DySam (After Marriage) [Sele...

By DAPU49

1.3M 115K 11.9K

[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung... More

DySam (bacotan author)
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
[Hiatus]
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
👉👈
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Hai
Cerita Baru!!!
Cerita Baru!!!

78

12.6K 1.3K 361
By DAPU49

Sam menekan-nekan perutnya, isi perutnya tidak mau keluar padahal ia sudah berdiri di depan westafel hampir lima belas menit. Mual melandanya sedari tadi, tetapi tidak ada yang keluar.

"Yayah?"

"Kamar mandi mbul."

Dyba sedang pergi mengecek kandungan dengan Barsha, ia jelas tidak bisa ikut, mau ikut bagaimana kalau ia selalu mual seperti ini?

Rion menepuk punggung Sam. "Yayah, bental Yon ambilin minum dulu."

Rion dengan cepat kembali dengan satu gelas air di tangannya. Untung saja di dalam kamar selalu disediakan minuman oleh Dyba.

Sam meneguk air beberapa kali dan mual lagi-lagi melandanya. Rion menggigit bibirnya, panik melandanya. Biasanya kalau Dyba ada pasti bunanya yang nepuk-nepuk punggung yayahnya. "Bental, Yon panggilin mbak Ana ya?"

Sam menahan tangan kecil yang akan keluar dari pintu kamar mandi itu. "Gak usah, yayah gak kenapa-kenapa. Yayah udah sehat kok."

Rion menatap Sam dengan khawatir. Ia mengeratkan genggaman tangannya ke tangan Sam saat Sam berjalan ke ranjang. "Pelan-pelan yayah."

Sam duduk di pinggir ranjang sedangkan Rion berdiri tepat di hadapannya. "Mau Yon ambilin apa?"

Sam menggeleng, ia mengusap kepala Rion dengan halus. "Jangan nyalahin dedek ya karena ayah jadi kayak gini. Ini wajar sayang, waktu kamu masih di dalam perut buna kamu juga buat buna muntah-muntah gini. Jadi, jangan pernah nyalahin atau gak suka sama dedek ya?"

Mata Rion menatap iris coklat Sam. "Tapi, yayah gak kenapa-kenapa kan? Gak cakit lagi kan?"

"Udah enggak kok."

Rion memeluk dada telanjang Sam, tangan mungilnya ia lingkarkan di punggung Sam. "Yon cayang yayah, Yon ndak mau yayah kenapa-kenapa."

Sam membawa tubuh embul itu ke pangkuannya, mengusap naik turun punggung Rion. "Tenang, yayah gak kenapa-kenapa. Yang penting embul sayang terus sama dedek."

Rion mengangguk. "Yon cayang kok cama dedek."

Sam tersenyum senang. Ia menunduk saat merasakan Rion mendongak. "Kenapa?"

"Tapi ...."

Sam mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi Rion. "Apa sayang?"

Rion menundukkan kepalanya, jari-jari mungilnya membentuk pola-pola di dada Sam. "Yon bakalan tetep di sayang kan?"

Sam tersenyum tipis, paham pikiran Rion ke mana. Sam menangkup pipi Rion, mengarahkan wajah itu agar menatap nya. "Listen daddy."

Rion meneguk ludahnya. Sam kalau sudah memakai kata 'daddy' pasti yayahnya sedang dalam mode serius. Rion mengangguk menjawab ucapan Sam.

"Rion itu pangerannya yayah sama buna, mau gimana pun kamu bakalan jadi pangeran. Rion itu berharga, gak mungkin nanti kalau ada dedek terus kamu diasingkan. Yayah sama buna bakalan sebisa mungkin berlaku adil sama kalian. Rion bakalan tetap jadi kesayangannya yayah sama buna. Inget kak Airin?"

Rion mengangguk. "Kakak cantik."

"Kalau Rion kan pangeran, kalau kak Airin itu bidadari yayah sama buna."

"Kalau dedek nanti?"

"Kita liat nanti waktu buna lahir dedeknya cewek atau cowok oke?" Sam mencolek hidung Rion. "Yang pasti selalu inget, yayah sama buna selalu sayang sama kamu. Rion gak bakalan di singkirin."

