Sweet and Bitter • [Draco Mal...

By DolaDrayy

63.7K 6.5K 4.8K

•finished• Ayla Rosie Lockhart adalah murid Ravenclaw yang cantik, pintar, ceria, dan terobsesi pada seseoran... More

MAIN CAST
PROLOG - THE HONEYDUKES
1 - let's make a deal
2 - everything's changed
3 - pressure
4 - his careness
5 - finally
6 - sweet and bitter
7 - complicated
8 - sad ending
9 - hard practice
10 - comeback again
11 - recovery
12 - two choices
13 - the beach
14 - worries
15 - Trust
16 - hurt
17 - diagon alley
18 - new page
19 - hate or love
20 - confused
21 - compromise
22 - alert
23 - 'un'hidden feeling
QnA with SAB Cast
24 - stand by you
25 - our relationship
26 - you are my everything
27 - i have no choice
28 - broken
29 - tod
31 - revenge
32 - what she deserved
33 - wap (I)
34 - wap (II)
35 - morning after
36 - reminiscence
37 - safe and sound
38 - Slytherin Party
39 - let you go
end - all was well
Book 2 of Sweet and Bitter
SAB Cast Answer all of your questions
Fun Mini Quiz
The Riddle's Servant
end - lily of the valley [Alternate Ending]
Book 3 of Sweet and Bitter

30 - the uncovered truth

912 116 32
By DolaDrayy

Hujan deras turun di pagi ini. Suara air yang turun menyentuh bumi terdengar dengan jelas dari balik kaca jendela kamar Rosie. Gadis itu terdiam di atas kasurnya sambil membelakangi lelaki yang saat ini terbaring di belakangnya. Selimut putih menutupi tubuh keduanya. Mereka sudah terbangun sejak pagi tadi dan suasana canggung langsung menyelimuti mereka. Rosie benar-benar tidak ingat apa yang semalam terjadi selain fakta bahwa kemarin malam dia menghabiskan hari ulang tahunnya bersama Draco ditemani dengan beberapa botol firewhiskey.

Bodoh.

Satu kata yang saat ini memenuhi fikiran Rosie. Kenapa gadis itu ceroboh dan membiarkan semua ini terjadi? di saat situasi seperti ini bisakah dia percaya kalau Draco akan tetap setia padanya? Bagaimana gadis itu dengan mudahnya memberikan kehormatannya yang paling berharga begitu saja?

"Rose..."

Sejak tadi Draco berusaha untuk mengajak gadis itu berbicara, tapi Rosie hanya terdiam tanpa menjawab perkataannya. Rosie masih setia membelakangi Draco dengan air mata yang keluar dari sudut matanya.

"Rose, aku minta maaf." ucap Draco pelan. Lelaki itu memeluk Rosie dari belakang dan gadis itu tidak menolaknya. Hanya saja Rosie tetap teguh pada pendiriannya---tidak berbicara dan tetap membelakangi Draco. Dia tau mereka berdua sama-sama tidak sadar semalam dan Rosie bahkan ragu jika hanya Draco yang menginginkan perbuatan yang mereka lakukan semalam. Tapi, Rosie merasa kalau apa yang mereka lakukan itu benar-benar sebuah kesalahan besar dan tidak seharusnya mereka berdua melakukan itu disaat situasi seperti ini.

"Aku lebih suka kau marah padaku dibanding hanya diam seperti ini." lirih Draco. Rosie memejamkan matanya sesaat sebelum akhirnya memberanikan diri untuk berkata, "Draco.. bisakah kau tinggalkan aku sendirian disini? aku butuh waktu untuk sendiri dulu." lirih Rosie dengan suara serak. Draco menghela nafasnya lalu kemudian melepaskan pelukannya dari Rosie.

"Baiklah, aku akan membuat sarapan untukmu." Draco turun dari tempat tidur. Lelaki itu sudah mengenakan boxer hitamnya selepas bangun tadi. Draco meraih kaus putihnya yang tergeletak di atas lantai kamar Rosie lalu memakainya dengan cepat melewati kepalanya.

Draco meraih gagang pintu kamar Rosie, untuk sesaat lelaki itu kembali menolehkan kepalanya kebelakang---berharap Rosie mau merubah fikirannya, tapi ternyata sama saja. Gadis itu masih tetap membelakangi nya dengan bahu bergetar. Draco akhirnya menyerah dan keluar dari kamar Rosie. Membiarkan gadis itu untuk menyendiri di dalam kamarnya.

