Sudut Rasa (On Going)

By chocogrey05

2.5K 2.1K 3.1K

Q : Covernya kok ga sesuai cerita? A : Ceritanya belum selesai sayang, tunggu sampe selesai nanti paham. Yang... More

Info
1. Awal Bertemu
2. Sesak
3. Have fun
4. Teman?
5. Terlambat
6. Tawuran
7. Berkelahi
8. Aku Dan Aku
9. Blue Cafe
10. Intropeksi
11. Skorsing
12. Menginap
13. Nostalgia
14. Teman baru?
16. Bolos
17. Rusuh
18. Masalah
19. Hancur
20. Aya, bukan Ara
21. SMA Kartika
22. Nomer asing
23. Pernyataan baru
24. Baikan
25. Calon adik ipar
26. Banyak persamaan
27. Toleransi

15. Seblak

71 59 98
By chocogrey05

***


"Seblak aja dicintai, apalagi kamu!"

__Gemini__

***

"Ara!"

Gadis yang dipanggil Ara celingukkan, mencari sumber suara yang meneriaki namanya.

"Di sini Ara!"

Ara atau yang biasa dipanggil Gemini oleh Airin, dia menajamkan penglihatannya, dia mengedikkan bahunya acuh lalu melenggang pergi tanpa berniat menghampirinya.

Gemini akan membolos, dia tak mau menyiakan waktu istirahatnya untuk mengobrol dengan sepupunya. Ya, yang memanggil namanya adalah Denis atau yang kerap disapa Deden.

"Weh, Ara! Sini bentar, gue bilangin emak lo, tau rasa lo!"

Gemini menghentikan langkahnya, memutar kepalanya ke belakang. "Fuck!"

Deden terkekeh melihat sepupunya yang akhirnya mau menghampirinya.

Gemini melihat satu persatu teman Deden, dia mengetahui mereka semua, namun dia tak pernah melihat dengan jarak sedekat ini. "Apa!" ketusnya.

"Ketus bat lo! Lo mau bolos 'kan? Ngaku lo!"

"Gak!"

"Gak usah ngeles lo!"

"Berisik babik! Cepetan gak! Gue mau kencan!"

Deden menyerngitkan dahinya. "Kencan? Muka kayak preman ngaku punya pacar, ngaku-ngaku, lo?!"

"Satu."

"Lah, ngapain lo."

"Dua, hitungan ketiga gue pergi!"

"Gue bilangin emak lo beneran loh! Lo bolos!"

"Ti ...."

"Iya-iya! Gugup amat lo! Jadi gini," Deden melirik Gesa sekilas.

"Apa!"

"Sa! Cepetan, gue udah panggilin nih sepupu laknat yah!" Gemini mengeplak kepala Deden keras.

"Makan tuh keplakan!" cerca Anggit.

"Lo mau juga?!" Anggit menggeleng cepat lalu mengangkat dua jarinya.

"Sa! Cepetan ngomong, dia kalo ngamuk bahaya!" bisik Deden pada Gesa.

Gesa terdiam sebentar. "Lo tau gue 'kan?"

Gemini mengangguk malas. "To the point, gue mau ketemu sohib gue, buru!"

"Gue minta nomer WA temen lo!"

Gemini melirik bingung. "Temen gue banyak, gak jelas lo!"

Gesa berdecak. "Yang kemaren di tempat latihan skeatboard itu loh, Ra," jelas Deden memberi tahu.

Gemini ber oh ria. "Adi?"

"Adi?" ulang Gesa menyerngit, "seinget gue ... Airin namanya, kalo gak salah."

"Iya, Airin Adi Pradipta, sohib gue, napa lo?! Suka lo sama dia?!"

Gesa tertohok, sepupu Deden memang sedikit menyeramkan. "Bukan urusan lo, mending lo bagi nomernya sekarang."

"Siapa lo? Sok ngatur!"

"Katanya lo udah kenal gue, ngapain nanya-nanya!"

Gemini mengedikkan bahunya. "Lo mau nomernya Adi?" Gesa mangangguk, Gemini tersenyum devil.

