Sir-ius? [Completed]

By slvnt1

143K 16.7K 2.1K

Feeds instagram yang hanya berisi potret langit dan segala pernak-pernik cakrawala itu membuat Nadir mencurig... More

1. Mr. Radi
2. Skywatcher
3. Feeling
4. Second
5. Emotion
6. Go Home
7. Trusted
8. Mine
9. As Director
10. Why?
11. Choose
12. GoPotato
13. Suara kesal Nadir
14. Show you something
15. Astro Room
16. Halu
17. Jealous
18. Nginjek sepatu
19. Hujan
20. I'm not your daddy
21. Sibuk
22. Menye-nangkan
[Trailer] Sirius?
23. Paparazzi
24. No. I'm not.
25. Little Things
26. Maps
27. Punishment
28. Come to you
29. Talk
30. finish without start
31. Pukulan Telak
32. You should go
33. This is real
35. Dessert
36. Sampah
37. Ily
38. Semangat
EPILOG

34. Dinner

2.6K 357 93
By slvnt1

"Di atas langit, masih ada langit yang gak bisa diukur tingginya. Di bawah laut, masih ada laut yang gak bisa diukur kedalamannya. Lo ngerasa cakep, ya masih ada yang lebih cakep. Lo ngerasa kaya, masih ada yang lebih tajir. Lo ngerasa cerdas, hey... justru lo harus banyak lagi belajar. Lo ngerasa hidup lo sial, masih banyak orang yang ngucap syukur walau harus setengah mati mempertahankan satu tarikan napas. Perbandingan itu gak bakal ada habisnya."

-Anggun on Sirius-

===

Nadir menatap dirinya di cermin. "Gun, lo pernah gak sih muji diri lo sendiri waktu ngaca?"

Anggun yang sedang makan mie di meja belajar Nadir menoleh, "Gimana mood lah. Kalo lagi bagus ya gue puji, gila ya, lo sebiasa ini aja udah cakep. Kalo lagi badmood, gue malah maki-maki, gak usah kecakepan, masih banyak yang lebih cakep dari lo. Tapi itu jarang ya, kebanyakan gue ngaca buat mastiin gak ada belek aja di mata."

Nadir meninggalkan cermin, beralih rebahan di kasurnya. "Bener Gun. Harusnya gue gak usah kecakepan, masih banyak yang lebih cakep dari gue."

"Wah, kenapa lo? Masalah apa?"

Kedua mata Nadir terpejam. "Seberapa sering pun gue ngerasa good looking, kenyataannya gue juga juga sadar masih banyak yang lebih good looking dari gue."

Anggun menyeruput kuah mie dari mangkuk. "Di atas langit, masih ada langit yang gak bisa diukur tingginya. Di bawah laut, masih ada laut yang gak bisa diukur kedalamannya. Lo ngerasa cakep, ya masih ada yang lebih cakep. Lo ngerasa kaya, masih ada yang lebih tajir. Lo ngerasa cerdas, hey... justru lo harus banyak lagi belajar. Lo ngerasa hidup lo sial, masih banyak orang yang ngucap syukur walau harus setengah mati mempertahankan satu tarikan napas. Perbandingan itu gak bakal ada habisnya."

"Tul," balas Nadir.

Setelah minum, Anggun melirik Nadir curiga.  "Kenapa sih?!"

"Gue lagi membandingkan diri gue yang kecil ini, sama orang lain yang lebih kompeten dalam segala hal."

"Insecure?"

Nadir menggeleng. "No! Gue sadar, ada orang lain yang lebih unggul dari gue, tapi bukan berarti gue ngerasa buruk atau gak layak."

"Terus?"

"Gue ngerasa aneh. Ada hal yang gak bisa gue terima, tapi gue gak yakin letak salahnya dimana." Nadir melirik Anggun yang masih duduk dengan satu kaki terangkat di kursinya. "Ini tentang Pak Radi."

Anggun mengedip satu kali, dua kali, tiga kali. "Kampret! Gue pikir kenapa! Ternyata butuh nasehat percintaan!"

