𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝗕 (✔)

By salmanurjanah64

15.4K 2.4K 141

Tentang Arumi, murid baru yang menjadi target bully di kelasnya sendiri karena menolak panitia OSIS yang mema... More

Cast Tokoh SMA
SMA🍁 Tragedi Hari Pertama
SMA🍁 Terlambat Itu Masalah
SMA🍁 Ketemu Hantu Sekolah
SMA🍁 Pura-Pura Tidak Tahu
SMA🍁 Dibalik Ributnya Dunia
SMA🍁 Derita Jadi Anak Baru
SMA🍁 Tetap Bertanggung Jawab
SMA🍁 Ingatan Kurang Jelas
SMA🍁 Rahasia Kelas IPA B
SMA🍁 Ketua Kelas Atau Babu?
SMA🍁 Jatuh Cinta Beneran
SMA🍁 Mendadak Jadi Perhatian
SMA🍁 Salahkah Jika Berubah?
SMA🍁 Matematika Mati Rasa
SMA🍁 Rumus Hadapi Playboy
SMA🍁 Perang Dunia Asmara
SMA🍁 Gara-Gara Diputusin
SMA🍁 Gosip Skandal Sekolah
SMA🍁 Cuma Anak Pembantu?!
SMA🍁 Sudah Terlalu Hancur
SMA🍁 Malaikat Pembawa Cerita
SMA🍁 Arumi Bagian Anak IPA
SMA🍁 Kamu Tidak Sendirian
SMA🍁 Jarak Semakin Dekat
SMA🍁 Mencari Sosok Pengganti
SMA🍁 Smile Sticker Random Xxxx
SMA🍁 Kenyataan Untuk Intan
SMA🍁 Tidak Sengaja Bertemu
SMA🍁 Ujian Tengah Semester
SMA🍁 Gara-Gara Ketiduran
SMA🍁 Misi Untuk Arumi
SMA🍁 Hampir Saja Bertemu
SMA🍁 Panggilan Sayang Arumi
SMA🍁 Arumi Syerellia Angkasa
SMA🍁 Masalah Terus Bertambah
SMA🍁 Untuk Pertama Kalinya
SMA🍁 Tidak Masuk Sekolah
SMA🍁 Tidak Tahu Dimana
SMA🍁 Setelah Seminggu Berlalu
SMA🍁 Disuatu Malam Panjang
SMA🍁 Penjelasan Dari Dokter
SMA🍁 Hari Penuh Kejutan
SMA🍁 Kesempatan Dikesempitan
SMA🍁 Ada Apa Dengan Rian?
SMA🍁 Membiasakan Diri Tanpanya
SMA🍁 Baik, Hukuman Berikutnya
SMA🍁 Legenda Tangkuban Perahu
SMA🍁 Manusia dan Masalahnya
SMA🍁 Antara Bayu dan Rian
SMA🍁 Di Sisa-Sisa Keajaiban
SMA🍁 Deretan Peristiwa Mengejutkan
SMA🍁 Satu Bulan Kemudian
SMA🍁 PEMBERITAHUAN

SMA🍁 Mereka Tidak Berbeda

174 36 0
By salmanurjanah64

Berkacak pinggang Dini memelototi Intan yang terdiam.

"Lo inget yaa Intan! Ini udah hampir sebulan! Mana janji lo hah?!" Omel Dini.

"Yahh masa gue harus datang ke dukun terus bikin Bayu langsung nembak lo? Kali aja dia udah ada cewek tapi bukan anak sini." Sahut Intan. Sebenarnya selama ini ia tidak melakukan apapun untuk hal itu. Membuat Bayu dan Dini bersatu adalah kekalahan untuknya.

"Jadi menurut lo dia udah punya pacar lagi?"

"Kan gue bilang sapa tau. Soalnya setahu gue, Bayu paling lama jomblo itu cuma seminggu. Biasanya habis putus, besoknya ada gandengan lagi. Tanya aja yang lain kalau nggak percaya." Jelas Intan panjang.