"Ngeri," lirih Anggit melihat senyum Gemini, Gemini yang sedikit mendengar menatap tajam Anggit.

Dia kembali menatap Gesa. "Gue minta ongkos buat bolos, makan, sama hunting, baru gue kasih! Gimana?

"Meres gue lo?"

Kembali memgedikkan bahunya, Gemini tersenyum simpul. "Gak mau ya udah."

Gesa menggeram. "Okeh, gue kasih lo uang, lo kasih nomernya dia, setuju?" Gesa mengulurkan tangannya.

Gemini menyambut itu. "Deal! Sini HP lo!"

Dengan cepat Gesa memberikkan handphonenya, Gesa menunggu tak lama.

"Nih! Belom gue namain, namain sendiri, mana duitnya?!"

"Bukan nomer gadungan 'kan?"

Gemini berdecak, dia memperlihatkan handphonenya. "Samain!"

Gesa mengangguk-anggukan kepalanya, nomernya sama, Gesa mengambil uang di sakunya. "Cukup?"

Gemini menghitung berapa uang yang diberikan oleh Gesa, ada satu lembar uang warna merah, dua lembar berwarna hijau, dan tiga lembar uang lima ribuan. "Uang lo receh, kek muka lo!" ujarnya lalu pergi tanpa kata pamit.

"Gak tau diuntung sepupu lo, Den."

"Dia emamg gitu, Sa!"

"Ga pa-pa lah, yang penting gue dapet nomer calon pacar."

Anggit bergidik. "Asli parah! Itu sepupu lo, Den?"

"Iya, beda banget dia sama kembarannya."

"Gilak-gilak, emang kembarannya kenapa?"

"Kepo lo kayak monyetnya tetangga gue!" sewot Gesa.

"Diem! Eh, btw nih ya, Sarga sama Bryan kemana sih gak balik-balik?" heran Anggit yang langsung diangguki oleh keduanya.

"Tumbenan banget ngilang gitu aja, apalagi tuh Sarga! Gila aja dia ngembat Vita," ucap Deden menggeleng-gelengkan kepalanya.

Gesa terkekeh. "Ga pa-pa lah, dari pada sama Anggit, kalo sama Sarga 'kan mending, sama-sama cerah otaknya," hina Gesa, Gesa menaik turunkan alisnya menatap Anggit yang meliriknya tajam.

"Yang penting ganteng," sangat pede sekali.

"Gantengan juga gue," cicit Gesa menepukkan tangannya ke dadanya.

***

"Lama banget sih lo!"

Gemini menyengir. "Hehe, beli boba dulu, mau?"

Airin mengangguk cepat, tenggorokannya kering, uangnya habis karena ditagih kas oleh temannya, Airin heran saja, mengapa tunggakannya sangat banyak? Padahal dirinya hanya menunggak dua kali.

"Pelan aja napa minumnya, kek yang dehidrasi aja lo!"

"Uang gue abis, Gem! Dipalak sama bendahara kelas, anjir banget!"

Gemini ber oh ria, dia ikut duduk di kursi taman, mereka memang berencana untuk membolos bersama, taman adalah pilihan yang tepat, di bawah pohon rindang dengan menikmati boba.

"Gem, kok rasanya enak, rasa apa Gem?"

"Rasa yang pernah ada," jawabnya santai.

Airin melirik Gemini. "Nglawak lo? Rasa mah stroberi, coklat, banana, atau apa gitu! Apaan rasa yang pernah ada!"

Gemini terkikik. "Gak percayaan lo! Senolep-nolepnya gue, ternyata lo lebih nolep, ya? Orang beneran ada varian rasa gitu, gak percaya nanti gue tunjukkin kedainya."

"Bodo ah, gak peduli!"

"Oh ya, Di! Tadi ada yang minta nomer lo!" ceritanya santai.

Airin berhenti menyeruput es bobanya. "Terus lo kasih?"

"Iyalah, mayan dapet uang seratus lebih, tuh boba beli make uang dia!" Airin memelototkan matanya, jujur sekali satu anak ini.

"Gilak bat si lo, Gem! Temen kelas gue aja gak tau nomer WA gue, lo seenak jidat bagiin nomer gue, Gemini! Pen nyekik lo, gue!"

