DySam (After Marriage) [Sele...

By DAPU49

1.3M 115K 11.9K

[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung... More

DySam (bacotan author)
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
[Hiatus]
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
πŸ‘‰πŸ‘ˆ
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Hai
Cerita Baru!!!
Cerita Baru!!!

77

13.1K 1.2K 160
By DAPU49

Hola! Maaf update nya kemaleman :(
Tugas nauzubillah banyaknya, bentar lagi juga ujian akhir karena udah kelas 12 jadi tugas di gempur (sama kayak Sam yang gempur Dyba 😌)

Yang masih melek sini-sini absen dulu

Happy reading ^^

***

Sam memeluk dengan manja perut Dyba, sesekali ia mengecupi perut yang sudah terlihat mulai membuncit itu. Badannya lemas, sedari tadi ia mual-mual terus dan berakhir dengan tiduran di paha Dyba menghadap perut Dyba.

Dyba mengelus rambut Sam. "Masih mual?"

"Enggak, tapi sekarang aku pengen."

"Pengen apa sayang?"

"Pengen bakso mercon."

Satu alis Dyba terangkat. "Bukannya kamu gak suka pedes?"

Bibir Sam mengerucut. "Sekarang pengen pedes-pedes, kayaknya juga enak bakso."

"Iya, iya, pesen online aja ya?"

Sam mengangguk. "Heem, lagian aku gak mau kamu tinggal."

Dyba mulai mengotak-atik ponselnya, ia memesan dua bakso mercon di warung langganannya. Setelah selesai Dyba kembali mengelus-elus rambut Sam.

"Buna ...."

Dyba merentangkan tangannya ke Rion, wajah bocah itu dipenuhi keringat. Melihat rentangan tangan Dyba membuat Rion menggeleng. "Yon ndak mau di peluk, Yon bau acem, naa."

Dyba terkekeh. "Buna mandiin?"

Rion berjalan ke hadapan Sam, ia menatap ayahnya itu. "Yayah, boleh?"

Sam tersenyum, ia mencubit pipi Rion. "Boleh mbul, biasa aja dong nanyanya."

Rion mengecup pipi Sam. "Makacih."

Sam mengangguk. "Cama-cama."

Rion tersenyum mendengar jawaban Sam itu. Mungkin hari biasanya ia akan mencari masalah dengan ayahnya itu, tapi semenjak Sam mual-mual ia jadi kasian kepada Sam.

"Mbul, tapi yayah boleh minta tolong dulu gak?"

Rion yang tengah memandang Sam itu kemudian tersentak. "Eh, apa yayah?"

Sam mengecup hidung Rion. "Mikirin apa sih sampai liatin yayah kayak gitu?"

Rion menyengir lucu, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Yon cuma mikil kepala yayah macih cakit?"

Sam langsung berpura-pura memegangi kepalanya sambil mengerang. "Aduh, sakit banget kepala yayah."

Rion tersentak, ia langsung memijat kepala Sam. "Eh, yayah. Yon pelu ngapain?"

Saat Rion berdiri tepat di depan wajahnya Sam langsung menangkap badan itu ke dalam pelukannya. "Yee, dapat."

Rion menunduk, menatap Sam dengan bibir yang di kerucutkan. "Ih, Yon kila yayah kenapa-kenapa."

Sam menciumi perut Rion. "Embulnya yayah wangi."

"Yon belum mandi loh."

Sam menggesek-gesek hidungnya di perut Rion, ia mengangkat baju Rion hingga perut embul itu terlihat. "Gak papa, enak bau kamu. Pasti dedek kamu nempel banget sama kamu nanti."

Rion menatap Dyba sambil mengangkat kedua alisnya. Dyba terkekeh pelan, ia berkata tanpa suara. "Gak papa, biarin aja."

Tangan Rion mengelus lengan Sam. "Yayah, bukannya yayah tadi minta tolong sama Yon? Apa?"

"Gak tau, gak jadi, yayah lupa mau ngomong apa. Yang yayah mau sekarang ciumin bau kamu aja."

"Tapi Yon panas yah, kelingetan nih habis main cama Belbel."

