DySam (After Marriage) [Sele...

By DAPU49

1.3M 115K 11.9K

[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung... More

DySam (bacotan author)
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
[Hiatus]
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
👉👈
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
88
Hai
Cerita Baru!!!
Cerita Baru!!!

87

13K 1.2K 220
By DAPU49

"Astaghfirullah dek! Kalau kamu jatuh nanti gimana?"

Letta menoleh dan menatap Rion polos.

Rion berdecak, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Bocah tujuh tahun itu akhirnya mengeluarkan jurus jitunya. "Turun Letta, kalau enggak abang bilangin buna ya?"

Mata Letta membulat, ia dengan cepat menuruni kursi. Tapi, dengan ceroboh nya Letta terjatuh dan tangisannya langsung terdengar.

Rion meringis, ia menghampiri Letta dan mengelus kepala Letta dengan sayang. "Cup, cup, dedek abang yang cantik. Kan siapa suruh kamu naik-naik ke kursi gitu sih?"

Letta sesegukan, ia memegang sikunya. "Cakit ...."

Rion mengecup kedua mata Letta. "Sini, sini abang pukul ya kursinya. Kursinya nakal ya?"

Letta mengangguk. Ia memperhatikan gerakan Rion yang tengah memukul kursi. "Nah, udah, dah abang pukul biar dia gak nakal lagi," ucap Rion sambil memukul-mukul kursi.

"Baa ...."

Senyum Rion terbit. "Apa sayang?"

"Mik ...."

"Jalan sendiri ya? Atau Letta mau nunggu di sini?"

Letta menggeleng. "Itutt."

Rion menyodorkan tangannya. "Yok!"

Rion membawa Letta menuju dapur yang di sana terdapat kedua orang tuanya yang tengah membuat kue-- ah tidak, bunanya saja yang membuat kue, yayahnya ngerusuh.

"Buna, Letta mau mik."

Dyba menoleh dengan tangan yang penuh tepung. Saat melihat bekas air mata yang ada di pipi Letta, Dyba langsung tersentak. Ia dengan cepat mencuci tangan dan menghampiri Letta. "Habis nangis ya?"

Letta mengangguk, ia memperlihatkan siku nya. "Cakit buna."

Dyba ganti menatap Rion. "Kenapa dedek?"

"Biasa, buna kayak gak tau kelakuan Letta. Naik kursi, terus jatuh."

Sam memijat pelipisnya mendengar itu. "Perasaan kamu gak bisa manjat, tapi kenapa Letta suka manjat?"

Rion tertawa mendengar gerutuan Sam. Rion membuka kulkas dan mengambil pisang di dalamnya. Rion membuka pisang itu, menatap Letta yang sekarang sudah ada di gendongan Sam.

"Picang!"

Rion menyodorkan pisang yang baru saja ia gigit. "Dedek mau?"

"Au!"

Rion membuka kulkas dan mengambil satu pisang, ia memberikannya kepada Letta setelah mengupas sedikit kulitnya.

"Yayah juga punya picang loh dekdek," ucap Rion sambil menyengir ke Sam.

"Humm?" Ekspresi Letta berubah menjadi bertanya saat ia sudah menatap Sam yang menggendongnya. "Picang?"

Sam terkekeh. "Abang kamu juga punya, tapi masih mungil."

"Sam!" Peringatan itu jelas terdengar dari Dyba.

Rion menutup bagian bawahnya dengan tangannya. Ia menatap Sam dengan kesal. "Nanti kan punya abang juga besar sendiri yah."

Dyba menghela nafas panjang, ajaran sesat Sam sudah menjalari otak Rion. Dyba meneteskan susu ke tangannya agar bisa merasakan apakah terlalu panas atau tidak. Setelah di rasa cukup, ia memberikannya kepada Letta dan bocah itu malah menggeleng.

"Ndak mau dia buna, dia udah punya pisang."

Letta mengangguk, ia memperlihatkan pisang yang sudah ia gigit-gigit kecil ke Dyba. "Nih, picang na."