Gemini menelan ludahnya kasar, ia tak menyangka bahwa Airin akan semarah ini padanya. "Lo marah?"

"Pake nanya lagi! Emang lo bagiin nomer gue ke siapa?" kepo Airin.

Gemini sedikit lega. "Dia ganteng kok, lo kayaknya juga pernah ketemu, siapa sih, lupa gue namanya, udahlah lupain!"

"Lupain-lupain, mata adudu ijo!"

"Yang ijo badannya!"

"Palanya juga!"

"Karep-mu!"

"Y!"

Gemini mencibir. "Dari pada lo kayak anjing berceloteh, mending kita nyeblak, yok!"

"Hah? Nyeblak? Itu Makanan?"

Gemini memelototkan matanya, sedikit bergedek takjub. "Kaum seblak akan merasa tersinggung kalo denger lo bilang gini, gilak-gilak! Lo lahir jaman manusia purba ya? Makannya daun sama rumput? Seblak makanan favorit hampir seluruh ciwi-ciwi senegara, dan lo gak tau itu?!"

"Lebay lo jablay! Gue emang gak tau yah, pasti gak enak 'kan?"

Gemini mendelik tajam. "Sekali lagi lo bilang, gue guyur pake kuah seblak level dewa!"

"Lagian seblak apaan njir, gue gak ngerti!"

"Mending lo diem, sekarang lo ikut gue!" paksa Gemini menarik lengan Airin.

"Kemana?"

Sedikit mendesis, Gemini kesal dengan sifat polos yang terkadang muncul di sifat Airin. "Jualan rambut nenek!"

"Hah? Gimana-gimana? Nenek gue udah meninggoy, masa gue gali lagi, kasian lah!" balasnya polos.

"Lo tau gulali gak?" Airin mengangguk cepat, "itu rambut nenek, bukan rambutnya nenek lo bego!"

"Oh!"

Keduanya pergi, Airin bingung, entah mau dibawa pergi kemana dirinya, ingin menolak tapi ia bingung, ya sudahlah pasrah lebih baik.

Keduanya berhenti tepat di sebuah warung kopi, tidak jauh dari jalan dan juga tidak terlalu dekat dengan jalan, tempat ini tak panas, mereka tak duduk di dalam warung, keduanya memilih tempat di bawah pohon dengan duduk di atas panggok.

Sebelumnya keduanya sudah memesan, lebih tepatnya Gemini lah yang memesankan. Mereka terlebih dahulu memesan es teh dan sepiring gorengan, seblak mereka masih dimasak.

Mereka tak hanya berdua, warung ini cukup ramai, warungnya juga cukup besar, namun yang keduanya herankan, mengapa tidak ada perempuan? Mengapa hanya anak lelaki saja di sini, mereka berdua ditatap sedikut takjub.

"Kok mereka ngeliat kita kayak gitu, Gem?"

"Gak tau."

"Lo tau tempat ginian dari mana?" tanya Airin.

Gemini mengulum bibirnya. "Sebenernya gue gak tau ini tempat apa, gue tadi cuma liat kalo di sini jualan seblak, ya udah gue masuk aja, soalnya tadi kita lewat di tempat seblak yang biasa gue beli, tutup," jelasnya yang membuat Airin ber oh ria.

"Gemini!" panggil Airin, Gemini menaikan alisnya, "kok almamater milik tuh cowok ada yang mirip almamater lo? Terus, bukannya ini deket sama sekolah lo ya? Bukan deket lagi sih, ini kayak di belakang sekolah lo," sadarnya ketika mengitari sekeliling tempat.

Gemini melebarkan matanya kala melihat palang yang tertera. "Anjir, gue baru ngeh, gue tau kenapa mereka natap kita kayak gitu, terus Ibu warkopnya juga dikit was-was waktu kita dengan santainya mesen seblak, gawat-gawat! Lo tau?" cerocos Gemini menelan ludahnya kasar, "ini itu ... markasnya Flame's!" sambungnya.

"Flame's?"