Dini terdiam.

"Kalau dia emang nggak punya pacar. Bisa jadi ada cewek yang dia suka dan lagi proses pendekatan. Bayu itu orang yang nggak suka di tolak. Dan selama ini emang nggak ada yang nolak dia sih..."

Menarik nafas gusar, Dini berbalik meninggalkan Intan yang mengelus dada.

_____________

"Apa gue yang kurang pendekatan yaaa? Bisa jadi kan si Intan itu nggak benar-benar ngecomblangin gue sama Bayu. Secara, dia kan nggak suka sama gue?" Batin Dini.

Sejak masuk pagi tadi, hingga berganti jam pelajaran kedua, otaknya tak bisa fokus karena memikirkan Bayu.

"Atau jangan-jangan bener kalau Bayu udah punya cewek tapi bukan anak sini..." Dialog Dini lagi dengan dirinya sendiri.

Hingga pelajaran kedua berakhir dan sambung ke istirahat pertama, ia tak keluar dari mejanya. Pikirannya belum keluar dari zona yang tidak ia temukan titik terangnya.

"Bener, ini pasti karena gue kurang nunjukin kalau gue suka sama Bayu." Simpulnya lalu tergesa-gesa berdiri dan menoleh ke kursi Intan.

Perempuan itu sudah tidak ada disana.

"Ada yang tahu Intan kemana enggak?" Tanya Dini pada teman sekelasnya yang kebetulan masih ada dikelas.

"Kayaknya ke kantin deh. Soalnya tadi waktu keluar dia bilang laper yaaa?"

"Kayaknya sih..." Sahut seorang lagi.

Tanpa mengucapkan terima kasih, Dini langsung membuka ponselnya menghubungi perempuan itu.

Tersambung tapi tak diangkat.

Tersenyum sinis, Dini melangkah cepat menuju kantin.

Sampai dikantin, benar saja, matanya langsung menangkap Intan yang sedang duduk di salah satu meja sambil bermain ponsel, sepertinya sedang menunggu pesanannya.

Dini semakin kesal karena ternyata Intan sengaja mengabaikan telfonnya barusan.

"Berani banget yaa lo sekarang? Udah lupa sama perjanjian kita?" Ucap Dini langsung ketika sudah berdiri disebelah kursi Intan.

Intan menoleh, terkejut. Beberapa orang yang ada dimeja melirik Dini tak suka.

"Mau gue umumin disini? Mumpung rame juga kan?" Kata Dini lagi yang membuat Intan lekas berdiri, menatap tajam Dini yang memasang wajah tak berdosa.

"Lo apaan sih Din!? Lo pikir gara-gara ancaman itu lo bisa jadiin gue babu?! Lo kira tugas gue setiap detik harus ngelayanin lo kayak ratu?!" Sahut Intan yang benar-benar naik darah karena Dini mengancamnya di tengah kantin yang sedang ramai.

Intan tertawa lalu menoleh ke segala penjuru kantin. "Beneran mau gue umumin sekarang? Biar banyak yang tahu, terus dibikin instastory, viral deh..." Bisik Dini pelan, mendekatkan wajahnya ke samping wajah Dini.

Intan menatap tak percaya. Ia tak menyahut apapun karena penjaga kantin datang mengantarkan makanan.

"Oke. Gue makan dulu."

"Makan?" Dini tertawa. Berjalan pelan mendekati meja, ia menumpahkan semua sambil yang ada diwadahnya ke mangkok bakso Intan. Siswi-siswi yang kebetulan ada dimeja tercengang melihat yang dilakukannya.

Mengangkat mangkok bakso itu ke tengah kantin, Dini berteriak nyaring.

"Guys!!! Gue mau ngasih tahu berita seru nih! Hari ini, temen kita Intan mau nunjukin seberapa doyan dia sama sambel. Coba liat... Uhhh..." Ucap Dini tanpa merasa bersalah lalu menatap Intan yang mendelik dengan mata berkaca-kaca.