*

Sekarang sudah jam duabelas siang. Draco terdiam sambil duduk diatas sofa yang ada di ruang tengah. Rosie sama sekali belum keluar dan Draco yakin pasti gadis itu benar-benar marah padanya. Draco benar-benar menyesal karena tidak bisa mengendalikan dirinya semalam. Seharusnya dia bisa mencegah hal ini terjadi. Seharusnya dia tidak merusak Rosie. Untuk apa selama ini dia berjanji untuk tidak akan membiarkan gadis itu tersakiti jika pada kenyataannya dia sendiri yang membuat Rosie terluka?

"K-kau sudah makan?" Draco terkesiap begitu mendengar suara itu. Dia menoleh kesamping dan melihat Rosie berjalan kearahnya. Mata gadis itu terlihat bengkak seperti habis menangis--yang mana sudah Draco curigai sebelumnya. Rosie memakai dress panjang berwarna biru dan rambutnya ia biarkan tergerai begitu saja.

"Rose, aku----"

"Kau tidak perlu minta maaf. Dan maafkan aku karena tadi pagi aku bersikap seperti itu padamu. Aku hanya masih terlalu kalut dan takut." Rosie mendudukkan dirinya di sebelah Draco dan menyalakan TV dihadapannya. Draco sibuk memperhatikan Rosie dan tidak berniat sama sekali untuk menonton serial TV yang menyala di hadapannya.

"Rose, sungguh.. aku benar-benar minta maaf. Tidak seharusnya aku melakukan itu, seharusnya aku bisa mengendalikan diri dan tidak---"

"Ini bukan salahmu, Draco. Semalam aku yang sudah menggodamu duluan, tidak seharusnya aku melakukan itu. Aku hanya---aku hanya menyesal karena membiarkan hal itu terjadi." lirih Rosie sambil menatap kearah Draco.

"Aku takut Dray.. aku takut. Bagaimana kalau aku---" perkataan Rosie tercekat.

"Aku bahkan tidak punya apa-apa dan aku takut kalau kau akan meninggalkanku jika tiba-tiba saja aku---"

Rosie menghentikan ucapannya begitu Draco meraih tubuh Rosie dalam pelukannya. "Ssshhh, jangan bilang begitu. Tidak ada yang perlu kau takutkan, aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Rose." ujar Draco.

"Apapun yang akan terjadi nanti, aku tidak akan pernah membiarkanmu sendirian."

"Tapi Draco.. apa yang kau bisa harapkan dari gadis sepertiku? aku tidak punya keluarga atau apapun lagi. Bagaimana kalau kedua orang tuamu tidak merestui hubungan kita? bagaimana kalau mereka berdua membenciku?" tanya Rosie dengan bibir bergetar. Gadis itu menangis sambil bersadar di dada Draco.

"Kau tidak perlu takut. Sekalipun orang tuaku tidak menyukaimu aku akan membuat mereka berubah fikiran. Akan kubuat mereka menyukaimu sebagaimana aku menyukaimu juga." bisik Draco sambil mengecup puncak kepala Rosie.

"Aku pasti akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu. Sekali lagi, maafkan aku, Rose. Seharusnya aku bisa menjagamu, bukannya malah merusakmu." lirih Draco.

"Berhenti minta maaf. Kita berdua sama-sama salah. Seharusnya kita bisa lebih berhati-hati." jawab Rosie.

"Dengar, Rose. Tidak ada yang perlu kau takutkan. Kau punya aku dan aku janji tidak akan ada orang yang bisa menyakitimu. Berhenti berkata kalau kau sudah tidak punya siapa-siapa lagi."

Rosie kembali menangis mendengar kata-kata Draco. "Hey, kenapa malah menangis?" Draco menyeka air mata Rosie dengan punggung tangannya.

Rosie menggelengkan kepalanya dan tersenyum kearah Draco, "Terimakasih, Draco."

