Guns & Yuta ✓

By intoyourlove

1.1M 196K 121K

Haruma Rui tanpa sengaja melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat. Semua menjadi semakin gila disaat Yu... More

Trailer
Prologue
1. What Say You
2. Authority
3. A Gun
4. Have A Sweet Dream
5. High
6. Love Doesn't Hurt
7. Fuck You!
8. All Right, Lion
9. I Saved You
10. I'll Try
11. Lied
12. The Truth
13. Done
14. Always
15. Heaven on Earth
16. Frightened
17. I Love You
18. Sunshine
19. Reputation
20. Look After You
21. Truly Yours
23. Your Game
24. God
25. Too Much
26. The Hell
27. Let's Break His Throne
28. Burn Him
29. Key
30. She's Dead
31. Ciao, Amore
32. Deadly
33. Here
34. Evilest Evil of All Time
35. Guns and Yuta
Epilogue

22. And I'll Win

30.5K 4.4K 1.5K
By intoyourlove

🔞 / NSFW
Maaf late update, baru sempet nulis soalnya sibuk nyiapin lebaran brow.






Gue ada di sebuah cafe, duduk berhadapan dengan Amanuma Yuku, temen cowo sekelas gue. Mata gue sibuk natap layar laptop bersamaan dengan tangan gue yang bergerak ngetik di keyboard.

Ngapain lagi kalo bukan nugas. Yup, lagi ada tugas kelompok dan kita milih untuk ngerjain di cafe. Seharusnya sih bertiga bareng Giselle tapi dianya gak bisa join karna ada urusan mendadak.

Gak masalah sih, soalnya kita bagi tugas. Gue ngerjain ppt dan nyari sumber, Yuku ngerjain laporan keuangan, sementara Giselle yang bakal jadi ngejelasin materi waktu presentasi nanti.

Gue emang cuma berdua sama Yuku tapi gue udah bilang sama Yuta kok. Baru aja sih gue ngechat dia, padahal di sininya udah lebih dari 2 jam. Itu juga karna Yuta ngechat duluan dan nanya lagi dimana, kalo gak, mungkin gue gak akan ngabarin dia. Saking sibuknya sama kerjaan, gue sampai gak kepikiran apapun selain tugas gue.

Sebenernya tanpa gue balas chat dia pun kayaknya Yuta bakal tau gue ada dimana dan sama siapa. Mata-mata dia pasti banyak banget.

"Coba nih, lo cek dulu laporannya." suruh Yuku, dia nyodorin buku besar ke gue.

Sebelum laporannya gue input ke ppt, Yuku ngerjain di buku besar dulu, jadi ntar tinggal gue masuk-masukin aja. Karna suruhan Yuku, gue menjeda kegiatan gue sebentar dan ngambil buku yang dia sodorin.

Gue ngebaca laporan keuangan hasil kerja keras Yuku itu.

"Asli, kayak mau haid mata gue ngurus gituan." eluhnya.

Gue ketawa kecil karna ngedengar penuturannya, walaupun gitu mata gue gak kemana-mana selain ke buku, mengevaluasi laporan keuangan.

Alis gue tiba-tiba berkerut saat ngerasa ada yang janggal sama laporannya. "Bentar deh," bingung gue, gue ngebolak-balik halaman. "Ini seharusnya masuk ke piutang non usaha, Ku." kata gue sambil nunjukin ke dia point yang salah.

Jujur, gue paling alergi dengan hitung-hitungan, entah akuntansi, matematika ekonomi, ataupun manajemen keuangan, itu matkul ngebuat gue gatel-gatel asli.

Apalagi kalo udah disuruh ngerekap neraca lajur, udahlah gue gantung diri aja. Masalahnya itu neraca disabar-sabarin malah ngelunjak, kalo salah di tengah, itu ampe bawah salah semua, alhasil harus ngehitung ulang. Udah gitu kalo debit kredit-nya rugi laba sama neraca gak balance, walau cuma kurang 200 perak, pusingnya ampe rahim karna harus evaluasi ulang.

Intinya adalah, gak usah kuliah kalo gak mau kena mental.

"Hah?" respon Yuku, dia majuin badannya buat ngelihat point yang gue tunjuk.

"Ini bukan piutang usaha, ini masuk ke non usaha." jelas gue.

Dia nyatuin alisnya bingunh. "Shit, kok gitu?" tanya Yuku sambil fokus ke buku yang masih gue pegang.

"Piutang pembelian saham kan ini? Ya masuk non usaha dong."