Belum sempat Intan mengelak, para siswa laki-laki sudah bersorak dan bertepuk tangan siap menyaksikan.

"Wahhh mantan Ibu Presiden frustasi atau emang mau atraksi?!" Sorak salah satu anak yang membuat hampir seluruh populasi kantin tertawa dan menatap ke arah Dini dan Intan.

"Gue aduk yaaah? Nih-nih liat kalau kalian nggak percaya!" Teriak Dini mengaduk sambal dan kuah bakso menjadi satu. Tersenyum menatap Intan yang terdiam, Dini mengangkat sendok berisi sebiji pentol dan kuahnya yang menguning, siap menyuapkan ke mulut Intan.

"Guys... Perdana nih gue nyuapin orang! Jangan lupa di foto sama video yaaa?!" Kata
Dini lagi membuat orang-orang yang tegang tak sabar melihat mengeluarkan ponselnya masing-masing.

"Keterlaluan Lo Din? Nggak gini juga caranya lo-"

"Mau gue umumin sekarang?" Bisik Dini mengancam.

Intan meraih tangan Dini cepat, melahap pentol disendok itu dengan air mata yang berusaha ditahannya.

Dini terkekeh, semua yang melihat bertepuk tangan menyaksikan.

Sebelum air matanya jatuh, Intan berbalik, berlari keluar kantin secepat kakinya melangkah.

Dini meletakkan mangkok di tangannya ke meja. Berlalu dengan senyum puas sudah membalas perbuatan Intan.

Berjalan menuju toilet terdekat, Dini tahu Intan dimana sekarang.

Benar saja, perempuan itu sedang berkumur-kumur diwastafel dengan air mata berjatuhan.

"Gue bisa ngelakuin hal yang lebih parah kalau lo mau?" Celetuk Dini tertawa pelan, bersedekap dengan tubuh bersandar ke dinding.

Intan terdiam dengan jari-jari memerah, saling menggenggam.

______________________

Sebenarnya Arumi tidak ingin ikut campur. Tapi entah kenapa ketika Dini datang, bibirnya benar-benar tidak bisa ditahan untuk menanyakan video yang tadi siang jadi perbincangan.

"Lo nggak kapok kena masalah?" Tanya Arumi kompleks, menyinggung saudara tirinya itu.

Dini yang sudah melangkahkan satu kakinya dianak tangga menoleh malas. "Bukan urusan lo."

"Emang sih... Tapi gue malu aja kalau misalnya ada yang tahu saudara tiri gue tukang bulli." Sahut Arumi enteng tak kalah menusuk.

Kali ini Dini menoleh utuh dengan tubuhnya yang ikut berbalik.

"Tukang bully?!" Dini tertawa sinis. "Makanya, jadi orang itu update dikit. Jadi nggak asal ngomong!" Kata perempuan itu lalu berbalik dan menapaki tangga dengan langkah ribut.

Arumi hanya menggeleng pelan melihat Dini yang membanting pintu kamar saat sampai dilantai dua.

Melirik jam dinding sebentar, Arumi meraih ponsel dan mengantonginya.

Sekali lagi melirik ke atas, Arumi berlalu ke luar rumah dengan sandal santainya. Mungkin karena ia pagi tadi kedatangan tamu bulanan, siang ini lidahnya ingin sekali menyantap es dawet pak Diman yang berjualan dijalan dekat masuk perumahan.

Belum habis langkahnya keluar dari jalan perumahan, Arumi berhenti sebentar ketika sebuah motor ninja singgah sekitar satu langkah didepannya.

Sedikit bingung kenapa Bayu bisa nyasar ke kompleks perumahan tempat tinggalnya, Arumi memutuskan berlalu melewati laki-laki yang menatapnya aneh itu.

"Arumi!" Panggil Bayu ragu.

Arumi menoleh dengan tatapan tak suka karena merasa terganggu.

"Ngapain lo nyasar ke sini?!" Sahut Arumi langsung.