*

Satu minggu berlalu semenjak kedatangan Draco ke rumah Rosie. Dua hari yang lalu Draco baru saja pulang lagi ke rumahnya karena dia hanya bilang akan pergi mengunjungi rumah Blaise selama lima hari. Tapi tentu saja lelaki itu bohong, selama satu minggu ini dia pergi mengunjungi rumah Rose untuk memastikan kondisi gadis itu baik-baik saja.

Saat Draco hendak pulang, lelaki itu memberi pesan pada Rose untuk selalu berhati-hati, gadis itu mematuhi ucapannya dengan tidak terlalu sering keluar rumahnya jika tidak hal yang begitu penting.

Hari ini, Rosie berniat untuk keluar rumah karena hari sedang cerah. Gadis itu berniat untuk pergi mengunjungi salah satu cafe di Leaky Cauldron yang dulu sering dikunjunginya. Rosie memakai jeans biru dan juga kaus navy lengan panjang tanpa kerah. Rosie mematut pantulan dirinya di cermin lalu meraih tas kecilnya. Gadis itu pun keluar dari kamarnya dan siap untuk pergi ke tempat favoritnya.

*

At Cafe

Suasana cafe tidak terlalu ramai begitu gadis itu masuk kedalamnya. Semenjak kematian Dumbledore dan maraknya kasus death eater yang menangkap dan menculik penyihir termasuk keluarga muggle, Rosie sadar banyak sekali toko-toko yang tutup dan tempat-tempat yang menjadi sepi karena orang-orang terlalu takut untuk keluar rumah.

Kemarin dia baru saja membaca di Daily Prophet kalau Death Eater menculik beberapa anak yang diketahui merupakan Muggleborn ataupun Halfblood. Rosie bahkan mendapat kabar kalau Dean Thomas tidak akan pergi ke Hogwarts di tahun ini karena status darah kedua orang tuanya yang bukan penyihir murni. Voldemort benar-benar berniat untuk memusnahkan semua penyihir yang sama sekali bukan Pureblood. Sungguh mengerikan.

Saat Rosie masuk kedalam cafe ini dia merubah kembali fikirannya dan berniat untuk membungkus makanan yang akan di belinya alih-alih dengan memakan makanannya disini. Gadis itu berjalan sambil menoleh kesekeliling menuju tempat memesan makanan. Saat dia tengah berjalan, langkahnya terhenti ketika sebuah suara langsung menarik perhatiannya. Rosie menolehkan kepalanya dan terkejut begitu melihat orang yang begitu dibencinya ada di hadapannya.

"Kerja bagus! benar-benar kerja bagus, teman!" salah seorang pria menepuk bahu orang yang sedang Rosie perhatikan itu sambil meminum gelas wine nya. Bisa Rosie pastikan kalau sekumpulan lelaki yang tengah mengobrol itu pasti sudah setengah mabuk. Rosie mencengkram tali tas nya dengan erat. Gadis itu rasanya sangat ingin mengeluarkan tongkatnya dan menyerang lelaki yang saat ini ada di hadapannya.

Paman Tom.

Lelaki biadab yang sudah merebut semuanya darinya.

Haruskah Rosie menyerang pria tua itu sampai mati sekarang? Keadaanya sedang mabuk dan dia punya kesempatan emas untuk langsung mengeluarkan mantra 'avada kadavra' padanya.

Tapi kemudian Rosie menggelengkan kepalanya. Tidak, itu hanya masa lalu dan Rosie sudah tidak mempermasalahkan lagi soal seluruh harta peninggalan kedua orang tuanya yang diambil oleh lelaki itu. Harta bukanlah segalanya dan Rosie sadar kalau sebaiknya dia tidak mencari persoalan lagi dan meninggalkan lelaki menyedihkan itu sendiri.

Tapi kemudian, saat Rosie hendak pergi, sebuah suara kembali terdengar yang membuat gadis itu membulatkan matanya. "Bagaimana bisa kau mendapatkan seluruh harta pria menyebalkan itu?" tanya teman Tom yang kini duduk di sebelahnya. Rosie mengurungkan niatnya untuk pergi dan memilih bersembunyi dibalik dinding kayu untuk mendengar perbincangan mereka.

"Mudah saja, aku membunuh Thomas dan juga istrinya dan memanipulasi kematian mereka seolah itu adalah sebuah kecelakaan." jawab Tom dengan santainya.

Tubuh Rosie bergetar. Gadis itu terdiam dan semakin mencengkram kuat tali tas nya.

