DySam (After Marriage) [Sele...

By DAPU49

1.3M 115K 11.9K

[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung... More

DySam (bacotan author)
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
[Hiatus]
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
👉👈
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
84
85
86
87
88
Hai
Cerita Baru!!!
Cerita Baru!!!

83

12K 1.2K 139
By DAPU49

Maaf ya dua hari aku gak update, ujian praktek makin banyak, apalagi dl nya juga dalam waktu dekat.

Untuk yang selalu nanyain kapan DySam up, maaf aku gak bisa jawab satu-satu. Makasih kalian udah selalu nanya dan nungguin DySam.

Happy Reading ^^

***

Mata coklat itu menatap bayi mungil itu dengan berbinar. Jari-jari tangannya di genggam oleh jari-jari mungil bayi yang sedang menatap dirinya polos.

Rion menatap Dyba. "Buna, dedeknya boleh abang makan gak sih? Imut!"

Dyba terkekeh, ia menatap interaksi Rion dan Letta. Letta tengah menatap abangnya dan Rion yang tengah ngomong-ngomong sendiri.

"Buna, Letta dali tadi nguap telus."

Dyba mengambil Letta dari dalam box bayinya. Rion mengikuti langkah Dyba, ia ikut duduk di depan Dyba saat bundanya itu duduk di tengah-tengah ranjang.

Rion meneguk ludah kasar saat melihat dada Dyba, apalagi saat mulut Letta mulai menyesap dada itu. Tapi, ketika mengingat rasa terakhir yang ia rasakan saat menyesap dada itu, ia seketika bergidik, rasa pait langsung menguar di mulutnya.

Dyba menatap geli Rion. "Abang kenapa?"

"Pait mulut abang, buna."

"Gak usah dibayangin, bang. Mau buna buatin susu aja?"

Rion menggeleng. "Nanti abang minta sendili aja sama mbak Ana. Buna kan masih ada dedek, jadi ndak boleh banyak gelak."

Dyba mengelus kepala Rion. "Hei, gak papa kalau mau minta tolong buna. Abang anak buna, abang mau minta apa-apa jangan mikir karena ada dedek abang jadi gak diperhatiin sama buna, sayang."

Rion menggeleng sambil tersenyum lebar. "Ndak papa buna, abang kan dah gede jadi mau belajal sendili juga."

"Kalau butuh apa-apa gak papa minta aja sama yayah atau buna."

Rion mengangguk. "Iya, buna."

Dyba tersenyum. Sifat dewasa Rion sudah tercipta saat Letta keluar beberapa minggu yang lalu. Tapi, Dyba juga gak mau Rion menjadi merasa tersingkirkan karena adanya Letta.

"Abang mau makan apa?"

Rion yang sedari tadi menatap Letta menjadi menatap Dyba. "Emm, ndak tau."

"Abang mau apa? Bilang aja."

Mata Rion tidak lagi menatap Dyba, ia menatap sekeliling kamar dan tangannya memilin-milin baju biru yang ia pakai. "Pengen nasi goleng buatan buna."

Dyba terkekeh. "Bilang kek dari tadi. Bentar, buna nidurin dedek dulu, ya? Ini dedek dah merem kok."

Rion mengangguk semangat. "Iya, buna."

Keadaan kamar hening lagi. Tangan Rion mengusap-usap dengan lembut tangan Letta dan Dyba yang menatap Letta dengan lembut. Ah, hidupnya benar-benar sudah sempurna sekarang. Dua anak yang sepasang dan seorang suami yang menyanyanginya dengan tulus.

Dyba meletakkan Letta yang sudah tertidur di dalam box bayinya. Wajahnya begitu pulas.

Saat sudah menidurkan Letta, Dyba menyodorkan tangannya ke Rion. "Ayo, kita buat nasi goreng."

Rion memekik senang, ia menggenggam tangan Dyba dan berjalan keluar kamar dengan semangat. "Buna, abang besok masuk jam sembilan."

"Kenapa?"

"Katanya gulunya ada lapat gitu."

Dyba menganggukkan kepalanya. Rion sudah mulai sekolah TK sejak beberapa bulan lalu. Dan dengan semangatnya, jagoannya itu di hari pertama sekolah sudah bangun sejak jam empat subuh. Di saat kandungan Dyba memasuki usia delapan bulan lebih, di situlah Rion mulai sekolah.

"Abang punya banyak temen gak di sekolah?"

Rion mengangguk semangat, ia berusaha untuk duduk di atas kursi pantry. "Banyak temen abang, na. Telus banyak juga cewek yang deketin abang, tapi gak ada yang secantik Belbel."

Dyba terkekeh. "Emang Belbel secantik itu?"

Rion mengangguk. "Iya dong, Belbel tuh cantik, tapi kadang nyebelinnya itu pengen abang buang ke tong sampah."

