𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝗕 (✔)

By salmanurjanah64

15.3K 2.4K 141

Tentang Arumi, murid baru yang menjadi target bully di kelasnya sendiri karena menolak panitia OSIS yang mema... More

Cast Tokoh SMA
SMA🍁 Tragedi Hari Pertama
SMA🍁 Terlambat Itu Masalah
SMA🍁 Ketemu Hantu Sekolah
SMA🍁 Pura-Pura Tidak Tahu
SMA🍁 Dibalik Ributnya Dunia
SMA🍁 Derita Jadi Anak Baru
SMA🍁 Tetap Bertanggung Jawab
SMA🍁 Ingatan Kurang Jelas
SMA🍁 Rahasia Kelas IPA B
SMA🍁 Ketua Kelas Atau Babu?
SMA🍁 Jatuh Cinta Beneran
SMA🍁 Mendadak Jadi Perhatian
SMA🍁 Salahkah Jika Berubah?
SMA🍁 Matematika Mati Rasa
SMA🍁 Rumus Hadapi Playboy
SMA🍁 Perang Dunia Asmara
SMA🍁 Gara-Gara Diputusin
SMA🍁 Gosip Skandal Sekolah
SMA🍁 Cuma Anak Pembantu?!
SMA🍁 Sudah Terlalu Hancur
SMA🍁 Malaikat Pembawa Cerita
SMA🍁 Arumi Bagian Anak IPA
SMA🍁 Kamu Tidak Sendirian
SMA🍁 Mencari Sosok Pengganti
SMA🍁 Smile Sticker Random Xxxx
SMA🍁 Kenyataan Untuk Intan
SMA🍁 Tidak Sengaja Bertemu
SMA🍁 Ujian Tengah Semester
SMA🍁 Gara-Gara Ketiduran
SMA🍁 Misi Untuk Arumi
SMA🍁 Hampir Saja Bertemu
SMA🍁 Panggilan Sayang Arumi
SMA🍁 Mereka Tidak Berbeda
SMA🍁 Arumi Syerellia Angkasa
SMA🍁 Masalah Terus Bertambah
SMA🍁 Untuk Pertama Kalinya
SMA🍁 Tidak Masuk Sekolah
SMA🍁 Tidak Tahu Dimana
SMA🍁 Setelah Seminggu Berlalu
SMA🍁 Disuatu Malam Panjang
SMA🍁 Penjelasan Dari Dokter
SMA🍁 Hari Penuh Kejutan
SMA🍁 Kesempatan Dikesempitan
SMA🍁 Ada Apa Dengan Rian?
SMA🍁 Membiasakan Diri Tanpanya
SMA🍁 Baik, Hukuman Berikutnya
SMA🍁 Legenda Tangkuban Perahu
SMA🍁 Manusia dan Masalahnya
SMA🍁 Antara Bayu dan Rian
SMA🍁 Di Sisa-Sisa Keajaiban
SMA🍁 Deretan Peristiwa Mengejutkan
SMA🍁 Satu Bulan Kemudian
SMA🍁 PEMBERITAHUAN

SMA🍁 Jarak Semakin Dekat

234 44 5
By salmanurjanah64

Keep Voment & Follow

🍿HAPPY READING🍿
________________

Karena tidak mau membahas panjang lebar terlebih lagi harus mengingat kejadian malam itu, Arumi terpaksa harus berbohong pada seisi kelas termasuk gurunya sendiri. Ia bilang gara-gara telat bangun, Arumi memutuskan untuk sekalian tidak masuk sekolah. Beberapa orang mencibirnya, namun tidak sedikit yang membelanya, meski dengan kalimat yang tidak secara langsung ditujukan pada Arumi. Seperti, 'Wajar lah, emang lo nggak pernah bangun kesiangan? Kucing yang nggak sekolah aja bangunnya jam sembilan!', dan beberapa kalimat lain yang cukup membuatnya lega.

Seminggu berlalu seperti biasa. Seperti saran Rian, Arumi berusaha tetap santai dan tidak peduli dengan orang-orang disekitarnya. Jika orang-orang yang diharapkannya mengabaikan dirinya, setidaknya Arumi yang tidak mengabaikan dirinya sendiri.

