Guns & Yuta ✓

By intoyourlove

1.1M 196K 121K

Haruma Rui tanpa sengaja melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat. Semua menjadi semakin gila disaat Yu... More

Trailer
Prologue
1. What Say You
2. Authority
3. A Gun
4. Have A Sweet Dream
5. High
6. Love Doesn't Hurt
7. Fuck You!
8. All Right, Lion
9. I Saved You
10. I'll Try
11. Lied
12. The Truth
13. Done
14. Always
15. Heaven on Earth
16. Frightened
17. I Love You
19. Reputation
20. Look After You
21. Truly Yours
22. And I'll Win
23. Your Game
24. God
25. Too Much
26. The Hell
27. Let's Break His Throne
28. Burn Him
29. Key
30. She's Dead
31. Ciao, Amore
32. Deadly
33. Here
34. Evilest Evil of All Time
35. Guns and Yuta
Epilogue

18. Sunshine

43.4K 5.6K 3.6K
By intoyourlove

Gue ada di dalam kamar mandi Yuta, berendam pake air hangat di dalam bath tub-nya yang dipenuhi busa. Kaki gue menyilang dan tumit gue jadi tumpuan di bibir bath up. Gue nyandar di ujung bath tub sambil ngegigitin jempol gue, mengingat apa yang gue lakuin semalam sama Yuta.

Gue senyum-senyum kecil. Ya, we did it. We had sex last night and for fuck's sake that was the most unforgettable thing in my life. Gue akuin itu bukan kali pertama gue, but i'mma say that one is the greatest.

Yuta bener-bener ngewujudin semua fantasi gue and he gave me every pleasure that i needed. Jangan berharap soal vanilla sex kalo sama Yuta cause he prefers the rough one. Tapi dengan gilanya gue suka itu.

Chill, dia pake pengaman karna gue maupun dia sadar kalo kita berdua sama-sama belum siap untuk menghasilkan keturunan.

Pintu kamar mandi terbuka dan setelah itu munculah sosok Yuta dari balik sana. Dia pake sleeping robe warna hitam dan dari wajahnya ketara banget kalo dia baru bangun. Gue emang bangun duluan dan memutuskan buat mandi di kamar mandinya.

Yuta senyum tipis waktu dia ngelihat gue di bath tub kamar mandinya, sementara gue senyum lebar dan berhenti ngegigitin jempol tangan.

"Good morning." sapa gue.

"Morning, Sunshine." jawabnya sambil mendekat ke gue dan duduk di bibir bath tub, dekat kaki gue.

Gue ketawa karna kalimat Yuta ngebuat gue deg-degan sekaligus bahagia. Dia ngelus kaki gue pake sebelah tangannya dan nge-smirk lembut.

"How was last night? Did you sleep well in my room?" tanyanya kemudian.

Gue senyum dan ngangguk. "Perfect." jawab gue kemudian.

Yuta natap gue dengan senyuman lembutnya sembari tangannya ngelus-elus betis gue. "Then stay furthermore," katanya.

"Jangan bercanda." ujar gue.

"Memang siapa yang bercanda?" tohok Yuta, dia ngangkat sebelah kaki gue dan ngecup lembut punggung kaki gue itu. "I love you."

Gue ketawa dan pindah posisi,nyamperin dia. Kedua tangan gue menggenggam bibir bath tub dan dengan lancang gue ngecup bibir Yuta, ngebuat dia ketawa kecil.

"So what are we?" tanya gue, minta kepastian.

Yuta ngangkat dagu gue dan ngecup bibir gue sebentar. "Maunya kamu apa?" dia justru nanya balik. "Soon to be wife?"

"No way! How could you know!" protes gue sambil ketawa lecil, sadar kalo Yuta tau seluk-beluk kelebayan gue.

Gue emang selalu berpikir positif, misal gue pacaran sama Yoshi kayak waktu itu, gue selalu berpikir kalo gue bakal jadi istri Yoshi. Begitu juga sama Yuta. Entah, kayaknya emang udah sifat gue untuk jadi orang yang extra kayak gitu.