"Tapi kan pembelian."

Gue nutup buku besar dan gue sodorin ke dia. "Intinya itu salah, sisanya udah bener." pangkas gue, malas menjelaskan.

Dia menghela nafas dan mau gak mau ngerevisi laporannya lagi. Sebelum kembali ngetik, gue sempat nyeruput americano gue yang es nya udah mencair. Gak kerasa aja udah jam 7 malam, bahkan lewat. Selesai kelas tadi, gue langsung ke cafe ini jadi gak pulang dulu.

Gue dan Yuku kembali diam-diaman karna sibuk dengan tugas masing-masing. Untuk beberapa menit, kita masih tenang ngerjain tugas sampai ada seorang cowo yang nyamperin meja kita, ngebuat atensi gue dan Yuku terpusat ke dia.

Alis gue berkerut. "Excuse me?" bingung gue.

That's Yuta, y'all. Gue bingung kenapa dia bisa tiba-tiba disini karna gue gak ngerasa minta dijemput Yuta. Udah gitu dia gak pake pakaian formal kayak biasanya. Yuta cuma pake celana cargo hitam, kaos putih polos, jaket hitam, dan sneakers putih, persis kayak mau olahraga.

"Kenapa nomor kamu gak aktif?" tanya Yuta ke gue alisnya nyatu sebal.

Mata Yuku ngode ke gue seolah-olah lagi nanya siapa cowo random yang tiba-tiba datang itu. Gue ternganga sebentar, bingung mau jawab apa, sebelum akhirnya gue berdiri dari kursi dan ngenalin Yuta ke Yuku.

Gue senyum canggung. "Yuku, ini Nakamoto Yuta." perkenalan gue.

Yuta cuma masukin kedua tangannya ke dalam saku celana dan natap Yuku dengan tatapan yang sama sekali gak bersahabat. Ini kalo Yuku adalah Giselle udah pasti dia bakal ngacir pulang. Emang setakut itu Giselle sama Yuta padahal Yuta gak ngapa-ngapain dia.

Waktu gue ngenalin Yuta, Yuku langsung berdiri dan senyum ramah. "Ah, om nya Rui ya?" tanyanya basa basi sebelum dia ngejulurin tangannya. "Saya Amanuma Yuku. Nice to meet you, Om." ucap Yuku.

"Well i'm not." respon ketus Yuta, mengabaikan ajakan jaba tangan Yuku.

Gue langsung melototin Yuta. Kalo dia emang gak suka, seenggaknya jangan ditunjukin sejelas ini juga. Bener-bener orang ini gak ada santun-santunnya sama sekali!

Gue nyubit tangannya sebelum gue ngeluarin sebelah tangan Yuta dari saku celana dan ngarahin tangannya buat ngejaba tangan Yuku.

Gue ketawa canggung. "Hahaha dia emang suka bercanda." ujar gue sambil ngegoyang-goyangin tangan Yuta yang lagi gue kontrol untuk ngejaba tangan Yuku.

Gue berusaha netralin suasana yang jadi gak enak banget karna Yuta. Tapi gak berhasil. Terbukti, Yuku cuma ngangguk-angguk dan ikutan ketawa canggung yang terkesan dipaksakan sebelum ngelepasin jabaan tangan mereka.

"Ayo pulang." ajak Yuta tanpa basa basi.

"Tugasnya belum selesai."

Yuta langsung natap Yuku dengan tatapan yang mengintimindasi. "Is that so?" tanya Yuta dengan serius.

Percayalah, gak ada yang bakal tahan sama intimindasi Yuta. Terbukti, Yuku langsung terbujur kaku, matanya fokus ke Yuta tapi gelagatnya jelas nunjukin kalo dia gak nyaman, matanya beberapakali berkedip dan lehernya bergerak karna dia neguk liurnya.

"Banyak cara untuk nyelesaiin tugas kuliah. You don't have to meet in person. Iyakan, Yuku?" sarkas Yuta, masih dengan tatapan yang sama.

Yuku langsung ketawa canggung, dia langsung natap gue, kelihatan jelas kalo dia takut sama Yuta. "Hahaha iya bener, lagian udah malam juga, ada baiknya lo pulang aja, Rui. Nanti biar gue kirim file-nya ke lo."

Here we go again.

•••••

Gue noleh ke Yuta yang lagi nyetir mobil. "Why so harsh?" tanya gue dengan alis yang nyaris bertautan.