Anggun berubah posisi menjadi bersila. "Ya... sebenernya gue bingung dan hal ini baru kepikiran sekarang. Lo ngerasa aneh gak sih, tiba-tiba dideketin guru sendiri? Gue ngerasa aneh karena sebelumnya kalian cuma sebatas guru dan murid, bahkan dia tau lo murid yang sering bermasalah. Tapi kenapa? Kenapa tiba-tiba kalian deket? Dia deketin lo duluan, atau lo deketin dia duluan, atau ada hal yang mendekatkan kalian berdua?"

Nadir diam, memahami pertanyaan Anggun. "Ada hal yang buat kita deket, dan itu yang bikin gue ngerasa aneh juga. Dari sekian banyak yang mau sama dia, ada Bu Siska, cewek-cewek lain yang suka caper, atau mungkin temen perempuannya dari luar sekolah, dan kenapa harus gue? Karena kalo dipikir-pikir lagi, gue sama dia terlampau jauh dalam berbagai hal."

Nadir tau jika Radi ingin membuktikan bahwa ia bahagia pada Lyra. Namun setelah mendengar ucapan Tubagus, Nadir menyadari bahwa ada hal yang aneh.

"Saran dari gue, lo cari tau. Bisa aja kan, Pak Radi emang beneran sayang sama lo tanpa ada unsur apapun. Tapi kalo lo malah nemu hal yang salah, ya ngapain lo bertahan," ucap Anggun berlalu sambil mengambil mangkuk bekas mie.

Nadir menatap langit-langit kamarnya. Menggantungkan harap bahwa Nadir memang disayangi tanpa ada unsur apapun.

===

"Mau kopi?"

Radi menoleh ke asal suara. Pria itu menolak dengan sopan sambil melirik sebotol air mineral yang ada di sudut meja.

"Oh oke." Siska meletakan secangkir kopi di meja Radi. Lalu duduk di kursi, di sebelah meja Radi.

Pria yang sedang menilai beberapa tugas siswa itu menghela nafas saat smartphone-nya menampilkan sebuah chat masuk berisi lokasi sebuah restoran.

"Jam 8 ya, kita ketemu disana. Oke?"

Suara Siska membuat Radi  menggelengkan kepala. "Sorry, I can't," tolak Radi.

Siska tersenyum. Sebenarnya ia sudah muak ditolak Radi, dan kali ini mungkin ia harus menggunakan kartu terakhirnya. Hal yang menjadi kelemahan Radi. Siska cukup tau apa yang terjadi pada keluarga Radi, terutama Lyra.

Jemari lentik Siska bergerak di smartphone-nya, mengetik beberapa kata lalu dikirimkan pada Radi. Setelahnya, ia kembali menatap pria di sebelahnya. "Jangan terlambat, jam 8," katanya lalu pergi dari ruang guru. 

Radi membanting smartphone-nya setelah membaca pesan dari Siska yang berisi ancaman halus tentang Lyra.

Lyra lagi di puncak karirnya, kan? Gimana kalo media tau tentang hidup dia yang sebenernya kacau?  Dinner with me, dan hal itu gak akan terjadi ;)

Siska tidak mungkin mau repot-repot mengancamnya hanya untuk makan malam biasa. Radi yakin ada sesuatu hal telah disiapkan perempuan itu, dan tentunya bukan  hal yang baik. Walau  tidak mau tapi Radi jelas tidak bisa menolak Siska untuk kali ini. Apalagi jika menyangkut Lyra, Radi tidak mau berita tentang Lyra jadi konsumsi publik hanya karena ia menolah tawaran Siska untuk makan malam.

===

Gadis dengan rambut diikat satu berlari kecil menuju tangga. "Pak," panggilnya berhasil membuat seorang guru pria yang sedang menaiki anak tangga berhenti. 

Radi menaikan alisnya, seakan bertanya ada apa. Suatu hal yang aneh Nadir mau berinteraksi dengannya saat di lingkunga sekolah, karena biasanya gadis itu selalu menghindar. 

Nadir celingukan, lalu menghela napas saat menyadari situasi aman karena jam KBM sedang berlangsung. "We need to talk. Pulang sekolah, di danau langit atau dimanapun."