Rion tersenyum lebar hingga membuat Sam gemas sendiri. Sam mencubit pipi Rion dengan gemas. "Kan ganteng anak yayah kalau senyum gini."

"Kayak yayah?"

Sam mencium pipi Rion. "Iya dong, kan gen yayah."

"Oh iya, yah."

Sam mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Yon kemalin di cium bibil nya cama kakak Ailin."

Sam terkekeh. "Gak papa."

Rion mengangguk-anggukkan kepalanya. "Telus maca Yon kemalin mau main ke lumahnya kakak ndak boleh? Kan Yon cuma mau main cama yang lain, Yon liat di cama banyak anak kecil."

Sam tersentak, tetapi ia menormalkan ekspresinya. "Kakak Airin kan punya rumahnya sendiri, embul gak boleh main ke sana."

Rion menggaruk kepalanya. "Telus Yon bangun tidul kok udah di kamal aja? Kenapa Yon ndak di lumah kak Ailin?"

Sam mendesis bingung, ia bingung mau menjawab apa. "Emm, pokoknya kak Airin punya tempatnya sendiri. Kalau embul dah gede nanti yayah ceritain."

"Oke."

Sam membawa Rion ke gendongannya, ia akan ke bawah mungkin mencari makanan, perutnya lapar. Rion mengecupi leher Sam. "Yayah kenapa balu bangun cekarang? Kan buna udah pelgi duluan."

Sam menatap jam yang ada di sekitarnya, jam sepuluh. "Yayah kerja semalam mbul, habis shalat subuh jadi bobok lagi. Terus baru bangun sekarang."

Rion mengangguk, ia melihat gerakan Sam saat ia diturunkan Sam di pantry. "Yayah mau macak apa? Kan buna udah macak."

Sam menggeleng. "Yayah mau buat mie aja, cabenya mau yayah banyakin."

"Ndak boleh ih! Nanti cakit pelut!"

Sam mengecup cepat bibir Rion. "Berisik! Diem di situ, awas nanti jatuh kalau kamu gerak."

Rion mengerucutkan bibirnya, matanya melihat gerakan Sam yang begitu lincah. Ia sering melihat buna nya memasak, tapi ia hanya beberapa kali saja melihat yayah nya memasak.

"Tau ini?"

Rion memiringkan kepalanya melihat sayur yang ditunjukkan Sam. "Emm, buna pelnah ngajalin Yon, tapi Yon lupa."

Sam menunjukkan lebih dekat sayuran di tanganya. "Namanya bawang, ini yang merah, kalau ini yang putih."

Rion mengangguk. "Oh bawang led cama bawang white."

Sam terkekeh. "Beda kalau kamu buat jadi bahasa inggris."

Rion menyengir. "Kan Yon liat walnanya aja."

Sam mulai menggoreng bawang merah, bawang putih ke atas wajan. Tidak lama kemudian ia memasukkan cabai rawit yang sudah ia potong-potong kecil.

"Cabenya banyak yayah!"

Sam terkekeh. "Gak papa mbul, nikmat. Semenjak yayah yang ngidam yayah jadi suka sama pedes."

"Menclet nanti."

"Tenang aja, gak bakalan, lambung ayah sekarang udah bekerjasama sama makanan pedas."

Rion hanya mengangguk-anggukkan kepalanya lagi, ia melihat Sam yang sudah memasukkan dua bungkus mie instan ke dalam wajan.

"Mbul mau yayah buatin gak?"

Rion menggeleng dengan cepat. "Ndak! Pedes itu!"

"Di buatin, bukan di ambilin punya yayah!"

"Oh, yayah bilang kek! Mau kalau gitu."

"Yee, kampret!"

Rion terkekeh mendengar gerutuan yayahnya. Ia melihat mie yang dimasukkan Sam ke panci yang untuk mie nya berbeda dengan mie milik Sam. "Kok punya Yon beda cama punya yayah?"

"Kamu makan mie yang gak MSG nya. Harga nambah dikit, manfaat nambah banyak."

Rion menganggukkan kepalanya. "Mie yang ijo itu ya?"

"Pinter!"