"Iya anjir! Makanya gue heran, kok warkopnya gede banget, emang sih keliatan kecil kalo dari depan, tapi coba lo liat samping deh, bangunannya manjang!"

"Terus hubungannya sama mereka yang natap kita kayak gitu, apa?" Airin masih terlihat bingung.

Gemini berdecak. "Tau gak? Ini markas gak didatengin sama cewek! Mungkin pernah, tapi paling cuma lewat, dan kalo pun ada pasti dia punya hubungan penting sama si anggota geng ini, sedangkan kita?"

"Gue gak ngerti, Gem! Emang ...."

Ucapannya berhenti kala mendengar beberapa orang bersuara cukup keras, Gemini tau siapa si pemilik suara, dia mengenali suara milik salah satunya. "Nunduk Di!"

"Hah?"

"Nunduk bego! Gini-gini, kalo gue bilang berdiri terus lari, lo lari ya," intruksinya, "bentar gue taroin duit dulu buat bayar," lanjutnya.

"Lo aneh, Gem!"

"Udah diem, sekarang berdiri, hitungan ke satu langsung lari!"

"Gak itungan ke tiga?"

Gemini berdecak. "Udah ikutin aja, sa ... tu! Lari!"

Gedubrak

Gemini beranjak lari dari tempat duduknya, berbeda dengan Airin yang terjatuh tersungkur, kakinya tak sengaja menginjak tali sepatunya.

"Woi! Berhenti gak!" Gemini berhenti tanpa membalikkan badannya.

"Di? Adi!" panggilnya yang tak disahuti, terpaksa dia membalikkan badannya dengan cengirannya, ekspresinya berubah menjadi terkejut saat melihat Airin yang masih dengan posisi tersungkurnya.

"Ara!" seru salah satu lelaki yang tadi memanggilnya.

"Halo, Den! Hehe," cengiran khasnya ia tunjukkan kembali, saat akan melangkah membantu Airin berdiri, dia lebih dikejutkan, seorang lelaki terlebih dahulu menolong sahabatnya.

Airin tak peduli siapa yang menolongnya berdiri, dia belum melihat, tangannya sedikit kegores kerikil kecil, lututnya juga berdarah, tak sakit memang, tapi lumayan perih.

"Kasian banget jodoh gue," celutuk seseorang yang menolongnya tadi.

Airin mendongak, terdiam sebentar, tak asing wajah orang di depannya. Ya, dia ingat, secepat kemudian dia menepis tangan lelaki itu dari bahunya.

"Aish!" ringisnya pelan, telapak tangannya perih.

Telapak Airin ditarik paksa, dia mengerang karena sedikit tertekan lukanya. "Sakit, Bego!" makinya yang justru dibalas dengan cengiran.

"Maap jodoh, gak sengaja! Masuk kuy! Gue obatin!" ajaknya yang langsung diberi gelengan olehnya.

"Ogah! Gue mau pulang! Gemini!" tolaknya lalu beralih memanggil Gemini yang sedang mengobrol dengan dua lelaki sekaligus.

Gemini sudah kembali dengan posisinya semula, duduk di panggok. "Maap ya, Di! Sini gue obatin!" panggilnya menyuruh Airin mendekat.

Airin mencabikkan bibirnya, saat akan melangkah rasa perih di lututnya semakin terasa, sedikit meringis ia menahannya.

"Kalo ada orang kenapa gak minta tolong, Jodoh?!"

Seruan lelaki itu justru dibalas lirikan tajam dari Airin, bukannya takut dia malah terkekeh. "Manis banget sumpah! Pulang yuk ke rumah gue!"

"Najis!"

"Mulutnya!" gertaknya lalu dengan cepat membopong Airin menuju teman yang lainnya.

Airin melotot namun tak urung dia mengencangkan pegangannya di leher si lelaki.

"Anjing, babi, setan, taik, dakjal, ah! Iblis lo! Turunin gue!" pekiknya mengabsen makian.

Lelaki itu sangat gemas. "Mulut lo minta dicipok, hah?!"

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 266K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
5M 377K 53
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
864K 85.7K 48
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
475K 5.3K 6
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG🤭 Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...