Bayu terkejut sekaligus malu, tadi ia kira perempuan itu Lia. Karena tujuannya ke perumahan ini adalah ke rumahnya Lia. Tapi malah bertemu si Arumi rese'.

"Lo habis darimana mau kemana?"

"Apaan sihh! Yah dari rumah mau keluar lah!"

"Nanya doang, nggak usah ngegas juga kali!"

"Awas yaa lo macem-macem sama anak gadis di kompleks gue! Gue laporin pak RT baru tahu rasa!" Peringat Arumi lalu berbalik dan berlalu. Diotaknya, secara jelas dan garis tebal, Bayu adalah seorang playboy.

Catet, PLAYBOY!

Bayu hanya mendelik dan menatap punggung Arumi yang sebentar lagi akan menghilang entah berbelok ke sebelah mana.

Merogoh kertas kecil di saku jaketnya, Bayu menatap rumah bertingkat disebelah ia berhenti.

Nomor rumah Lia ada diurutan 23, itu berarti ia harus masuk lebih jauh lagi. Menyalakan motornya, Bayu menyusuri pelan jalan cukup satu mobil itu sambil menghitung rumah yang sudah dilaluinya.

Tak sampai lima menit, motornya berhenti di sebuah rumah tingkat dua tipe 45 bewarna putih gading.

Melepas helmnya dan memandangi pagar bergaris rumah Lia, Bayu memutuskan turun dan yakin perempuan yang dicarinya itu ada didalam. Tidak mungkin ibu penjual bakso itu membohonginya.

Mengetuk pagar itu pelan, seorang pria yang sepertinya penjaga gerbang keluar menemuinya.

"Cari siapa yaa Mas?" Tanya laki-laki paruh baya itu langsung.

Bayu menggaruk kepalanya yang mendadak gatal. Rasanya aneh jika ia mengatakan mencari Lia.

"Emm... Enggak pak. Ini saya dari-"

"Lohh Bayu?! Kok lo bisa tahu rumah gue disini?"

Mencari asal suara, Bayu terkejut dan tak menyangka ketika melihat Dini berlari menghampirinya dengan wajah masih tertutup masker sheet.

"Ini rumah lo?" Tanya Bayu balik, masih bingung sekaligus kesal malah menemukan perempuan yang tiap malam menghubunginya itu.

"Lo kenapa nggak bilang sih mau dateng... Yuk masuk." Kata Dini sumringah lalu menarik lengan Bayu masuk.

"Eh... Gue kayaknya salah rumah deh... Gue tadi mau ke rumah nomor 25, bukan 23. Sorry yaa..." Ucap Bayu lalu menarik lengannya kuat dan berlari ke motor.

Tanpa memperdulikan Dini yang berteriak tak jelas, Bayu bergegas meninggalkan rumah itu dan berbalik ke luar kompleks.

Tadi Arumi tukang omel, sekarang malah bertemu Dini. Hidupnya benar-benar tidak beruntung hari ini.

Sampai didepan kompleks, Bayu memutar leher sebentar mencari Arumi. Dalam waktu beberapa detik, matanya sudah bisa menemukan perempuan dengan rambut dicepol sembarang itu sedang duduk di bangku panjang, mengobrol dengan seorang laki-laki tua sambil mengaduk-aduk es sejenis cendol.

Melepaskan seluruh gengsi dan juga karena Arumi memang sering membuat gengsinya menurun drastis, Bayu memarkirkan motornya tak jauh dari penjual es itu.

Arumi menoleh melihatnya. Bayu hanya tersenyum tipis. Semoga saja karena tidak hanya ada mereka berdua, Arumi tidak lagi mengomelinya.

"Wih... Minum es cendol nggak bagi-bagi..." Celetuk Bayu sok freandly dan tersenyum ramah pada Arumi juga bapak tua yang menoleh padanya.

"Bagi-bagi? Beli dong. Nraktir cewek bisa, beli minum buat diri sendiri nggak mampu." Sahut Arumi masih saja sewot.