"Jadi Yon mau buang Belbel? Serius?"

Rion langsung membalikkan badannya, untung kursi pantry kursi putar. Rion menggaruk tengkuknya saat Bella menatapnya dengan tatapan tajamnya. "Belbel sejak kapan di situ?"

"Gak mau jawab, Belbel mau sama buna aja. Yon jahat!"

Bella langsung memeluk Dyba dari belakang. Dyba mengelus tangan Bella yang melingkar di perutnya. Bocah yang dulu ia temui masih sekecil Rion sekarang sudah menginjak kelas 3 SD, umurnya pun sudah 9 tahun.

"Belbel mau nasi goreng juga gak?"

Bella mengangguk. "Mau, buna."

Bella melepaskan pelukannya dari tubuh Dyba saat merasakan baju belakangnya di tarik-tarik. "Apa?!" tanya Bella dengan galaknya.

Rion mengerucutkan bibirnya. "Belbel ih, jangan ngamuk."

"Ya Yon yang mau buang Belbel ke tong sampah."

Rion menggeleng cepat. "Ndak, cuma belcanda."

Melihat wajah polos Rion membuat Bella langsung mencubit pipi Rion. "Kenapa imut sih Yon! Belbel jadi gak bisa lama-lama marah sama Yon!"

Mata Rion membulat, ia berusaha melepaskan cubitan Bella di pipinya. "Ih, pipi Yon jangan dicubit, ini bukan bakpao yang biasa Belbel beli!"

Bella tertawa, tangannya sudah dilepaskan dari pipi Rion. Tadi saat ia melihat bocah di depannya Bella seketika tertawa lagi. Tangannya mengukur tinggi tubuhnya dengan tubuh Rion. "Blee, masih tinggian Belbel!"

"Belbel kok kamplet sih!"

"Abang ...."

Rion langsung menutup mulutnya, ia meringis saat melihat tatapan Dyba. "Maaf buna, abang keceplosan. Salahin yayah yang ngomong kamplet telus di depan abang. Ya kan, Bel?"

Bella menggeleng polos. "Enggak."

Rion memukul lengan Bella. "Iyain aja kek Belbel!"

"Tapi Belbel gak pengen iyain. Gimana dong Yon?"

Rion tersenyum. "Belbel, Yon masukin tong sampah benel boleh gak?"

"Boleh kalau Rion ... rrrr ... nah kalau dah bisa bilang itu. Masa di sekolah tetep cadel terus."

"Belbel!" ucap Rion sambil menghentakkan kakinya kesal.

Bella tertawa, ia mengelus kepala Rion. "Ulululu adek kecilnya Belbel."

"Auk ah Yon mau main sama Letta aja, sama Belbel ndak asik!"

Dyba yang sedari tadi hanya mendengarkan percakapan kedua bocah itu tertawa gemas. Putranya itu sangat gampang digoda Bella.

"Maafin Belbel ya buna anaknya Belbel buat kesel."

Dyba terkekeh, ia yang tengah mengaduk nasi gorengnya menoleh ke Bella sebentar. "Gak papa, dia gak ada kamu marah-marah terus, badmood gitu."

Bella menyengir. "Soalnya kalau liat wajah kesel Yon buat Belbel pengen nyubitin pipinya terus."

"Iya, gak papa sayang. Kamu ke kamar sana liatin Rion, bocah itu pasti gangguin adeknya."

"Siap buna!"

Bella langsung berlari ke kamar bawah. Baru saja membuka pintu ia menghela nafas panjang. Tangannya ia letakkan di pinggang dan berdecak. "Belbel bilangin buna loh Yon gangguin Letta."

Rion yang sedang menggelitiki kaki Letta-- walaupun masih menggunakan kaos kaki langsung menghentikan gerakannya. "Ya ampun, Belbel lagi, Belbel lagi."

Bella menyeringai. "Belbel dapat tugas dari ibu negara suruh ngawasin anak bandelnya."

"Yon ndak bandel ya!"

Bella duduk di pinggir ranjang, menatap Rion yang tengah berdiri di samping box bayi Letta. "Iya, tapi Yon nakal. Ya kan?"

"Belbel kamplet emang!"

"Bun-"

Rion langsung berlari dengan cepat dan menutup mulut Bella. Matanya melotot dan menampilkan ekspresi sangar yang bukannya membuat Bella takut, malah gadis itu tersenyum geli. Dan jangan lupakan, Rion berjinjit karena tingginya lumayan jauh dari Bella.

"Belbel diem ih, jangan ngadu sama buna!"

Bella menepis tangan Rion dari mulutnya. "Enggak ah, Belbel mau bilang buna aja."

Rion menggoyangkan tangan Bella dengan wajah memelasnya. "Belbel, jangan dong. Yon beliin es klim deh. Eh, maksudnya Yon mintain es klim sama yayah biar untuk Belbel."