Sam menatap Rion yang sedari tadi menatapnya saja. "Embul mau turun?"

Rion menggeleng. "Ndak, di cini aja liatin yayah macak."

Sam menganggukkan kepalanya. Ia mengangkat mie nya yang sepertinya sudah matang. Ahh baunya membuat cacing di perut Sam langsung meronta untuk langsung melahapnya.

"Ok, mie yayah dah jadi. Bentar, yayah bikinin mie embul."

"Iya yayah," jawab Rion sambil memperhatikan mie Sam yang diletakkan yayahnya itu tepat di sampingnya. Baunya enak :(

"Gak usah ngiler bang!"

Rion dengan reflek menutup mulutnya menggunakan tangan. Saat ia sadar ia dikerjain yayahnya Rion langsung menatap Sam dengan tajam. "Yayah ih!"

"Nih, mie embul udah jadi."

"Yey! Telul mata kebo!"

Sam terkekeh, ia membawa piring Rion dan mangkuknya ke ruang tengah dengan nampan, tidak lupa dua gelas susu ia bawa. Mungkin ia akan makan mie dengan menonton film atau kartun, tergantung apa yang dipilih Rion nantinya.

Sam balik lagi ke dapur untuk menurunkan Rion dari atas pantry. "Gendong atau jalan? "

"Gendong ya yah? Mumpung buna ndak ada, kalau ada buna Yon ndak boleh lagi di gendong yayah."

Sam tertawa pelan. "Aye aye captain!"

Rion ikut tertawa. Ia langsung duduk di karpet saat Sam sudah menurunkannya. Sam menghidupkan TV. "Kita nonton apa kali ini?"

"Batman!"

"Batman atau minion?"

"Dua-duanya ndak bica?"

"Mau mata kamu juling liat kanan liat kiri? Yang bener aja ih!"

Rion menyengir. "Minion aja!"

"Siap, minion siap meluncur!"

Kedua lelaki kesayangan Dyba itu sudah sama-sama menikmati kartun minion dan mie yang tadi di buat. Sesekali Rion menyuapi Sam dengan mie nya.

"Yayah," panggil Rion dengan wajahnya yang tidak berpaling dari TV di hadapannya.

"Hmm?"

"Beli es klim minion yok! Cama kentang itu loh."

"Di McD?"

Rion menggidikkan bahunya. "Ndak tau namanya, yang pasti Yon pelnah nonton di youtube ada yang makan itu."

"Nanti ajak buna kalau buna dah pulang."

"Oke."

Dan keduanya hening lagi, sesekali tawa riang Rion terdengar saat adegan lucu. "Kaki om nya kecil banget."

Sam hanya menanggapi itu dengan senyumnya saja. Ia menoleh ke belakang saat merasakan ada bayangan seseorang. Dan benar saja, saat ia menoleh di sana berdiri Dyba yang sudah mengerucutkan bibirnya.

"Gak jadi aku ngagetin kalian berdua."

Rion yang mendengar suara itu langsung menoleh, mie yang belum di telan dan masih menggelantung di bibirnya dibiarkan saja, sedangkan bocah itu langsung berlari ke Dyba.

Dyba menyambut bocah itu dengan pelukannya. "Mamam dulu itu mie nya."

Rion mengunyah mie yang ada di mulutnya dengan cepat. Ia melirik kantong yang di bawa buna nya. "Apa itu, na?"

Dyba menggoyang-goyangkan plastik itu. "Pasti kamu seneng liat isinya. Tapi, habisin dulu mie nya, nanti mie nya nangis kalau gak kamu habisin."

"Siap buna!" Rion langsung berlari lagi dan duduk di samping Sam. Ia memakan mie nya secepat yang ia bisa.

"Mau yang?"

Dyba yang baru saja duduk di sofa menatap mie Sam. "Kayaknya enak."

"Jelas dong, chef Sam yang masak jelas enak. Mau disuap?"

Dyba mengangguk. "Boleh."

Sam menyuapi mie nya ke Dyba. Saat merasakan mie nya Dyba menatap Sam dengan kening berkerut. "Ini gak terlalu pedes untuk kamu?"

"Tuh ...." Sam menunjuk segumpalan tisu yang ada di samping meja.