"First of all, i'm not harsh." belanya, tatapannya lurus ke depan, merhatiin jalanan.

"You feared him!"

"Fear is used to control everyone, Rui."

Gue berdecih dan ngebuang muka ke arah lain. Sekarang gue ngerti darimana Yuta dapat label sangarnya. Dia mengintimindasi dan memanipulasi pikiran orang-orang, bener-bener gak mau kalah.

"Terus juga, tumben banget kamu nyetir. Biasanya juga pake supir." celetuk gue.

"Tadi saya panik. Pas ponsel kamu mati saya kira kenapa-napa."

Gue ngebuang nafas dan natap Yuta dengan sedikit kekesalan di raut gue. "Gak usah alasan. Kamu bisa tau aku baik-baik aja karna mata-mata kamu dimana-mana kan? Jadi sebenernya kenapa nyamper?"

Sekilas, Yuta noleh ke gue sebelum kembali fokus ke depan. "Ya enggak kenapa-napa, emang gak boleh?" dia masih coba membela diri.

"Aku lagi ngerjain tugas! And you ruined everything out of sudden!" protes gue.

Bukannya ngerasa bersalah, dia malah ketawa lecil. Tangan Yuta yang tadinya di tuas transmisi ngeraih sebelah tangan gue. Dia ngecup tangan gue sebelum digenggam erat dan diletakin di pipinya.

Tanpa natap gue, Yuta ngeluarin suaranya. "Well, i'm sorry." katanya kemudian, berhasil ngebuat gue yang tadinya sebel langsung berbunga.

Gue jadi senyum karna itu. Gue nyubit pipi Yuta dan gue goyang-goyangin. Astagah, memang gue lemah banget sama pelet Yuta. Jiwa meleyotan kayak gue bener-bener gak bisa dihalusin dikit, dihalusin dikit langsung almarhumah.

"Oh iya, aku mau ngomong!" ujar gue, gue narik tangan dari genggaman Yuta.

Yuta noleh ke gue beberapa detik. "What is that hm?" tanyanya.

"Ini tentang orang yang waktu itu nusuk aku di mall..." buka gue. "Kemarin aku nemuin Yoshi... Maybe you know something i don't?"

Jujur, karna omongan Yoshi kemaren, gue jadi agak kebingunan. Gue yakin kalo dalang dari penyerangan itu adalah Yoshi dan papanya, tapi dengar omongan dia kemaren, entah kenapa ngebuat gue jadi kembali bertanya-tanya.

Kalo emang bukan Yoshi dan papanya, terus siapa? Gue gak ngerasa punya musuh selain mereka dan Nako. Apa mungkin Nako? Tapi, bisa aja omongan Yoshi cuma sekedar distraction supaya gue kebingungan.

Yuta gak langsung ngejawab, diam sebentar sebelum akhirnya berdehem dan noleh ke gue sekilas. "I know much, Rui." jawabnya.

"Then tell me..."

"Gak sekarang, okay?" ajaknya berkompromi. "Saya juga masih menggali ini, Rui. But you can count on me."

Sejenak gue bungkam dan cuma natap dia yang lagi fokus nyetir. "So you've made a strategy?" tanya gue.

Dia ketawa miring, kelihatan tajam dan licik. "Of course, Love." jawabnya, dia noleh ke gue. "Gak ada peperangan yang dimenangkan tanpa strategi."

Gue menghela nafas panjang, ngerasa lebih tenang karna Yuta udah punya rencana. "You're playing with death. Does that fear you?" ucap gue.

"A king always turns fear and pain into power, Haruma." jawab Yuta, tatapannya lurus ke depan tapi matanya kelihatan yakin dan pasti. "And i'll win."

Gue masih kukuh buat bungkam.

"Not immediately, but definitely." tambahnya.

"Then tell me one of your plans." minta gue.

"My plan?" ulang Yuta, dia noleh ke gue bentar. Gue berdehem dan ngangguk sebagai respon. "Marry you?" ucapnya.

Reflek, gue ketawa. Rasanya menggelitik banget waktu Yuta bilang begitu, kayak gue seneng tapi lucu. Jujur, gue sih siap banget. Nikah besok juga gue iya-iya aja.

"Then let's get married, Om Yuta!" canda gue.

"We can always do that, Rui. But at least graduate first." balasnya.

Gue terkekeh kecil. Sejenak gue mandangi Yuta sambil senyum. Kenapa sih setiap ngeliat dia tuh gue kayak makin jatuh cinta? Yuta selalu berhasil ngebuat paru-paru gue kayak ditumbuhi bunga, sesak tapi gue suka.