Bella menggeleng. "Kalau es krim Belbel bisa minta sama papa atau yayah sendiri. Belbel bilangin ya?"

"Ya udah Belbel ndak boleh ketemu ke lumah lagi kalau Belbel bilangin sama buna."

Bella tersenyum, ia mencolek pipi Rion. "Emang Yon gak bakalan kangen Belbel? Belbel tinggal seminggu ke tempat oma aja Yon gak mau mamam."

Rion meneguk ludahnya kasar, ia memalingkan wajahnya. "Belbel ih!"

Bella terkekeh, ia mengacak-acak rambut Rion. "Enggak, enggak, Belbel gak bakalan bilangin buna. Gangguin Letta yok!"

Rion menatap Bella polos. "Ndak bakalan bilang sama buna?"

Bella menyodorkan jari kelingkingnya. "Belbel promise, gak bakalan bilang sama buna, kan Belbel juga mau gangguin Letta."

Senyum Rion terbentuk, ia menarik tangan Bella dan membawa gadis itu berdiri di samping box Letta. "Liat, Letta cantik."

Bella tersenyum, ia berpose secantik mungkin. Bella menggoyang-goyangkan lengan Rion yang membuat Rion menoleh. "Apa?"

"Belbel cantik gak?"

Rion menggaruk kepalanya. "Belbel kenapa? Matanya kayak kelilipan malah. Kan Yon dah ngomong dali tadi Belbel cantik, masi nanya lagi."

Bella mengerucutkan bibirnya. "Belbel tadi tuh bukan kelilipan, tapi apa ya, emm biar cantik gitu."

Rion mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia kembali menatap Letta dan memainkan jari-jari mungil di balik sarung tangan. "Dedek, ndak mau bangun? Di sini ada kakak Belbel yang jelek loh."

Bella berdecak. "Tadi katanya Belbel cantik, sekarang ngomong sama Letta Belbel jelek. Emang cowok!" gumam Belbel sambil menatap punggung Rion tajam.

Rion menoleh ke belakang. "Belbel ngomong sama siapa?"

"Mbak kunti."

"Awas loh Belbel yang ngomong gitu nanti malah Belbel yang ditemenin tidul sama mbak kunti."

Bella menabok kuat lengan Rion. "Gak usah aneh-aneh!"

Mendengar suara Bella yang keras membuat Letta menggeliat. Bella dan Rion yang melihat itu langsung bergerak panik. Rion menepuk-nepuk pelan tangan Letta dan Bella yang mengelus-elus pipi Letta.

Mereka berdua menghela nafas lega saat melihat Letta sudah tertidur lagi.

"Bel, abang."

Mereka berdua terlonjak kaget saat suara pintu kamar terbuka lebar. Bella memegang dadanya. "Buna ngagetin."

Dyba mengernyitkan dahinya. "Lah, buna cuma manggil kalian aja. Kalian ngapain di samping Letta? Dedek bangun?"

Rion dan Bella langsung menggeleng. Rion berlari menghampiri Dyba, ia memegang tangan Dyba. "Endhak kok, na. Nasi golengnya udah jadi?"

Dyba mengangguk, bingung melihat kelakuan bocah ganteng ini. "Kenapa? Abang dah laper?"

Rion mengangguk, ia kemudian menatap Bella. "Belbel juga laper kan?"

Bella mengangguk. "Iya buna, Belbel laper banget."

Dyba terkekeh, satu tangannya terulur ke Bella. "Yok, keluar."

Bella berlari dan langsung meraih tangan Dyba. Saat Dyba membawa kedua bocah itu Dyba tidak menyadari bahwa Rion dan Bella sama-sama menghela nafas lega.

Bella dan Rion duduk di meja makan, saat Bella mengambilkan minum untuk mereka berdua, Bella mencolek paha Rion. Rion menoleh dan terkekeh, ia mengacungkan jarinya membentuk 'oke'. Mendapat itu Bella tertawa. "Sayang Yon!"

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁'◡'❁)

Jangan lupa vote dan comment
Terima kasih yang udah baca, vote, dan comment cerita ku ♡♡

18 Februari 2021

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 65.1K 47
# 1 in wedding (19/12/19) # 1 in old (05/01/20) # 2 in bullying (14/05/20) # 3 in boy (14/05/20) # 4 in rahasia (14/05/20) Keysha Tiarani gadis remaj...
1.9M 116K 50
"Sini aku peluk," Menceritakan tentang kisah Clarissa Putri Valentine dan Revan Megantara Putra. Dua sejoli yang sekelas dan masih menduduki bangku S...
536K 26.1K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
7.3K 368 15
❗️PART SUDAH TIDAK LENGKAP❗️ [HER BADBOY HUSBAND SEASON 2] Pernikahan bukanlah sebuah akhir, tetapi awal dari segalanya. Akankah kehidupan rumah tang...