Radi menatap Nadir yang berdiri di satu anak tangga lebih bawah dari Radi. "Not today. Pulang sekolah saya ada janji sama guru yang lain."

Radi tidak bohong, ia memang ada janji dengan Dasita dan teman gurunya yang lain. 

"Malem aja gapapa."

Radi menatap ke arah lain, "Saya gak bisa. Ada janji juga."

"Sebentar aja, Pak," pinta Nadir.

"Saya dan kamu gak bisa bicara kalo cuma sebentar."

"Penting banget janjinya sampai gak bisa diundur?"

Radi diam sebentar. "Ya," jawabnya kemudian.

Nadir menghela napas, lalu tersenyum. "Yaudah, lain kali aja."

Radi bersyukur Nadir tidak bertanya siapa yang akan ia temui. Pria itu balas tersenyum, tangannya refleks terangkat, hendak mengelus rambut Nadir.

Nadir dibuat bingung saat tangan Pak Radi yang tadi mengarah ke kepalanya, tiba-tiba kembali jatuh. Nadir pikir tangan itu akan mendarat di kepalanya.

Tangan Radi yang tidak jadi menggapai rambut Nadir itu mengepal, menahan kesal pada dirinya sendiri. Ia bisa saja bertemu Nadir dulu sebelum bertemu Siska, namun ia belum siap menjelaskan semuanya pada gadis itu.

"Saya duluan." Radi menunjukan senyum kecil sebelum berlalu menaiki anak tangga.

Nadir menurunkan senyumnya saat punggung Pak Radi sudah tak terlihat. Tangannya terangkat mengelus rambutnya sendiri. "Kebanyakan halu nih gue," katanya sambil tertawa miris.

===

"Thank you," ucap Siska saat pramusaji mengantarkan pesanan mereka. 

Siska kesekian kalinya memerhatikan penampilan pria di depannya, tidak salah ia menebak Radi akan memakai pakaian serba hitam, untuk itulah ia pun mengenakan dress hitam. "Aku udah bilang lho, kita ini mau dinner."

Radi menatap Siska dingin, "Dengan cara mengancam? Mau kamu apa?"

Siska malah tersenyum manis. Tangannya mengulurkan sebuah garfu berisi steak yang sudah dipotong kecil ke depan mulut Radi. "Makan dulu."

Radi mendengus, lalu meraih makanannya sendiri, membuat tangan Siska menggantung begitu saja. 

Akhirnya Siska menyuapkan steak itu ke mulutnya sendiri. Perempuan itu meraih smartphone-nya, tak ingin membuang kesempatan, ia membuka kamera lalu mengambil foto Radi. 

Tentu saja untuk ia unggah di status WhatsApp-nya, setidaknya untuk membuat semua yang melihat akan berpikir ia dan Radi berada dalam suatu hubungan yang serius.

Siska terperanjat saat Radi menjatuhkan garfunya dengan sengaja ke atas piring, menciptakan dentingan yang nyaring.

"Don't do that!" tegas Radi.

"What?"

Radi mengatupkan bibirnya, menatap lebih dingin pada perempuan di depannya.

Siska mendelik, "Okay! Aku ngga post apa-apa deh!" katanya sambil meletakkan smartphone-nya. 

"Maunya apa sih!"

Siska mendekatkan tubuhnya ke depan, memberikan senyum manis. "Belum jelas juga ya kalo aku mau kamu."

Radi ikut mendekatkan tubuhnya, "Belum jelas juga kalo yang kamu mau gak terwujud."

"Hey! I'm single now. Stop pura-pura kamu gak pernah suka sama aku. Dulu bahkan kamu gak datang ke pernikahan aku karena kamu sakit hati kan? Aku udah sendiri sekarang, gak ada yang jadi masalah kalo kamu masih suka sama aku."

Radi menyandarkan punggungnya ke kursi.  "Kamu. Kamu masalahnya. Terlalu percaya diri. Stop ngasih kesimpulan sendiri. Aku gak datang karena ada urusan yang lebih penting, gak ada urusannya sama sakit hati. Why? 'cause I don't love you. Never."

"Okay. You don't love me but tomorrow it's mystery. Things change. Bisa aja perasaan kamu berubah."

