37 - safe and sound

771 108 10
                                    

"Apa kau benar-benar harus pulang? tidak bisa kah kau tetap disini?" tanya Rosie sambil mendongak untuk menatap kearah Draco. Kedua nya tengah terbaring di atas ranjang yang ada di kamar Rosie dengan selimut pink yang melekat di tubuh keduanya.

"Aku benar-benar ingin tetap disini, tapi aku harus pulang, Rose. Sebelum ibuku curiga." ujar Draco sambil mengelus rambut Rosie. Gadis itu memeluk erat tubuh Draco yang berkeringat.

"Tapi aku tidak mau kau pergi." gumam Rosie sambil memainkan jari-jarinya di dada Draco yang polos.

Draco membenamkan wajahnya di puncak kepala Rosie. Menghirup wangi Vanilla yang menempel di tubuh gadis itu. "Hanya sebentar. Kita akan bertemu lagi saat di Hogwarts nanti." ujar Draco.

Rosie menghela nafasnya dan berhenti memainkan jari-jarinya di dada Draco. Gadis itu mendongak untuk menatap kembali wajah pacarnya, "Apa kita akan tetap menyembunyikan hubungan ini?" tanya Rosie. Draco menggelengkan kepalanya, "Tidak ada lagi yang perlu disembunyikan. Mereka semua sudah tau sekarang, Rose. Biarkan seisi Hogwarts tau kalau kau itu hanya milikku." ucap Draco bangga. Rosie menepuk bahu lelaki itu pelan, "Jangan terlalu berlebihan."

"Aku serius. Akan kubunuh siapapun lelaki yang berusaha mendekatimu."

Perkataan Draco membuat Rosie terdiam. Seketika dirinya baru teringat kembali pada Theo. Bagaimana kabar lelaki itu sekarang? dan ada dimana sebenarnya dia?

"Hey, kenapa kau melamun?" tanya Draco sambil menepuk pipi Rosie. Gadis itu menggelengkan kepalanya dan berusaha duduk di tepian ranjang. 

"Ini sudah sore." Rosie bersandar pada kepala ranjang sambil menarik selimut yang melekat di tubuhnya sampai sebatas dada supaya tidak melorot dan menampilkan tubuh polosnya.

"Kau belum mandi dari pagi," ujar Draco sambil terkekeh.

"Yahh!! kau tidak berkaca pada dirimu sendiri??!" sahut Rosie kesal. Draco tertawa dan ikut mendudukkan dirinya. Membiarkan selimut itu melorot dan menutupi tubuhnya sebatas pinggang.

"Kau tau? aku merasa lebih aman berada disini. Kau satu-satunya orang yang begitu peduli padaku."

"Jangan berkata begitu. Kau masih punya orang tua yang menyayangimu, Draco." ujar Rosie sambil menatap kearah Draco.

"Ya, mungkin hanya ibuku saja, aku sudah terlanjur kecewa dengan perbuatan yang dilakukan oleh ayahku. Harus kuakui ibuku memang baik, dia selalu menanyakan kabarku selama aku berada di Hogwarts, tapi terkadang aku merasa kalau dia itu terlalu mengekangku."

"Itu artinya dia sayang padamu, Dray."

"Tapi aku ini anak laki-laki, Rose. Aku tidak suka diperlakukan layaknya anak perempuan yang harus selalu diawasi ketika akan pergi kemana-mana," sahut Draco kesal. Rosie tertawa pelan sambil menepuk tangannya.

"Ternyata Draco Malfoy adalah Mama Boy."

"Kau sebut aku apa?"

"Mama Boy!" sahut Rosie sambil menjulurkan lidahnya. Draco mendengus kesal dan langsung mendorong tubuh Rosie dan menempatkan tubuhnya di atas tubuh gadis itu.

"Draco! apa yang kau lakukan?" tanya Rosie gugup. Gadis itu berusaha melepaskan dirinya, tapi Draco malah menarik tangannya dan menyimpan kedua tangannya di kedua sisi kepalanya.

"Memberimu pelajaran."

"Aku sudah cukup mendapatkan pelajaran darimu, aku mau mandi."

"Baiklah, ayo kita mandi, sayang."

*

Tahun ketujuh akhirnya dimulai. Rosie membereskan kopernya seorang diri dirumahnya. Setelah Draco kembali ke Malfoy Manor, Rosie menghabiskan sisa liburannya sendirian di rumah. Untungnya, Draco menyuruh Dobby untuk sesekali datang kerumah Rosie dan membantu gadis itu untuk membereskan rumahnya. Dobby sangat senang karena bisa membantu Rosie, bahkan elf  itu sangat menyukai pudding yang selalu Rosie buatkan untuknya setiap kali Dobby membantu dia dirumahnya.

Ini gila.

Rosie tidak menyangka dia memilih untuk tetap bertahan dan melanjutkan pendidikannya di Hogwarts. Professor Dumbledore sudah mati dan kini Snape menjabat sebagai kepala sekolah. Selama Draco tinggal di rumah Rosie, lelaki itu bercerita banyak mengenai beberapa Death Eater yang dia tau dan juga tentang bagaimana kondisi rumahnya saat ini.

Rosie tau kalau Snape memihak Voldemort dan dia dengan terpaksa harus tetap bungkam dan tidak dapat bercerita banyak pada siapapun. Kematian Dumbledore yang disebabkan oleh Snape seolah telah disembunyikan dan sama sekali tidak boleh diketahui oleh para murid di Hogwarts. Walau Rosie sebenarnya yakin pasti ada diantara mereka yang mendengar kabar itu dari mulut lain.

Rosie mendorong kopernya dengan tergesa, kakinya sangat pegal dan dia ingin sekali cepat duduk di dalam kereta ini. Begitu ia berjalan menelusuri lorong, Rosie melihat Theo yang tengah berjalan kearahnya. Gadis itu segera berjalan untuk menghampiri lelaki itu, "Theo!" sahut Rosie. Theo tersentak begitu melihat Rosie. Lelaki itu pun tersenyum dan menyapa nya balik, "Oh, hai Rose."

"Theo, kau kemana saja?" tanya Rosie khawatir.

"Oh, aku sedang ada banyak urusan selama liburan kali ini, Rose. Um---saat aku kembali, aku baru mengetahui kalau kau sudah tidak tinggal lagi di flat itu."

Oh ya! Rosie bahkan lupa kalau dia sudah tidak tinggal di flat itu. "Um---ya, Theo. Ceritanya terlalu panjang, aku pasti akan menceritakannya padamu nanti. Tapi syukurlah kalau kau ternyata baik-baik saja."

"Selamat ya, Rose." 

Perkataan Theo membuat Rosie mengeryitkan alisnya bingung. "Selamat untuk?"

"Aku dengar kau sudah kembali bersama Draco."

Rosie terdiam dan menatap Theo dengan raut wajah bersalah. "Theo, aku---"

"Aku harus segera menemui temanku dulu. Sampai jumpa lagi, Rose." Theo tersenyum dan dengan cepat berjalan melewati Rosie. Gadis itu terdiam sambil menatap kepergiannya. Dia merasa sangat bersalah pada Theo. Sungguh, Rosie tidak bermaksud untuk mempermainkan perasaan lelaki itu, dia hanya ingin pertemanannya dengan Theo selalu bisa sama seperti dulu.

Sweet and Bitter • [Draco Malfoy] ✔️Where stories live. Discover now