Jadi-

Mari lalui hari-hari yang tersisa dengan hal-hal yang lebih berguna daripada memikirkan hal yang membuat pusing kepala.

Mengabaikan semua ucapan menyakitkan ibu tirinya, Arumi melangkah santai dan berusaha serileks mungkin ketimbang hari-hari kemarin.

Menatap jam dipergelangannya, Arumi melirik tangga dan berlari secepat yang ia bisa menjejaki anak tangga. Sekitar dua puluh menit lagi bel apel akan berdering, ia harus segera sampai ke kelas dan melakukan rutinitas seperti hari-hari biasanya. Mengingat kemarin dirinya tidak masuk, Arumi sedikit kepikiran bagaimana kondisi kelasnya sekarang.

Hampir sampai dianak tangga terakhir, langkah Arumi tertahan sebentar ketika melihat Bayu tepat berada diatas, dimuka tangga dengan tong sampah penuh ditangannya.

Kurang lebih lima detik, Arumi melangkah pelan tanpa mengatakan apapun. Bahkan ketika lewat disebelah Bayu, ia juga tak bersuara sedikitpun padahal mereka bersitatap sekilas.

Sebagian orang mungkin menganggap sifat Arumi ini sombong. Tapi perlu dicatat dalam otak masing-masing, bahwa kepribadian seseorang itu tidak sama dan berbeda. Melabeli seseorang hanya karena kepribadian bawaan mereka yang sulit diubah adalah hal yang salah. Seseorang berhak memperlihatkan seperti apa diri mereka tanpa perlu menutupinya dengan bersikap sok ramah atau sok seru hanya untuk dinilai baik oleh sekitar. Jika kita terbiasa memaksa diri untuk mengikuti apa yang diinginkan orang lain, maka secara tak sadar kita menciptakan beban untuk diri sendiri.

Dan Arumi, baginya beban dirumah sudah cukup membuat hidupnya berantakan tak karuan. Berpura-pura biasa saja tinggal seatap dengan keluarga baru ayahnya, entah itu keputusan yang salah atau benar. Tapi yang pasti, di satu sisi Arumi hanya ingin sisa-sisa harinya masih bisa melihat dan mendengarkan Ayahnya.

"Tas lo sama gue." Ucap Bayu sebelum langkah Arumi berbelok di lorong kelas. Meletakkan tong sampah ke bawah, Bayu berbalik dan melihat Arumi menolehkan leher padanya tanpa berbalik. Perempuan itu berganti tas lagi rupanya.

"Oh, dimana?" Tanya Arumi berencana ingin langsung mengambil tasnya.

"Di tas gue. Ntar habis buang sampah yaa?" Sahut Bayu tercekat. Bagaimana tidak, disaat kau berusaha bersikap ramah dan berharap disambut hangat, eh ternyata malah ditanggapi dengan cuek seperti itu.

Tak menyahut, Arumi hanya mengangguk lalu berlalu. Bayu sendiri hampir semenit mematung dengan pikiran kosong menatap kosong langit didepannya. Entah sejak kapan ia merasa menyesal karena sudah membangun hubungan tidak baik sejak hari pertama mengenal Arumi. Dan ia sendiri semakin sadar kalau semakin hari ia semakin penasaran pada Arumi. Dibalik sikap cuek dan songongnya itu, Arumi benar-benar perempuan yang bertanggung jawab. Menggantikan piket setiap hari tanpa mengomel adalah hal yang luar biasa.

"Bay?"

"Eh-" Sahut Bayu berbalik dengan ekspresi agak terkejut karena ia sama sekali tidak mendengar seseorang melangkah menjajaki tangga, lalu tiba-tiba Agung memegang pundaknya.

"Ngelamunin apa lo pagi-pagi gini?" Tanya Agung menatap sahabatnya itu, bergantian dengan tong sampah disebelah kakinya.

"Enggak. Ngeliat langit, cerah banget. Kayaknya nanti siang panas deh hawanya." Jawab Bayu sembarang lalu menunduk mengambil tong sampah. "Kalau gitu gue turun dulu yaaah..." Kata Bayu lagi lalu menuruni anak tangga tergesa-gesa.