Dyba menampilkan ekspresi gelinya. "Kayak orang habis coli aja ngehabisin tisu segitu banyak."

Sam menepuk pipi Dyba pelan. "Hamil anak kedua malah tambah frontal ngomongnya."

Dyba menyengir. "Selalu sama kamu jadi ya kena virusnya kamu."

Sam kembali menyuapi Dyba. Mata Sam memandangi wajah Dyba, mengapa aura ibu hamil selalu berbeda? Selalu tampak bersinar. "Kok makin cantik sih kamu, yang?"

Dyba mengangkat sebelah alisnya. "Istri makin cantik kok bingung. Entar istrinya buluk juga bingung. Aneh kamu ih!"

Sam mengambil sisa mie yang ada di sudut bibir Dyba sambil menjawab, "Bukan gitu, aura kamu tambah cantik jadi pengen liat adek tiap saat."

"Ayah liat dedek ya? Yon mau ikut!"

Dyba yang tengah makan tersedak sedangkan Sam melototkan matanya kaget. Rion yang mendengar batuk Dyba langsung memberikan susu Sam kepada Dyba. "Minum dulu, na. Buna ih kalau makan hati-hati!"

Saat batuk Dyba sudah reda Rion kembali bertanya. "Yayah liat dedek gimana, na? Yon pengen ikut."

Dyba meringis, tapi kemudian saat melihat mie di piring Rion sudah habis wanita itu tersenyum. "Mau liat gak apa yang buna bawa?"

Dan yang namanya Rion polos, bocah cilik itu langsung mengangguk dengan semangat. "Mau!"

Dyba mengeluarkan isi kantong plastik ke atas meja. Mata Rion berbinar senang saat makanan dan mainan itu lengkap di jejer di atas meja. "Minion!"

Sam yang melihat itu menepuk boking Rion secara reflek. "Buna kamu peka!"

Rion melototkan matanya ke Sam. "Yayah ih! Bokong Yon ndak ucah di pukul!"

Sam menyengir. "Mangap mbul, soalnya buna kamu peka banget ih, baru aja tadi kamu minta eh langsung dibeliin sama buna padahal yayah gak ada ngomong."

"Eh, masa?" tanya Dyba heran.

"Iya na, Yon tadi balu bilang cama yayah mau beli ini kalau buna dah pulang, eh buna udah beliin Yon aja."

Dyba terkekeh. Ia mengecup pipi Rion. "Telepati. Ya udah sana makan, nanti kalau dah dingin gak enak."

"Minion Yon datang!"

Saat melihat Rion sibuk dengan makanannya Sam mendekatkan dirinya ke Dyba. Duduk tepat di hadapan Dyba yang membuat Dyba mengerutkan keningnya. "Apa sayang?"

"Kiss. Dari pagi gak ada morning kiss."

Dyba mengecup hidung Sam. "Salah siapa gak bangun pagi?"

"Makannya sekarang kiss."

"Ada anak kamu."

"Biarin, dia sibuk sama makanannya itu."

Dyba menghela nafas panjang, ia menatap Sam sebelum mendekatkan bibirnya dengan bibir Sam. Saat bibir keduanya sudah hampir menempel teriakan cempreng Rion membuat gerakan Dyba terhenti.

"Buna, bentuknya lucu!"

"Bocah kampret!"

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁'◡'❁)

Jangan lupa vote dan comment
Terima kasih yang udah baca, vote, dan comment cerita ku ♡♡

11 Februari 2021

Continue Reading

You'll Also Like

10K 232 41
Menikah dengan Naufal adalah salah satu hal yang tidak pernah Melody bayangkan. Bagaimana mungkin dia menikah dengan seorang kakak kelas di sekolah n...
1.7M 93.3K 53
Cerita Berganti judul, Judul sebelumnya Saka Armada Menikah karena di jodohkan atau karena tragedi? Cerita lika-liku Saka dan Naya untuk mencapai ke...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.3M 89.7K 33
Ini cerita 4 tahun yang lalu, jadi maaf kalau agak menggelikan :") "A mistake, which made Me and You, become Us." ©by saturfive_2002 2020/2021 Allrig...