Tanpa peringatan gue langsung ngecup pipi Yuta, ngebuat orangnya noleh ke gue, kelihatan sedikit kaget. Sementara gue langsung natap jalanan di depan dan senyum salting.

Gue bisa ngedengar suara kekehan Yuta sebelum gue ngerasain sebelah tangannya yang tadinya di tuas transmisi berpindah ke paha gue. Dia ngelus dan ngeremas bagian paha dalam gue, sukses ngebuat gue merinding. Karna itu, Yuta jadi nyetir tangan satu.

Shit. Mana hari ini gue pake tennis skirt yang pendeknya cuma setengah paha, jelas itu memudahkan tangan Yuta untuk menjelajah di sekitar sana.

"Relax, Kitten." suruhnya dengan nada rendah, gak kehilangan fokus dengan jalanan walaupun tangannya dengan liar ngeremas-remas paha gue.

Gue mencoba relax dengan ngebuang nafas lewat mulut. Sebelah siku tangan gue bertumpu di kaca mobil dan gue ngegigitin jempol tangan gue itu. Santai, Rui, santai... Tapi ya gimana mau santai, yang ada gue justru turn on!

"Na Yuta, free my thighs, please..." kata gue, nyuruh dia buat ngelepasin tangannya.

Yuta ngesmirk licik. "No until i hear your moan and both of your legs are shaking." jawabnya.

Shit.

Bener aja, setelah itu tangan Yuta makin naik, mendekat ke sensitif area gue. Gue panik dan reflek nahan pergelangan tangan Yuta waktu dia ngelus kewanitaan gue dari luar panty.

"Na Yuta please!" tahan gue, kewalahan sendiri.

"Wider, little one." seolah gak peduli, Yuta malah merintah gue. "Open your legs wider."

Gue natap dia dengan alis yang sedikit menyatu. "No!" tolak gue.

Yuta sama sekali gak noleh ke gue, dia beneran fokus sama jalanan. Waktu gue nolak perintah dia, Yuta langsung ngetek satu spot di miss V gue, ngebuat badan gue rasanya kayak abis disetrum, jelas kaki gue auto kebuka lebar karna kelakuan Yuta. Spontan gue ngeremas tangan Yuta dan tanpa sadar ngelepas desahan.

"Ahh!"

Yuta menyeringai, ngerasa jadi pemenang. "Good girl." ucapnya kemudian.

Gue natap dia gak percaya. "You're unbelievable! That was rough!" protes gue.

Dia noleh ke gue bentar. "You know how i play, Haruma." katanya sambil senyum licik.

"You son ofㅡ ahh fuck!!" belum sempat ngumpat, tangan Yuta main nyelonong masuk ke dalam panty gue dan jarinya bergerak lihai di dalam mahkota gue.

Gue ngedongak dan badan gue menggeliat kewalahan, bener-bener bingung harus enjoy apa enggak. But in fact, i always love his touch. Sebelah tangan gue pegangan di hand grip kuat-kuat dan tangan lainnya ngeremas tangan Yuta. Shit! Nakamoto sialan!

"No swearing please." kata Yuta.

"You insane..." umpat gue susah payah.

Di tengah panasnya badan gue, telinga gue nangkap suara getaran hp. Dengan nafas yang naik turun, tangan gue coba ngeraih hp yang gue taruh di door trim mobil. Tanpa ngebaca nama sang penelpon, gue langsung ngangkat panggilannya dan nempelin hp di telinga.

"Gimana tadi tugasnya? Aman aja, Rui?" gue bisa dengar suara Giselle.

Yuta noleh ke gue dan senyum liciknya terpampang lebar. Jari-jari Yuta bergerak makin cepat, ngebuat gue bener-bener keteteran.

"Giseuhhllee..." gue coba ngejawab pertanyaan Giselle tapi Yuta gak ngasih gue ampun.

"Giseuhulle?" bingung Giselle.

Gue ngegigit bibir bawah dan nyandar di kursi mobil sambil mejamin mata, nahan supaya moan gue gak keluar. Nafas gue gak karu-karuan. Bener-bener si Yuta!

"Rui?" ucap Giselle lagi.

Yuta melanin pergerakan jarinya, dan itu jadi kesempatan gue buat bicara. "N-nanti... nanti gue telpon lagi..." jawab gue dengan suara terbata-bata.

"Lo kenapa sih?"