Agung menoleh cepat dan menatap punggung Bayu dengan perasaan aneh. Ia sudah begitu mengenal Bayu, sehingga kebiasaan laki-laki itu sangat dihafalnya.

Tak memikirkannya terlalu jauh atau menebak-nebak apakah Bayu berbohong, Agung memutuskan tetap melangkah menuju kelas.

Jujur saja pikirannya agak kacau setiap melihat Bayu ataupun Arumi. Bisa dibilang begini, jika melihat Bayu, Agung akan mengingat Arumi, dan sebaliknya. Dan Agung masih belum berani menanyakan kebenaran itu meski ia dan Bayu sering nongkrong di kafe berdua, ia tak pernah berani mengetahuinya secara langsung dari bibir Bayu. Dan Bayu, sahabatnya itu juga tidak pernah membahas Arumi jika mereka bersama.

"Agung..." Saat separuh badannya sudah masuk ke dalam kelas, Agung terkejut sekaligus tidak menyangka ketika seseorang menegurnya.

Mundur selangkah, ia bisa melihat Arumi yang sedang mengisi tinta spidol baru saja keluar kelas. Berkoneksi dengan cepat, Agung benar-benar seperti diberi sebuah kejutan manis dan asam secara bersamaan. Tidak percaya Arumi menegurnya sehangat matahari pagi, tapi disisi lain ia seperti baru saja diberi konfirmasi mengenai hubungan perempuan itu dengan sahabatnya.

"Sendirian?" Ceplos Agung tidak tahu harus merespon seperti apa disaat pikirannya sedang tidak baik.

"Enggak kok. Oh... Kirain tadi ketemu Bayu dibawah..." Jawab Arumi ramah. Beberapa kali bertemu dan berbicara dengan Agung yang selalu bersikap ramah padanya, Arumi tidak mungkin menyamakan laki-laki itu dengan Bayu, yang meski sekelas tapi sering mencari gara-gara dengannya.

"Oh... Lupa. Tadi ketemu kok." Agung tertawa paksa mengatakan itu. "Kalau gitu gue masuk yaaah?"

Arumi hanya mengangkat jempol dan tersenyum tipis menyahutinya.

______________________

Sebenarnya sedikit aneh jika Arumi menerima tawaran Bayu barusan, tapi menolaknya juga sangat disayangkan, apalagi laki-laki itu sudah membawakan tasnya, dan tentunya menyodorkan buku catatan miliknya.

Menyambutnya tanpa senyum, Arumi hanya mengangguk.

"Thanks yaa, besok gue kembaliin." Kata Arumi lalu berjongkok untuk memasukan tas beserta buku catatan Bayu ke dalam tasnya yang kini jauh lebih besar.

"Ntar kalau ada yang nggak paham chat aja."

"Oh iya." Sahut Arumi mengangguk lagi tanpa ekspresi.

"Lo masih nyimpen nomor gue kan?"

"Masih-masih."

"Itu kan catatannya yang fisika sama Kimia lumayan banyak, ngembaliinnya besok-besoknya juga nggak papa. Kan kita satu kelas juga..." Kata Bayu lagi. Semua siswa dikelas itu sudah keluar beberapa menit lalu. Tadi pagi Bayu tidak sempat mengembalikan tas Arumi karena keburu ada anak kelas yang datang.

"Oh... Iya." Ucap Arumi pendek.

Beberapa detik mereka terdiam.

"Lo nggak punya kosa kata lain yaa, selain oh sama iya?" Ceplos Bayu tak tahan berkomentar karena berbicara sepanjang apapun, jawaban Arumi sangat pendek.

Arumi tak terlalu menanggapi ucapan Bayu barusan. Ia memilih melirik jam tangannya dan pamit untuk berlalu duluan.

"Besok janji gue kembaliin bukunya. Gue balik duluan..." Kata Arumi lalu berlalu padahal Bayu belum menyahutinya. Menatap kelasnya yang kosong itu, Bayu geleng-geleng kepala sendiri menilai sosok Arumi.

"Tu anak beneran samasekali nggak naksir gue?" Gumam Bayu pelan dengan kadar penasaran yang menjadi-jadi.