Yuta terkekeh "Atau Mrs. Nakamoto? You're obsessed with my last name, aren't you?"

"Yes, sir." jawab gue dengan manis.

Dia ngacak pucuk kepala gue sambil senyum sebelum fokusnya terarah ke bath tub. "Do you mind if i accompany you?" ijinnya tanpa natap gue, bermaksud mau ikutan nyemplung.

"Please." jawab gue.

Yuta berdiri dari bibir bath tub dan matanya natap lurus ke gue. Tangannya dengan handal sibuk ngebuka ikatan sleeping robe. Entah kenapa itu ngebuat gue berdebar. He's insane...

Dalam sekejab Yuta berhasil ngelepas tali sleeping robe-nya dan ngejatuhin benda itu ke lantai gitu aja. Dia naked bener-bener di depan gue, semakin ngebuat ritme jantung gue kacau.

Gue cuma ngelihat dia, fokus, gak ngomong apa-apa karna lidah gue membeku. Sebelum masuk ke dalam bath tub Yuta nyengkram rahang dan nyium bibir gue lumayan rough bahkan sampai gue nahan pergelangan tangannya yang lagi nyengkram rahang gue, ngode supaya dia ngeberhentiin gigitannya di bibir gue.

Setelah selesai dengan bibir gue, dia masuk ke dalam bath tub dan nyandar di ujungnya. Kedua tangannya dia gantungin di bibir bath tub dan dia meleguh. Kepala gue cuma ngikutin arah gerak Yuta, merhatiin dia.

Yuta natap gue, kemudian ngelirik pahanya, dan kembali ke mata gue, kayak ngode supaya gue duduk di lap-nya. "Come, ride on me." suruhnya dengan nada rendah kemudian.

Kalimat itu justru kayak sihir and by somehow gue nurut aja. Gue mendekat ke dia dan duduk di pahanya tanpa banyak protes. Gue juga bingung, Yuta kayak menghipnotis gue.

Waktu gue duduk menghadap dia di pahanya, Yuta gak langsung ngasih respon. Beberapa detik dia cuma natap gue kayak bingung dan menganalisa gue.

"Kenapa sih?" buka gue, ngerasa agak gak nyaman sama tatapan Yuta.

Tiba-tiba dia ngambil kedua tangan gue dengan lembut, dia ngeletakin tangan gue itu di bahunya sebelum dia meluk badan gue dan mejamin mata, nenggelamin wajahnya di ceruk leher gue.

Lagi-lagi dia ngacauin ritme jantung gue, tapi gue suka. Rasanya nyaman banget dipeluk Yuta kayak gini, tenang banget hati gue, kayak lega rasanya. Gue ngebuang nafas dan senyum. Jari-jari tangan kanan gue menyeruak, ngebelah rambut Yuta.

"What are you, Haruma Rui?" tanya Yuta dengan pelan tanpa ngubah posisinya. "Kamu bisa dapat siapapun yang jauh lebih baik dari saya, but why me?" gumam Yuta.

Gue menghela nafas kecil. "Yoshi
maksudnya?" tanya gue. "I was living in his lie for a very long time, Na Yuta... And when i finally met the man who truly cared about me, the truth sounded like a lie and manipulation but it really wasn't. I suddenly realized that, so i chose you."

Gue bisa ngerasain Yuta ngebuang nafasnya dan ngencangin pelukannya.

"Do you love me?" tanya gue tiba-tiba.

"Please, Rui, don't doubt my love for you." ucapnya, jari-jari Yuta main di punggung gue, ngebuat gue sedikit merinding. "It's the only thing in my life that i'm really sure of." tambahnya, meyakinkan gue.

Gue senyum tipis. "I'm gonna kill you if you lie." ujar gue.

Yuta terkekeh sebelum dia ngangkat kepalanya dari ceruk leher gue. Kedua tangannya masih melingkar di badan gue dan jari-jarinya menjelajahi punggung gue. Dia natap gue dengan senyuman tipisnya, kelihatan kayak ngeremehin omongan gue.