Dyba mencubit pipi Letta. "Terus tadi kenapa minta susu ngainem?"

Letta hanya menyengir. Ia kemudian menatap Rion yang sekarang tengah memakan keripik kentang. Pisang yang ada di tangannya langsung ia jatuhkan. "Bang, intaa!"

Rion menggelengkan kepalanya. "No, ini punya abang."

Letta mengerucutkan bibirnya, ia menatap Sam. "Yayah, au itu."

Rion mendekat ke arah Letta yang ada di gendongan Sam. Ia sengaja menyuapkan keripik kentang itu dengan perlahan. "Emhh, enak banget!"

Dyba tertawa. "Jail banget kamu bang."

Rion menyengir, ia mengambil satu keripik kentang kemudian memberikan ke Letta, tetapi jaraknya sengaja ia buat jauh. Letta dengan susah payah ingin mengambil keripik itu, tapi saat ia hampir mengambilnya Rion langsung menjauhkannya.

"Abaaa!"

Rion tertawa, ia menyuapkan satu keripik ke mulut Letta. "Semua punya abang masa mau kamu minta. Tiba abang minta kamu, kamu gak boleh."

Letta mengunyah keripik itu, tidak memperdulikan omongan Rion. "Enyak."

Rion mendengus, ia mencubit pipi Letta dengan tangannya yang bersih. "Babay, abang mau ke kamar, mau belajar."

Letta langsung memperhatikan Rion yang sudah berlari cepat. Saat punggung Rion sudah terlihat ia menatap Sam. "Yayah, baba!"

Sam mengecupi wajah Letta. "Di sini aja kamu ya liatin buna bikin kue sama yayah, abang mau belajar sayang."

Letta mengangguk lesu. Sam membawa Letta duduk di pantry dengan Letta yang Sam letakkan di meja pantry depannya. Letta menggerakkan jarinya ke wajah Sam. Tangannya berhenti di cuping telinga Sam dan memainkannya.

"Dedek mau es krim?"

Letta menoleh ke Dyba sebentar kemudian fokus memainkan cuping telinga Sam lagi. "Ndak, au unya abaa ja."

Dyba menghela nafas panjang, ia akhirnya membuka laci kecil dan mengambil satu keripik kentang ukuran kecil.

Dyba menggerak-gerakkan keripik itu hingga menimbulkan bunyi yang membuat Letta langsung menoleh. "Auuu!"

Dyba terkekeh, ia menunjuk pipinya. "Cium buna dulu baru buna kasih."

Letta dengan cepat mencium pipi Dyba dan langsung mengambil keripik itu dadi tangan Dyba. "Yayah, buka!"

Sam mengusap rambut Letta. "Coba bilang 'yayah, tolong buka' gitu sayang."

"Yayah, long buka!"

Sam tersenyum, ia menjawil hidung Letta gemas. "Gitu dong, harus ada kata tolong."

Dyba yang mendengarnya tersenyum. Walaupun otak Sam rada gesrek-- apalagi saat ada hubungannya dengan mesum, tapi Sam tidak pernah lupa mengajarkan anak-anak mereka tentang kata 'maaf', 'tolong', dan 'makasih'. Tiga kata yang sekarang susah dikatakan oleh orang-orang. Tiga kata yang betapa sulitnya diucapkan padahal memiliki makna dan sopan santun yang baik apabila diucapkan. Dyba juga menekankan, apalagi kepada Rion, menggunakan tiga kata itu tidak akan membuat derajat atau merendahkan harga diri kita kok. Itu malah menandakan bahwa kita menghormati orang lain.

***

"Yon."

"Hmm, apa Belbel?"

Bella menggerak-gerakkan penanya di atas kertas buku tulisnya. "Masa Belbel di deketin cowok."

Mata Rion memicing, ia menghentikan tulisannya. "Humm?"

Bella mengangguk. "Iya, ada temen kelas Belbel yang deketin Belbel."

Rion melanjutkan tulisannya. "Yon bilangin papa."