___________________

"Mau kemana lo? Panas-panas gini keluar rumah. Gosong baru tahu rasa." Komentar Andini yang sedang duduk santai disofa dengan wajah yang sudah diolesi masker. Dari sound yang Arumi tangkap, saudara tirinya itu sedang menonton drama Korea.

"Keluar." Sahut Arumi pendek tanpa mempermasalahkan komentarnya. Setelah memasang topi dan menutupinya lagi dengan topi hoodie, Arumi bergegas meninggalkan rumah. Siang ini ia tidak memesan ojek atau taksi online, tapi akan menjaga taksi biasa didepan kompleks.

Berdiri sambil menunggu taksi, Arumi menunduk menatap rok abu-abu yang menutupi mata kakinya, lalu beralih pada paper bag ditangannya.

Mata besarnya menatap serius, memandangi kendaraan dan beberapa orang yang berjalan tergesa-gesa. Konteks tergesa-gesa disini tentu saja berbeda dengan pemaknaannya ketika berada di negara-negara maju seperti Jepang, Korea dan negara yang masuk kawasan Asia Timur lainnya.

Jika disana orang-orang tergesa-gesa karena menjunjung tinggi ungkapan time is money (waktu adalah uang), sedang di Indonesia karena terik matahari yang cukup ampuh untuk membakar kulit menjadi lebih gelap.

Sadar atau tidak, semakin tahun bertambah, semakin kebudayaan luar Indonesia masuk dan menjadi konsumsi generasi muda, ada banyak hal yang berubah secara perlahan bahkan menghilang tanpa dipertanyakan.

Yang tidak masuk akalnya, hal seperti ini justru terkadang dipraktekkan langsung oleh orang-orang berpendidikan dan berstatus dari kelas yang cukup tinggi.

Hal yang sangat terlihat adalah hilangnya rasa cinta pada karya anak bangsa sendiri. Entah apapun itu, saat ini, para orang kaya di negeri ini akan berlomba-lomba membeli dan memamerkan barang-barang branded yang jelas-jelas produk luar negeri. Seolah lomba, siapa yang bisa membeli yang paling mahal, maka status sosialnya akan bertambah terpandang.

Alasannya cukup beragam, mulai produk luar negeri lebih bermutu dan ber-merk, hingga hanya karena tas atau pakaian tersebut digunakan oleh seorang aktris Hollywood, maka pemilik uang berlebihan akan berusaha untuk memilikinya juga. Mungkin anggapan mereka, jika tidak bisa menjadi publik figur yang mendunia, setidaknya bisa menyamai kehidupan publik figur tersebut. Dan disamping itu, ada juga yang membantah dan mengatakan kalau hal seperti itu hanyalah sebatas hobi.

Tapi yaa sudahlah... Padahal jika dipikir-pikir, uang yang mereka hambur-hamburkan itu sangat berguna jika dikumpulkan untuk membangun sekolah-sekolah gratis untuk masyarakat yang kurang mampu.

Bukankah semakin pendidikan anak bangsa bagus dan terjamin, maka bisa jadi beberapa tahun lagi Indonesia juga bisa menciptakan barang-barang brended yang tak kalah mendunia. Apalagi mengingat Indonesia yang terdiri dari banyak suku dan kebudayaan yang benar-benar beragam.

Kembali ke jalan dimana Arumi menunggu taksi 🚖

Sebuah taksi berhenti, Arumi masuk dan mengatakan alamat apartemen Rian. Yaa, hari ini, setelah seminggu menarik-ulur kapan mengembalikan baju laki-laki itu, ia akhirnya memutuskan pergi.

"Kasih tahu nggak yaa kalau gue dateng..." Batin Arumi masih ragu. Sejak berpisah hari itu, ia sama sekali tidak menghubungi nomor Rian yang sudah di simpannya.

"Tapi nanti kalau nggak dikasih tahu, takutnya kak Rian sibuk lagi..." Bisik hatinya lagi sambil menimang ponsel.

Setelah beberapa menit mempertimbangkan hal tersebut, Arumi memutuskan mengirim chat. Melihat tanda centang dua yang berarti laki-laki itu menyalakan ponselnya, Arumi lekas mematikan data seluler ponselnya. Menyimpannya ke dalam saku hoodie, entah kenapa ia merasa aneh bertingkah seperti ini.