"Sama temennya jangan ngomong gitu atuh neng..." Tegur bapak yang berjualan es. Bayu mengangguk dan bangga karena dibela.

Arumi hanya meliriknya tak suka.

"Pesan satu yaa pak..." Pinta Bayu lalu mengambil tempat disebelah Arumi.

"Visi dan misi lo ke daerah sini sebenarnya mau ngapain?" Tanya Arumi tanpa menoleh.

Bayu tertawa mendengar bahasa yang digunakan Arumi.

"Eh btw rumah lo emang disini? Kok di alamat yang sekolah lo nulisnya di Yogyakarta?" Selidik Bayu. Beberapa hari lalu ia memang memeriksa biodata Arumi untuk mencari tahu tanggal lahirnya.

"Suka-suka gue lah..."

"Ditanyain, jawabnya sewot."

"Makanya nggak usah nanya."

Bayu hanya menghela nafas dan memasang wajah biasa saja. Bapak tua itu sudah membuatkan es yang dipesannya.

"Oh ya Mi... Emmm lo kan orang kompleks sini. Kenal yang namanya Lia enggak?" Tanya Bayu.

"Lia siapa?" Tanya Arumi balik menanyakan nama panjang.

"Lia aja."

"Nggak tahu gue. Gue juga baru-baru aja sih pindah kesini, jadi nggak terlalu kenal sama anak kompleks."

"Oh... Eh tapi dia agak mirip-mirip sama Lo? Beneran sekilas mirip banget, cuma kalau dideketin, Lia lebih cantik plus kalem hehehe..."

Arumi menoleh kesal dengan mata membulat. "Jangan pernah samain gue sama cewek lo! Enaknya aja bilang gue mirip sama orang!"

"Sekilas Mi... Kan tadi udah gue kasih tahu Lia lebih cantik, baik, kalem..."

"Mana gue tahu... Perasaan nggak ada yang mirip sama gue disini."

Bayu mengeluarkan kertas disakunya, menunjukan pada Arumi. Takut kalau ia sebenarnya salah kompleks.

"Btw lo tahu nggak alamat ini?" Tanya Bayu.

Arumi melirik sebentar lalu mendelik. Meraih kertas itu, Arumi menoleh kejam pada Bayu.

"Lo ngapain cari alamat rumah gue?"

"Rumah lo?" Kata Bayu panik, kaget.

"Rumah lo??" Sahut Arumi malah mengikuti ucapan Bayu dengan nada mengejek.

"Tapi tadi kok ada-"

"Dini?"

Bayu mengangguk dengan pikiran masih abu-abu hitam, belum jernih.

"Orang tua kita nikah, dia sodara tiri gue. Kenapa?"

Bayu menggeleng linglung. Beberapa detik dikepalanya muncul gambar wajah Lia dan wajah Arumi secara bersamaan.

Lia...

Arumi...

Lia...

Arumi...

ARUMI SYERELLIA ANGKASA 😱.

Oh my god!!

____________________

Hahahaha 😂🤣😹

Ada yang sebelumnya sudah nebak part ini?

Atau udah tahu kalau Lia yaah Arumi? Pastilah... Kodenya jelas banget yaaa guys 😅

Btw jangan lupa keep voment...

Makasih juga hehehe 🤗

Xxx,

Salma

Continue Reading

You'll Also Like

28.5K 2.5K 28
#ProjectHalu #BowXBia Tak ada bahu kuat baginya selain bahu sang Kakak, tak ada kaki yang siap melangkah cepat menolongnya selain kaki sang Kakak, ju...
81.5K 3.9K 24
Dua aktivis mahasiswa berbeda jalur. Politik mahasiswa senantiasa mengiringi langkah mereka berdua. Mereka berada di jalur masing masing. Gedeon Prat...
10.5K 671 36
Tentang cerita yang telah usai sebelum dimulai. - - - Note: - ini bukan cerita, tapi quotes biasa - beberapa part dihapus dan di-unpublish - cover...