Radi mengetukan jarinya diatas meja. "Yeah things change, but not for that."

"You can try lo love me," pinta Siska dengan nada lemah.

Radi menggeleng. "Kamu bisa menemukan orang lain selain aku. Okay, I need to go. Bye." Radi hendak berdiri, namun Siska menghentikannya. 

Siska mengepalkan tangannya, menggigit bibir bawahnya keras sebelum berbicara. "Kamu gak ngasih aku pilihan. Kalo kamu nolak aku, aku bakal bongkar kehidupan kakak kamu ke media."

Radi tertawa sarkas, menyimpan kunci motornya diatas meja dengan sedikit keras. "You know, this is why I don't like you. Remember this, ketika kamu menyukai seseorang, maka harus menerima semuanya, termasuk keluarganya. Now, look at you. Belum apa-apa aja kamu udah ngancem bakal nyebarin aib Lyra ke media, she's my sister, my family. Gimana kalo aku menyanggupi keinginan kamu, mungkin nantinya kamu bakal ngeluarin ancaman-ancaman lain yang lebih membahayakan buat keluarga aku."

Siska menopang dahinya dengan kedua telapak tangan. "Alasan aku nikah sama orang lain, karena aku capek nunggu kamu. Aku capek berharap sama kamu dari dulu. Aku pikir dengan liat aku nikah sama orang lain kamu akan sadar kalo setidaknya kamu punya perasaan ke aku. Tapi ternyata sampai aku akhirnya cerai pun, kamu gak pernah mengakui perasaan kamu ke aku. Ya, aku yang salah. Aku terlalu percaya diri sama pikiran aku, dan kamu bener, aku emang selalu buat kesimpulan sendiri. Tentang Lyra, I'm sorry for that. Aku pikir itu cara terakhir buat memiliki kamu, tapi ya ternyata aku salah lagi."

Siska menghela napas panjang, sambil menunduk ia memejamkan matanya. Membuatnya terlihat merasa bersalah. 

Setelahnya suasana mulai riuh karena sekelompok orang memasuki restoran itu. Saat itulah Siska menegakan kembali kepalanya. Menatap Radi dengan senyuman miring.

Radi yang melihatnya menggelengkan kepala. Memang tidak salah ia tidak tertarik sedikitpun pada Siska. Baru saja ia menunjukan raut wajah bersalah, meminta maaf. Tapi sekarang perempuan itu kembali menyunggingkan senyum iblisnya.

"Hey! Mungkin ini akan kedengeran klasik. Tapi, kalo aku gak bisa memiliki kamu, begitupun yang lain," katanya lalu melambaikan tangan, menatap rombongan orang yang baru masuk restoran. "Pak Rafi!" sapanya terdengar antusias. 

Radi menaikan satu alisnya. Pak Rafi siapa yang Siska maksud. Tidak mungkin Pak Radi ayah Nadir kan?

Radi memutar tubuhnya ke arah pintu masuk, memastikan siapa yang Siska sapa, dan matanya melebar saat melihat rombongan keluarga itu. Kedua orang tua Nadir, Deo, Tubagus, lalu enam orang lainnya yang tidak Radi kenal. Serta gadis itu ada disana, menatapnya dengan raut terkejut. 

"Ah shit!" umpatnya sambil kembali memutar tubuhnya. Walau ia tahu, mereka pun sudah melihatnya. Terlalu terlambat untuk pergi atau sekedar sembunyi.

Di depan Radi, Siska tersenyum puas. "It's not the end, Radian Galelio Saga. Wait, I'll show you something special. It's a dessert. So, enjoy this!"

...

===

Ngantuk gaes, besok lagi yaa...

tebak dulu dong, apa yang akan terjadi di part selajutnya??? 



Continue Reading

You'll Also Like

990K 146K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
600K 36.6K 51
Jangan lupa Follow Author dulu sebelum membaca, thanks Masih banyak typo dan juga kesalahan tanda penulisan, mohon di maklumi. Karena karya ini belum...
191K 3.1K 18
Fall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan ole...
459K 32.7K 41
[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] Collabrotion with @elsye91 (Romantic-Comedy) Why are we mad at each other? Is it necessary to making such a...