Aneh saja, ini pertama kalinya ia mengajak laki-laki bertemu, meski alasannya cukup jelas.

Ingin mengembalikan baju minggu lalu.

___________________

Rian menoleh dan menyudahi game-nya ketika Bayu menghempaskan diri tepat disebelahnya.

"Napa lu?" Tanya Rian peka dan bisa melihat kalau adiknya itu sedang ada dalam aura masalah.

"Nggak papa. Capek aja belajar mulu." Sahut Bayu lalu mencopot kaca matanya dan bersandar sambil memejamkan mata.

Rian terdiam sebentar sebelum akhirnya mencolek bahu Bayu dan memperlihatkan sesuatu di ponselnya.

Melihat itu Bayu agak terkejut meski masih terlihat malas dan tidak berminat.

"Dari siapa? Banyak banget..." Komentar Bayu lalu kembali bersandar.

"Om Charles." Sahut Rian pelan berhati-hati.

"Oh..." Jawab Bayu malas dan kembali memejamkan mata.

"Keluar yuk cari mobil. Lo kan mau lulus bentar lagi." Celetuk Rian yang membuat Bayu membuka mata sedikit.

"Males ah!"

"Lu mahh..." Kata Rian lalu ikut bersandar dan malas juga pergi keluar siang-siang begini.

Beberapa menit tak ada yang bersuara diantara mereka, hingga sebuah getaran membuat Rian membuka malas ponselnya.

Arumi SMA: Kak Rian hari ini di apartemen nggak? Mau ngembaliin baju yang waktu itu.

Setelah membaca itu Rian langsung berdiri dan berlari ke kamarnya.

"Mending beli roket sekalian, biar bisa jalan-jalan ke bulan." Celetuk Bayu saat menyadari kakaknya barusan pergi ke kamar.

Rian sendiri langsung mengganti celana pendeknya dengan jeans dan melapisi kaos oblongnya dengan jaket denim. Mengambil kunci mobil sekalian menyemprotkan sedikit parfum ke bagian ketiaknya.

Melewati sofa, ia tak berpamitan, mengira Bayu sudah tertidur karena posisi adiknya itu tidak berubah sejak tadi.

Bayu yang menyadari itu langsung membuka mata dan cepat berdiri lalu berlari ke pintu untuk bertanya kemana kakaknya itu pergi. Ia hanya bisa menghela nafas ketika melihat mobil itu baru saja melesat keluar gerbang.

"Kemana sih? Tumben keluar siang-siang gini... Buru-buru lagi." Gumam Bayu masih berdiri didepan pintu sambil memandangi Pak Djarot menutup kembali gerbang rumahnya.

Menghembuskan nafas lelah dan kesal secara bersamaan, Bayu berbalik dan naik ke kamarnya. Ia sendiri bingung kenapa moodnya hari ini mendadak tidak baik. Malas mengerjakan sesuatu seolah sedang banyak masalah. Padahal Bayu tidak tahu masalah apa yang membuatnya mendadak malas seperti ini.

"Nanti malam Lia ikut jualan nggak yaaa?" Batin Bayu yang sudah merebahkan diri dan menutup matanya. Dua hari sudah ia tak menemui perempuan itu setiap singgah dibawah flyover. Menanyakan secara langsung juga rasanya aneh, mengingat ia dan Lia hanya sebatas penjual dan pembeli. Tak ada obrolan istimewa diantara mereka. Dan Bayu memang datang ke tempat itu hanya untuk melihat senyum manis Lia yang bisa membuatnya agak lupa seberapa menyebalkannya Arumi.

Tapi itu waktu itu.

Beberapa hari ini, Bayu malah ingin berteman baik dengan Arumi, meski perempuan itu masih saja menanggapinya seperti kemarin-kemarin.

Disisi lain, Bayu juga sedikit penasaran kenapa Arumi tidak tertarik padanya.

Atau itu hanya sekedar pura-pura?

____________________

Entah sudah ke berapa kali Arumi membaca ulang chat yang ia kirim pada Rian dan balasan dari laki-laki itu.