"Kill me?" tanya dia, nadanya kedengaran nyebelin banget di kuping gue. "I meanㅡ Right here? Right now?" gue simpulkan dia beneran negejek gue.

Alis gue nyatu, nantang dia. Agak sebel juga sih. "Ya! Right here and right now!" tantang gue. "Ada kata-kata terakhir?"

Kedua tangan Yuta ngangkup pipi gue, dia ngedeketin wajahnya dan natap mata gue penuh keyakinan. "If your face is the last thing i'm meant to see, then i'm grateful." ucapnya.

•••••

Selesai kelas pagi, ada 3 jam break sebelum lanjut kelas siang. Gue gak berniat keluar area kampus dan memutuskan buat pergi ke perpustakaan aja. Gue butuh ketenangan. Gak jarang gue juga tidur kalo di perpus, selain AC-nya mendukung buat ngebo, ketenangannya juga bisa ngebuat gue terhanyut ke alam mimpi.

Kaki gue melangkah di trotoar jalanan kampus sementara telinga gue tersumbat wireless earbuds. Jarak antara fakultas ekonomi dan perpustakaan tuh lumayan jauh. Tapi gak jauh banget juga sih, cuma gue-nya aja yang pemalas.

Gue sibuk main hp sambil jalan tapi tiba-tiba dari belakang gue ngerasa ada orang yang narik tangan gue dengan kasar, ngebuat gue kaget bukan main. Dia gak ngomong apapun dan main asal nyeret gue seenak jidat. Genggamannya juga sakit banget, gak ada lembut-lembutnya.

"Yoshi! Lepasin!!!" kata gue sambil nyoba ngelepasin tangan dia, gue gak suka dengan cara kasar dia ini.

Dia gak ngewaro protesan dan brontakan gue. Tetap dengan pendirian dia buat nyeret gue secara kasar.

Gue ngeringis karna tangan gue sakit banget. "Yoshi!!!" bentak gue.

Secepat kilat dia mojokin gue di tembok belakang gedung fakultas hukum yang sepi gak ada manusia. Gue gak paham apa maksud dia dengan ngebawa gue ke sini. Sebelah tangannya tertempel di samping kepala gue, gak ngebiarin gue kemana-mana.

Alis gue nyatu, gue bingung sama dia. "Lo kenapa sih?!" kesal gue.

Yoshi ngebuang muka dan ngebasahi bibirnya, dan gue langsung sadar kalo di ujung bibirnya ada memar dan sedikit darah kering.

"Lo habis berantem?" tanya gue, keheranan.

Dia langsung natap gue tajam, dari ekspresi wajahnya gue bisa bilang dia kelihatan muak. "Ini gara-gara lu, pelacur!" bentaknya kesal.

Jantung gue langsung berhenti sepersekon, kaget banget sama umpatan yang baru aja Yoshi lontarkan ke gue. Did he just call me whore? Ini kali pertama dia ngumpat ke gue, gimana gue gak kaget?

Jadi ini Yoshi yang sebenernya? Ini sisi dia yang gak pernah gue tau?

"Gua gak ngerti mau lu tuh apa. Dikasih hati minta jantung. Apa gak cukup gua mohon-mohon ke lu buat balikan dan lu nganggap gua sampah?" tajamnya. "Whatta slut you are, Rui."

Gue ketawa jengah. "Ini bentuk asli lo? Fuck, gue makin bersyukur kita putus. You psychopath." ucap gue.

Tangannya yang tadinya bertumpu di sebelah kepala gue tiba-tiba nyengkram rahang gue dengan keras dan kasar. Dia natap mata gue dengan berapi-api.

"Kalo lu gak mau dikasih cara halus, gua bakal pake cara kasar, Rui. No matter what, i will get you again. I'm gonna destroy all that you have, all that you love, until you have no shelter but me, Haruma." tajamnya penuh ancaman.