"Jadi--- mereka bukan mati karena----"

"Tentu saja bukan, bodoh. Lagipula, dia pantas untuk mati. Posisinya di kementerian membuatku tidak bisa mendapatkan jabatan yang aku inginkan. Aku sudah sangat muak dengannya."

"Haha, kau gila. Lalu, bagaimana caranya kau menutupi semua ini?"

"Mudah saja, saat itu akan memantrai house elf mereka dengan kutukan imperio supaya dia percaya kalau kematian Thomas dan istrinya disebabkan oleh kecelakaan. Untung saja house elf itu terlalu mudah untuk ku tipu."

"Lalu, bagaimana dengan anaknya? oh ya, aku hampir lupa dengan anak mereka. Siapa namanya? Um, aku lupa. Bukankah dia juga bersekolah di Hogwarts?"

"Rosie. Ya, dia hanya anak bodoh yang lebih memilih untuk hidup menderita dibandingkan dengan menerima tawaran yang kuberikan."

"Tawaran apa itu?"

"Menikah denganku."

Dan seketika semua lelaki itu tertawa puas. "Kau memang sudah gila." sahut salah satu teman Tom.

"Sebut aku gila, tapi lihat semua yang berhasil kudapatkan berkat kegilaan yang kubuat, haha."

Rosie menangis dalam diam. Amarah meluap di dadanya. Selama ini pria brengsek itu membohonginya, dia 'lah yang sudah menbunuh kedua orang tua Rosie dan memantrai Winkie supaya percaya kalau kematian kedua orang tuanya disebabkan oleh kecelakaan mobil.

Lelaki itu berbohong! dia adalah seorang pembunuh dan dengan beraninya melakukan semua itu hanya untuk uang dan posisi yang diinginkannya di kementerian!

"Kau hebat bisa merahasiakan semua ini selama bertahun-tahun!"

"Haha, tidak semudah itu. Dua minggu lalu house elf sialan itu tidak sengaja memergokiku di Diagon Alley ketika aku tidak sengaja menceritakan semua ini pada salah satu temanku."

"Apa?! lau bagaimana? apa rahasiamu terbongkar?"

"Oh tidak. Aku sudah lebih dulu menyadarinya dan membuntutinya pergi. Ya, aku berhasil menemukan tempat tinggal nya bersama majikannya itu, dan aku sudah lebih dulu membunuhnya sebelum dia sempat memberitau semuanya pada gadis jalang itu."

DEG

Rasanya tubuh Rosie melemas begitu dia mengetahui kebenaran yang lain.

Lelaki itu juga membunuh Winkie. Satu-satunya keluarga yang masih dia miliki.

Demi tuhan Rosie merasa kalau dirinya hampir kehilangan kendali. Ia ingin meluapkan rasa kesalnya dengan mendorong dan memukul lelaki itu sepuasnya.

Tapi, pantaskah lelaki itu hanya mendapatkan pukulan darinya saja? Rosie merasa kalau mantra cruciatus pun bahkan tidak cukup untuk membuat lelaki itu dapat merasakan seluruh penderitaannya. Rosie ingin lelaki itu mendapatkan balasannya yang setimpal.

Dan dalam hati kecilnya, Rosie ingin sekali membunuh lelaki itu.

Continue Reading

You'll Also Like

91.4K 10.5K 46
𝚂𝚒𝚌𝚒𝚕𝚢 𝙶𝚘𝚕𝚍𝚎𝚗, 𝚐𝚊𝚍𝚒𝚜 𝙶𝚛𝚢𝚏𝚏𝚒𝚗𝚍𝚘𝚛 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚗𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚍𝚒𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚔𝚊𝚜 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚒 𝚋𝚒𝚋𝚒𝚛 𝙳𝚛�...
147K 16K 32
|SEQUEL PUSH AND PULL| JAEROSE FANFICTION LUCKY US ©bbyrozey Dahulu, Rose pernah bermimpi untuk menikahi Jaehyun. Dan mimpi itu benar-benar menjadi k...
121K 18.6K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
3.4K 414 12
Cerita tentang Hermione, Oliver and cedric dimana Hermione binggung untuk memilih salah satu dari mereka jelas bahwa ia mencinta Cedric namun siapa s...