Kak Rian: "Gue lagi diluar. Lo tunggu di lobi bawah aja yaa... Jangan kemana-mana"

Tak ada yang salah atau berbau romantis, tapi entah kenapa ia tak bosan membacanya. Atau mungkin karena tidak ada teman mengobrol, sehingga menatap chat itu berkali-kali adalah satu-satunya cara untuk menghibur diri dilobi apartemen yang sebenarnya tidak sepi ini.

Yaa, kalian tahu kan, tidak semua orang nyaman dengan keramaian dan bisa memulai obrolan dengan nyaman dengan orang baru dikenalnya.

"Lama yaa nunggunya? Tadi soalnya bensin mobilnya tinggal dikit, jadi mau nggak mau ngantri di pom."

Arumi mendongak dan cepat menyembunyikan ponselnya ke pangkuan ketika tiba-tiba Rian datang dan ikut duduk disebelahnya.

"Oh... Enggak kok Kak." Elak Arumi tak merasa terbebani meski ia duduk di kursi panjang ini 15 menit lalu. "Oh ya, ini bajunya kak. Makasih..." Lanjut Arumi lagi karena tidak tahu harus berbicara apa.

Rian tersenyum tipis dan menyambut paper bag itu, meletakkannya ke kursi sebelah kanannya.

Semenit, tak ada lagi obrolan. Arumi tidak tahu ingin berkata apa lagi, karena tujuannya kesini sudah terselesaikan. Sedang Rian ingin mencari topik yang bisa membuat kebersamaan mereka sedikit bertahan. Ia juga penasaran bagaimana perasaan Arumi sekarang. Apakah ada terbersit ingin bunuh diri lagi. Tapi membicarakan hal itu disini rasanya agak aneh. Ingin mengajak perempuan itu pergi, tapi Rian benar-benar tidak tahu cara melakukannya.

Dua menit, dan itu cukup untuk Arumi undur diri setelah menunggu apakah Rian akan mengatakan sesuatu padanya. Tapi sejak tadi, laki-laki itu hanya berulang kali terdiam dan sesekali meneguk teh botol sosro ditangannya.

"Kalau gitu... Aku pamit pulang yaa kak." Ucap Arumi meringis tak enak setelah berpikir ribuan kali.

Menoleh cepat pada Arumi yang sudah mau berdiri, Rian melirik jam tangannya dan ikut berdiri juga.

"Emmm... Gue anterin yaaa? Emm... Rumah lo arahnya kemana?"

Agak terkejut, Arumi tak mengangguk juga menggeleng, tapi bibir terbuka dan jemarinya menunjuk ke arah kiri jalan. "Kesana..."

"Oh... Sekalian berarti. Gue juga mau lewat sana. Yuk!" Kata Rian mencoba bersikap biasa saja. Untuk menutupi ekspresinya yang entah seperti apa, ia berjalan duluan untuk keluar gedung itu.

Arumi sendiri agak terkejut juga bingung, tapi tidak tahu harus seperti apa dan melakukan apa.

"Kak paper bag-nya ditinggal disini?!" Teriak Arumi agak keras karena Rian memang sudah agak jauh.

Berbalik dan menoleh kaku.

"Oh iya. Lupa." Ucap Rian yang mendadak speechless dan berjalan pelan mengambil paper bag-nya.

_____________________

Ask me: salmanurjanah64 🐻

Xx,

Salma

Continue Reading

You'll Also Like

405K 3.6K 8
" Kamu pantas bahagia, Aku akan melakukan apapun. asalkan kamu bisa terus tertawa dan tersenyum. Airin " _ Satria. " Kamu sudah terlalu baik pada ku...
31.3K 2.3K 39
{FOLLOW SEBELUM BACA} [SUDAH TAMAT ] ALURNYA AKAN AKU RUBAH SEDIKIT DAN ENDINGNYA BAKAL BEDA:) "God's destiny will remain the same, no matter how str...
641K 50.8K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
10.5K 671 36
Tentang cerita yang telah usai sebelum dimulai. - - - Note: - ini bukan cerita, tapi quotes biasa - beberapa part dihapus dan di-unpublish - cover...