Gue nepis tangan Yoshi dari rahang gue walaupun butuh tenaga. Alis gue menyatu marah. "You sick, Yoshinori. Go get yourself a therapist!" umpat gue sebelum dengan lancang gue mau pergi.

Belum sempat 2 langkah beranjak, Yoshi nyengkram kedua bahu gue dan kembali mojokin gue ke tembok dengan kasar.

"You hurt me!" marah gue, dia beneran keterlaluan.

Perlakuannya ini kasar banget sumpah, gue gak habis pikir dulu gue pacaran sama orang kayak gini. Kenapa dulu gue buta banget? Bisa-bisanya hal segede ini gak gue lihat dan kita bertahan sampai tahunan.

Dia natap gue tajam. "Lu liat ini?" katanya sambil nunjuk ujung bibirnya yang gue lihat tadi. "Lu tau ini kenapa? Ini karna lu, cewe murahan! Papa sampai main tangan ke gua cuma karna cewe tolol dan gak punya otak kayak lu!" luapnya berapi-api.

Gue menggeleng kecil natap dia kecewa dan gak percaya. Omongannya beneran nyakitin hati gue, asli pedes banget mulut dia.

"You're a monster, Yoshinori." gumam gue penuh penekanan.

"Ya!" jawabnya gak santai. "Ini emang bentuk asli gua. Kaget? Lu pikir gua gak cape apa ngurusin cewe manja, tolol, dan nyusahin kayak lu? Kalo gua bisa milih, geez, gua bakal milih Nako dibanding lu." tajamnya sekali lagi. "Gua gak ngerti kenapa papa maksa gue balikan sama pelacur kayak lu."

Tenggorokan gue seketika sakit, pengen nangis tapi gue tahan, gue gak sudi nangis dan kelihatan lemah di depan iblis satu ini. Demi Tuhan, apa yang dia lontarkan tuh nyakitin banget. Nyesek bukan main.

"Sekali lagi gua bicara baik-baik sama lu, Rui." katanya dengan kuat. "Lu balikan sama gua atau gua harus nyakitin orang lain buat lu? Gua gak akan ngelukain lu, but i scare i'm gonna hurt the people you love." ancamnya.

Rahang gue mengeras, gue maju selangkah ngedekat ke dia. "You crazy if you think i'll back to you after all the things you said to me." tekan gue dengan tatapan muak.

Yoshi mengerang, sebelah tangannya melayang, hampir nampar gue tapi untungnya ada yang nahan tangan dia. Gue dan Yoshi sama-sama fokus ke orang itu.

Dia nunjukin hp nya. "Udah gue rekam semuanya," katanya, dia masih menggengam tangan Yoshi. "Gue gak nyangka sama lo, Shi. Dan Nako? Wow." ucapnya sambil menggeleng sarkas.

Rahang Yoshi mengeras, dia sedikit mengerang dan narik tangannya secara kasar dari genggaman Giselle. "Lu jangan ikut campur, Selle." kecam Yoshi.

"Busuk lo!" umpat Giselle. "Mending sekarang lo cabut sebelum gue sebar ke grup kampus rekaman di hp gue ini. Gampang kan, hancur image lo."

Tangan Yoshi mengepal karna omongan Giselle, dia noleh ke gue dan nunjuk gue dengan telunjuknya. "I warned you, Rui." kecamnya sebelum dia beneran cabut dengan emosi yang membara, menyisakan gue dan Giselle di belakang gedung fakultas hukum.

Giselle ngelipat tangannya dan natap gue nuntut penjelasan. "Jadi ini alasan lo ngejauh dari kita?" tanyanya. Dia menghela nafas dan nipisin jarak antar gue dan dia. "Jujur, gue ngikutin lo sehabis lo keluar kelas. Gue gak bisa berhenti mikirin kenapa lo ngejauh, Rui. Terserah, mau lo pikir gue gay apa gimana, but i care for you so much, Haruma." ucap Giselle.