Tapi kemudian dengan cepat tangan Yuta kembali bergerak di miss V gue. Gue menggeliat habis-habisan, nahan moan susah payah.

"Euhhh eungg... nanti..."

"Nanti apa sih? Gue mau tau doang aman gak tugas kelompok?" Giselle masih kebingungan.

Mobil Yuta berhenti di lampu merah. Dengan seringainya, Yuta ngedeketin wajahnya ke telinga gue. Tangannya yang tadinya ada di stir sekarang malah ngelus paha gue, coba nenangin gue.

"Do you want me to stop, Kitten?" bisiknya di telinga gue.

Gue ngelirik dia dan ngangguk, muka gue pasti merah banget karna nahan suara mati-matian.

Gak sedetikpun seringai dia luntur. "Then use your words and call me with my fav." instruksinya, masih ngebisikim gue.

Gue menggeleng. Hell, no.

Yuta natap gue dan naikin sebelah alisnya. "No?" tantangnya.

"Rui lo ngambek ya sama gue karna gue gak ikutan kerkel?" tanya Giselle lagi.

Gerakan jari Yuta di miss V gue kayak ngebuat lingkaran. Serius, badan gue rasanya kayak diaduk. Geliatan badan gue juga semakin gak bisa gue kendaliin. Gue beneran nyaris ngeluarin moan tapi gue gak mau, harus gue tahan. Fuck you, Na Yuta!

"Okay, okay..." pasrah gue sambil ngangguk gak berdaya. Gue neguk liur sebelum ngikutin kemauan Yuta. "Daddy please... Please i beg you to stop..."

That is Yuta's fav.

"D-daddy...? Elo mabok?!" protes Giselle.

Yuta senyum miring, ngerasa puas karna berhasil bikin gue gila kayak gini. Dia nyengkram leher gue pake sebelah tangan dan ngecup sisi samping leher gue. "Okay, daddy's gonna stop, little girl." katanya dengan suara kecil.

Dan beneran, setelah itu tangannya berhenti bergerak, ngebuat gue lega bukan main. Gue ngambil nafas kayak orang kesetanan. Yuta kembali fokus ngendaliin mobil.

"Rui!" rewel Giselle.

Gue mijat pelipis, lega banget. "Iya tugas aman. Tapi belum selesai semua, ntar gue kirim materi ke lo biar lo pelajarin."

"Lo mabuk gak sih?"

Mabuk karna Yuta iya banget.

"Kinda." jawab gue. "Udah dulu ya, gue engap. Nanti gue kabarin."

"Ya elaㅡ"

Gue langsung matiin telpon Giselle. Bukannya gimana-gimana, itu anak gak akan berhenti nelpon gue kalo gak gue jawabin.

Setelah telponnya mati, gue ngeletakin hp di paha gue. Gue nyandar dan ngebuang nafas lewat mulut.

Yuta noleh ke gue dan ketawa kecil. "Kamu keringetan." ujarnya.

Gue langsung natap dia. "You think?!" emosi gue agak membara.

Yuta cuma ngerespon dengan kekehan. Ayo lah sini gue sepak kepala Yuta. Bener-bener kayak gak ada rasa bersalahnya padahal abis ngebuat gue geliatan kayak cacing kermi.

Lagi, tiba-tiba hp gue bergetar. Gue langsung ngambil hp dan ngebaca nama sang penelpon. Awalnya gue kira Giselle, tapi ternyata bukan. Alis gue nyatu, gue terdiam natap layar hp. Yuta jadi naruh atensinya di gue.

"Siapa?" tanya Yuta.

Gue menghela nafas berat. "Mama." jawab gue kemudian.

To Be Continued...

Continue Reading

You'll Also Like

149K 23.5K 39
"Pilih gue atau pacar lo?" "Gue pilih ...." ©2016, beobleteas [beobleteas x han-adulsetnet collaboration story] 「290317」 #13 in ss?
8.6K 1.4K 12
"Unrequited love does not die; it's only beaten down to a secret place where it hides, curled and wounded. For some unfortunates, it turns bitter and...
17.7K 2.5K 24
Nadien tak pernah menyangka bisa jatuh hati pada musuhnya. Laki-laki yang selalu membuatnya berteriak hingga sakit kepala. Laki-laki yang sepertinya...
118K 11.5K 33
(n.) hocus Byun Baekhyun Hidup adalah jalan dimana kita harus menjatuhkan sebuah pilihan. Kita bahkan tidak tahu apakah keputusan yang kita pilih aka...