36 - reminiscence

947 98 43
                                    

1 September 1991

-Welcome to Hogwarts-

"Mommyy!!" Rosie memeluk ibu nya dengan erat. Hari ini adalah hari pertamanya pergi dan bersekolah di Hogwarts. Gadis itu sangat senang ketika burung hantu yang begitu di nantikannya akhirnya sampai ke rumahnya. Rosie rela menunggu seharian hanya untuk menunggu surat dari Hogwarts itu datang. Bukan apa-apa, Rosie memang sedikit takut jika dia tidak terima di Hogwarts. Karena ibu nya adalah seorang muggle dan ayahnya adalah seorang Halfblood. Sejak ia lima tahun, ayahnya sudah menjelaskan tentang semua itu padanya. Tentang adanya kemungkinan kalau bisa jadi dia terlahir sebagai seorang Squib. Yaitu anak keturunan penyihir yang bisa melihat seluruh dunia sihir, tetapi tidak memiliki kemampuan sama sekali yang biasanya dimiliki oleh seorang penyihir. Tetapi, untungnya dugaan ayahnya itu salah. Rosie akhirnya menerima surat undangan dari Hogwarts dan hal itu membuktikan kalau dia memang seorang penyihir.

"Jaga dirimu baik-baik, okay?" tanya ibu Rosie sambil melepaskan pelukannya. Wanita itu menunduk untuk menatap anaknya yang masih berumur sebelas tahun. Rosie mengangguk sambil membenarkan letak tas gendongnya.

"Sayang sekali ayahmu tidak bisa hadir untuk mengantarmu pergi. Orang itu memang terlalu gila kerja, padahal ini hari pertamamu ke---"

"Sudahlah mommy, aku mengerti. Lagipula Daddy sudah banyak membantuku dan menasehatiku tentang Hogwarts. Kurasa aku sudah cukup siap." ujar Rosie sambil tersenyum kearah ibunya.

"Ya, aku tau kau anak yang pintar. Hati-hati ya, nak. Kuharap kau bisa bersenang-senang disana." ibu Rosie yang merupakan seorang muggle itu pun hanya bisa memberikan semangat pada anaknya. Dia sama sekali tidak mengerti tentang dunia sihir dan bagaimana rasanya bersekolah disana karena dia sama sekali bukan seorang penyihir.

Ya, tapi suaminya itu banyak mengajarinya banyak hal tentang dunia sihir. Bagaimana pun juga ibu Rosie sudah memilih untuk menikah dengan seorang penyihir, jadi sudah kewajiban baginya untuk bisa mengerti dan paham seluruh peraturan dan istilah-istilah tentang dunia sihir supaya dia juga dapat mengejarkan pada anaknya kelak. Ya walaupun tidak akan bisa serinci yang di jelaskan oleh suaminya.

"Ya mom. Itu pasti." Rosie kembali tersenyum kearah ibunya. Setelahnya, gadis itu mengintip kearah samping. House elf kesayangannya tengah berdiri di samping ibunya. Kedua tangannya ia kepalkan menjadi satu dan bisa ia lihat kalau house elf nya itu terlihat sedih ketika dia melihat miss kesayangannya akhirnya akan pergi ke Hogwarts.

"Hey, Winkie. Jaga dirimu baik-baik, okay? kalau kau rindu aku kau bisa mengirimkanku surat ke Hogwarts." Rosie berjalan kearah Winkie lalu kemudian menunduk kearahnya.

"Miss Rosie akan pergi selama enam bulan." ucap Winkie dengan mata berkaca-kaca.

"Ya. Hey, sudah kubilang jangan sedih. Nanti aku bisa ikut-ikutan menangis." Rosie berusaha menahan air matanya yang hampir keluar dengan cara tersenyum kecil. Gadis itu memeluk Winkie dengan erat.

"Kau bisa tidur di kamarku kalau kau mau. Aku tau kalau kau selalu ingin tidur disana 'kan?" kekeh Rosie sambil melepaskan pelukannya.

"Winkie tidak akan mau tidur di kasurmu karena selalu penuh dengan makanan dan berantakan." ledek ibu Rose.

"Yahh, siapa bilang, mom. Kamarku sekarang selalu rapi kok." sahut Rosie mencoba membela dirinya.

"Ya, itu karena Winkie yang selalu membereskannya." sahut Miss Lockhart. Rosie mengerucutkan bibirnya begitu dia sudah tidak mampu lagi menjawab pernyataan ibunya.

"Haha, sudahlah. Sebaiknya kau cepat masuk, sayang. Kereta sebentar lagi akan berangkat. Cari Cho di dalam sana. Ayahmu sudah berpesan pada ibu Cho supaya dia bisa menemanimu selama di perjalanan." ujar ibu Rosie. Ya, ibu Cho yang sama-sama bekerja di kementerian sama seperti ayah Rosie, membuat keduanya berteman dengan cukup akrab.

Sweet and Bitter • [Draco Malfoy] ✔️Where stories live. Discover now