•••••

Gue jalan menuju ruang kerja Yuta karna perintah dia lewat telpon beberapa menit lalu, mungkin masalah kerjaan meningat gue adalah sekertaris dia. Tadinya gue lagi overthinking di dalam kamar, mikirin kebrengsekan mulut Yoshi, tapi ya jujur, agak lega juga karna gue udah nyeritain semuanya ke Giselle.

Gue ngebuka pintu ruang kerjanya dan langsung ngelihat Yuta yang duduk di kursi kerja dengan kacamata yang terpasang. Dia natap gue, kayaknya emang lagi nunggu gue. Ada amplop di tangannya, entah amplop apa.

Kedua alis gue berkerut samar sembari gue jalan ke meja kerjanya. "Kenapa?" tanya gue.

"Have a sit please." suruh Yuta.

Dengan kebingungan gue duduk di depan meja kerjanya. Yuta ngelepas kacamatanya dan ditaruh di meja gitu aja. Kemudian dia natap gue beberapa saat dan menghela nafas. Tangannya nyodorin amplop yang tadi dia pegang.

"Surat pengunduran diri Aiko." kata Yuta.

Alis gue semakin berkerut. "What?" kaget gue.

Tiba-tiba? Kenapa mama gak bilang sebelumnya? Dia gak ada nyamperin gue, nelpon gue, ngechat gue, dan tiba-tiba ngundurin diri? Whatta joke?!

"Saya gak ketemu dia langsung, Rui, jadi saya gak bisa nanya alasannya. Surat ini sudah ada di meja kerja saya sepulangnya saya ke rumah." jelas Yuta.

Gue natap surat itu sambil ngegigitin bibir bawah. Kerutan di alis gue belum hilang, terlebih karna sekarang gue lagi mikir.

Apa mama ngundurin diri karna gue gak ngedengerin omongan dia dan dia kecewa sama keputusan gue buat stay sama Yuta? Terakhir kali gue ketemu mama emang gak berakhir baik. Tapi apa dia harus sejahat ini sama gue?

"Sekarang sekali lagi saya tanya ke kamu," buka Yuta. Gue fokus ke dia, tatapannya serius banget. "Are you really gonna stay?" tanyanya.

Gue justru dibuat semakin heran dengan omongan Yuta.

"Kalo kamu memang mau pergi..." katanya berjeda, dia neguk liur. "I'll let you go this time." katanya.

Alis gue semakin menyatu heran. "What are you saying?" kata gue gak terima. "I chose you and i'm never changing my mind." keputusan gue.

Ucapan gue berhasil ngebuat dia bungkam dengan kedua alisnya yang nyaris bertautan. "I know your mom hates me so much, Rui, and she will never like me." kata Yuta.

"It's okay, dia bakal balik lagi. Aku tau gimana mama. She's my mom and she will never leave me." balas gue. "I know she's gonna love you once she sees the other side of you, Nakamoto."

To Be Continued...

Lots of things have happened lately and I wanna take a short break for a goddamn moment bc I need to cool myself down, pull myself outta everything.

Aku janji gak bakal nyampe sebulan, mungkin dua mingguan atau lebih. These past two months have really felt for me. Aku beneran butuh jeda, i don't wanna think about anything for a while. Semoga kalian ngerti ya, dan maaf banget harus ninggalin bentar 😔🙏

Continue Reading

You'll Also Like

6K 904 35
Cinta itu seperti Grain dalam hasil cetakan kamera analog. Hampir tidak tampak karena berupa partikel kecil yang muncul setelah partikel kimia bereak...
15.1K 1.7K 32
{FANFICTION} Hadirmu adalah candu dalam setiap detik kehidupanku. Aku mencintaimu lebih dari sekedar kata-kata. Dan aku akan hancur jika kau tak lagi...
813K 83.2K 45
Mira terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berubah total. Hingga ia tersadar jika tidak hanya dirinya namun dunianya pun berubah. Tidak adah...
328K 35.4K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...