Bella memukul lengan Rion. "Ih, Belbel cerita ke Yon biar papa sama mama gak tau, malah Yon mau cerita ke papa."

Rion menggidikkan bahunya. "Kata yayah masih kecil, gak boleh pacar-pacaran dulu. Makannya kalau Belbel pacaran Yon bakalan bilang ke papa sama yayah."

"Siapa juga yang mau pacaran?"

"Belbel kan?"

Bella menggeleng. "Gak, Belbel mau belajar biar jadi dokter terus biar bisa nyuntik Yon."

Mendengar kata 'nyuntik' Rion langsung membulatkan matanya. "Gak, gak, gak boleh nyuntik Yon."

Bella menyeringai, ia menatap pensil tajam yang ada di tangannya. "Anggap ini suntikan Yon, gede suntikannya."

Rion menjauhi meja sambil memeluk dirinya sendiri. "Belbel!"

Bella tertawa dan tawanya mengundang gadis kecil yang sedang membawa coklat itu untuk datang. Bella yang melihat Letta langsung merentangkan tangannya. "Etta, sini sama kakak cantik!"

Rion perlahan duduk di karpet samping Bella sambil mencibir, "Kakak jelek itu dek."

Letta duduk di pangkuan Bella. Ia menyodorkan coklat yang sudah ia gigiti. "Au?"

Bella menggeleng, ia mencubit pipi Letta yang berlumuran coklat. Rion menghela nafas panjang, untung saja tidak ada pembahasan mengenai suntik suntikan lagi.

"Yon, ambilin tisu lah."

"Gak, Belbel punya tangan sendiri."

Bella berdecak, ia berusaha mengambil tisu tanpa menahan tubuh Letta yang ada di pangkuannya. Tisunya sudah ia gapai, tapi badan Letta yang seketika tumbang dari pangkuannya membuatnya panik.

Rion bergerak cepat menahan kepala Letta sebelum mengenai pinggir meja. Matanya membulat ke Bella saat kepala Letta sudah dalam posisi biasa lagi. "Belbel! Dedek Yon hampir kena meja!"

Bella meneguk ludahnya, walaupun Rion lebih muda darinya empat tahun, tapi jangan lupakan bocah karate yang sekarang sudah sabuk biru itu kalau marah menyeramkan. "Maaf Yon, Belbel gak sengaja."

Rion menarik tangan Letta agar berdiri dari pangkuan Bella. "Dedek, cari buna, yok?"

Letta hanya mengangguk, ia mengikuti langkah Rion yang sekarang menggenggam tangannya. Tangan sebelahnya masih sibuk dengan coklat yang sudah hampir habis.

Bella menatap punggung Rion, ia mengerucutkan bibirnya. "Pasti marah, padahal kan Belbel gak sengaja."

Bella menatap buku Rion yang masih terbuka di atas meja, melihat beberapa soal di sana yang belum terjawab membuat jari-jari Bella gatal ingin menjawab soal matematika itu. Bella melihat ke arah dapur, sepertinya Rion belum bakalan balik. Bella mengambil buku Rion, mulai menulis jawaban di soal-soal itu. Untung saja tulisan mereka hampir sama, entahlah tulisan Bella yang terlalu ceker ayam atau tulisan Rion yang terlalu bagus. Pelajaran kelas 1 SD terlalu mudah untuk juara umum sekolah seperti Bella, apalagi perbedaan kelas mereka yang berjarak 3 kelas, itu yang membuat Bella merasa gampang.

Saat soal-soal itu sudah siap, Bella meletakkan kembali buku itu ke tempat semula. Saat ia akan berdiri, ia terpaksa duduk lagi ketika mendengar suara Sam.

"Kok kamu sendiri Bel? Yon ke mana?"

Bella menyengir, ia berdiri dan duduk di sofa. "Marah dia, yah." Pandangan Bella turun dan keningnya berkerut saat melihat tentengan Sam. "Itu apa, yah?"

"Oh, kucing untuk mereka berdua. Bella mau yayah beliin juga? Tapi, datangnya besok."

