatap lurus kedepan. Ia menghentikan mobil di pinggir jalan yang sepi.

"Gue juga berpikiran sama kayak lo, ada yang janggal disini." Azka merogoh saku jasnya saat mendengar suara ponselnya yang berdering. Erlan menautkan alis bingung.

"Halo."

"Bos pabrik Tuan Erlan yang berada di Italy terbakar. Saya sudah memanggil pemadam kebakaran dan beberapa anak buah Tuan Erlan sudah mulai menyelidiki tentang kasus ini. Kata mereka Tuan Erlan tidak bisa dihubungi, maka dari itu saya menelepon bos karena tadi pagi bos mengatakan akan bertemu dengan Tuan Erlan."

Shit!

Azka mematikan telepon sepihak, ia mulai menyalakan mobil dan melajukan dengan cepat. Erlan memandang Azka bertanya-tanya.

"Pabrik lo yang disini kebakaran, ponsel lo kenapa gak aktif sih." gerutu Azka panik.

"LO SERIUS?"

"SERIUS LAH BEGO, BURUAN NYALAIN PONSEL LO."

Erlan dengan terburu-buru mengambil ponselnya yang berada di saku jas. Saat ponsel menyala banyak terdapat panggilan masuk dan beberapa pesan dari anak buahnya. Namun matanya kian melebar membaca pesan dari salah satu anak buahnya yang ia tugaskan menjaga Ara.

"Bos, nona muda kecelakaan. Saat ini saya sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit."

Isi pesan tersebut membuat Erlan menggeram dan melempar ponselnya.

"PUTAR BALIK, KITA KE RUMAH SAKIT SEKARANG!"

Azka terjengkit kaget. "Ngapain sih, tangan lo sakit lagi? Ini pabrik lo kebakaran bego, nantian aja kerumah sakitnya." geram Azka.

"Ara kecelakaan."

Deg!

"BANGSAT."

Azka dengan cepat memutar balik mobil dan melajukan kencang menuju rumah sakit. Saat ini pikiran mereka sangat kalut terlebih Erlan. Keadaan yang kacau ini membuat seseorang di seberang sana yang tengah duduk manis di dalam mobil tertawa licik.

"Jalan, Pak." perintahnya kepada sang supir.

-to be continue-

HALO SEMUA GIMANA PART INI?

HAYO ADA YANG BISA NEBAK SIAPA ORANG YANG DUDUK DI DALAM MOBIL ITU? APAKAH ADA HUBUNGANNYA DENGAN MONA?

Kira-kira Azka atau Gwen ada yang menyimpan rasa gak ya sama Mona?

SATU KATA UNTUK MONA🦋
____
Terima kasih sudah membaca ELARA, jangan lupa VOTE dan COMMENT biar aku semangat ngetiknya! 🥰💜
____

UDAH SIAP BUAT PART 28? SPAM KOMEN BIAR AKU CEPET - CEPET UPDATE!

AKU MAU LIAT ANTUSIAS READERS ELARA YANG PADA GERCEP INI!! ❤️‍🔥❤️‍🔥

FOLLOW IG: @kanarsv

READY BUAT PART SELANJUTNYA?

SPAM KOMEN APA AJA DISINI!

•••••

TANDAI JIKA ADA TYPO ATAU KESALAHAN PENULISAN YA!

Thank you 💜
See you next part!

Continue Reading

You'll Also Like

563K 85.4K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...
6.4K 3.1K 43
Cerita ini menceritakan tentang seorang gadis cantik,berkulit putih,pintar dan humoris.gadis itu bernama Adelia Syakira Shaqueena jika banyak orang d...
307K 9.1K 41
"Lo adalah gadis yang masuk ke dalam kehidupan gue." Stop🔞 Konten dewasa, bocil menjauh. (jika ingin lanjut silakan. Tapi dosa tanggung sendiri ya)...
ElgaZa By Saha Ria

Teen Fiction

63.1K 3.2K 43
(DILARANG PLAGIAT!!!) (FOLLOW DULU DONG!!) Elgara Alexander Graham harus menikahi seorang gadis bernama Zahra Aurelia Rahman. Mereka menikah bukan ka...