Bella menggeleng. "Gak usah, yah, nanti main sama kucingnya Yon aja."

Sam mengangguk. "Terus sekarang Yon ke mana?"

"Kayaknya ke dapur atau ke halaman belakang."

"Mau ikut? Kamu pegang satu terus kasih Yon biar Yon gak marah lagi sama kamu."

Bella mengangguk semangat. Sam menurunkan pet cargo ke sofa. Baru saja di buka pintu pet cargo itu kedua kucing langsung keluar.

Bella berbinar. "Lucu yayah!"

Sam terkekeh. "Pas banget kan yang putih mata biru untuk Letta, yang abu-abu untuk Rion?"

Bella mengangguk, ia langsung mengangkat kucing abu-abu ke gendongannya dan Sam mengangkat kucing putih. Mereka berdua berjalan ke dapur dan tidak menemukan Letta maupun Rion. Mereka ke halaman belakang baru di sana terdengar suara kedua bocah itu.

Sam dan Bella berhenti di agak jauh dari Rion dan Letta. Dyba yang melihat itu tersenyum gemas.

"Yon ...." Panggil Bella.

Tanpa menoleh Rion menjawab. "Hmm?"

Bella berdecak. "Liat Belbel dulu Yon, Belbel bawain Yon sesuatu."

Rion dengan malas memutar badannya dan saat itu terlihat mulutnya menganga. Ia ganti menggerak-gerakkan tubuh Letta. "Dedek, liat yayah!"

Letta membalikkan badannnya, bunga yang ada di tangannya langsung ia jatuhkan. Ia langsung berlari ke Sam. Sedangkan Rion berlari ke Bella dan mengangkat kucing abu-abu dari gendongan gendongan Bella.

Rion menatap Sam sambil memeluk kucing abu-abu itu. "Makasih yayah!"

Sam mengangguk. "Sama-sama anak ganteng yayah."

Sam kemudian berjongkok dan menurunkan kucing putih di gendongannya. Letta bersorak ia ikut berjongkok dan memegang kucing putih yang baru saja diturunkan Sam ke halaman belakang itu.

Sedangkan, Rion dan Bella malah berduaan di ayunan belakang dengan kucing abu-abu yang ada di gendongan Rion. "Yon, namanya siapa?"

"Hmm, namanya Bella aja deh."

Mata Bella membulat, ia menepuk punggung Rion. "Gak usah aneh-aneh ya!"

"Akio. Nah, Akio aja cantik kayaknya."

"Artinya apa?"

"Kayaknya Yon pernah baca di buku deh, itu pokoknya bahasa Jepang."

Bella mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kenapa gak di namain suho aja?"

Mata Rion mengerjap. "Ha?"

"Iya, Belbel pernah denger dari mama. Mama sering nyebutin nama itu waktu liatin TV. Sama satu lagi siapa gitu jojun, jolun, ah gak tau Belbel, lupa."

"Jadi namanya ini siapa?"

"Lah terserah, kucing kucingnya Yon, masa yang mikir namanya harus Belbel?"

Rion berdecak. "Kasih ide kek Belbel. Anggap aja ini kucing kita berdua."

"Idih, Yon gak punya ide sendiri!"

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁´◡'❁)

Jangan lupa vote dan komen
Terima kasih yang udah baca, vote, dan komen cerita ku ♡♡

21 Februari 2021

Continue Reading

You'll Also Like

907K 67K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
1.9M 116K 50
"Sini aku peluk," Menceritakan tentang kisah Clarissa Putri Valentine dan Revan Megantara Putra. Dua sejoli yang sekelas dan masih menduduki bangku S...
9.9K 232 41
Menikah dengan Naufal adalah salah satu hal yang tidak pernah Melody bayangkan. Bagaimana mungkin dia menikah dengan seorang kakak kelas di sekolah n...
3M 301K 44
Jasmine itu gadis lemah lembut dan tertutup. Namun berbeda dengan pandangan Aleo dan teman-temannya, yang menganggap Jasmine hanya sok alim. Semua b...