Sam mengangkat kepalanya dari perut Rion, ia menatap memelas putranya itu. "Kamu gak mau yayah ciumin?"

Mata Rion membulat, ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. "Ih, makcud Yon bukan gitu. Mau-mau aja Yon di ciumin, apalagi pelmintaan dedek, tapi Yon kelingetan, jadi lengket badan Yon."

Sam terduduk. "Ya udah sana mandi sama buna, habis itu ke sini lagi ya mau yayah ciumin."

"Aye aye captain!" Rion kemudian menatap Dyba. "Yok, na!"

Dyba terkekeh, saat ia mengulurkan tangannya ingin menggendong Rion, tetapi bocah itu langsung menjauh. "Ndak, ndak, ndak boleh gendong Yon, Yon dah besal. Di pelut buna kata yayah juga ada dedek Yon jadi nanti dedeknya kena bokong Yon kan ndak lucu, na."

Dyba tertawa, ia selalu saja ingin menggendong Rion. Di matanya Rion tetaplah bayi mungil yang baru saja ia lahirkan. Rasanya perkembangan Rion terlalu cepat.

"Dy, anaknya udah naik ke atas loh."

Dyba tersentak, ia menoleh dan menyengir ke Sam. Ia menundukkan kepalanya dan mengecup singkat bibir Sam. "Aku mandiin jagoan dulu, kalau butuh apa-apa langsung teriak aja."

Sam menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa, rasanya sepi tidak ada celotehan Rion. Entah mengapa ia selalu ingin bersama Rion semenjak Dyba hamil. Apa mungkin anaknya nanti akan dekat kepada abangnya?

"Den."

Sam menoleh, di sampingnya sudah ada pak Hadi. "Eh, iya, pak?"

"Ini den pesenan baksonya nya baru aja di antar."

Sam menerima kantong biru yang berisi bakso mercon itu. "Makasih pak."

"Sama-sama den, cepet sembuh den."

Dyba mengangguk sambil tersenyum. Saat pak Hadi sudah keluar dari pintu rumah, Sam kemudian mengintip bakso di dalam kantung plastik itu. "Ah, kayaknya enak nih."

Sam berjalan ke dapur, ia menenteng kantung plastik itu dengan riang. Sam memindahkan bakso ke dalam mangkuk. Cabai yang terlihat itu membuat ludah Sam seketika ingin meluncur bebas.

Sam menghirup wangi bakso itu. "Ahh mantap."

Sam membawa mangkuk itu ke ruang keluarga lagi, ia duduk di karpet dan meletakkan mangkuk di meja depannya. Sam mengadahkan tangannya, mulai berdo'a. "Aamiin."

Satu suapan sudah masuk ke mulut Sam. Mata lelaki itu langsung membulat. "Pedes!" Sam langsung berlari kembali ke dapur, mengambil susu di dalam kulkas.

Rion dan Dyba yang menatap Sam dari tangga menganga bingung. Rion menggoyangkan tangan Dyba yang menggenggam tangannya. "Yayah kenapa?"

Dyba menggidikkan bahunya. "Gak tau, kesurupan kali."

Rion terkekeh. "Buna ih!"

Dyba ikut terkekeh. Ia menggandeng tangan Rion ke ruang keluarga lagi. Saat Rion melihat mangkuk di atas meja itu ia langsung bergidik ngeri. "Na, cabenya banyak!"

"Ngidamnya ayah kamu tuh."

Rion menghadap Dyba, tingginya hampir sama dengan perut Dyba. Rion menepuk-nepuk perut Dyba pelan. "Dedek, jangan mau yang macem-macem, jangan buat yayah cakit, kacian yayah kalau mau muntah telus. Dedek mau emm a- abang apain?"

Dyba tersenyum haru, ia mengelus kepala Rion yang membuat bocah itu mendongak. "Dedeknya belum bisa jawab sayang. Dedeknya cuma pengen embul do'ain aja biar dedeknya sehat terus biar cepet lahir."

Rion mengangguk, ia meloncat sambil mengecup perut Dyba. "Baik-baik di cana dedek, abang nunggu dedek di cini, nanti kita main cama Belbel."

Dyba terkekeh, ia duduk di sofa diikuti Rion di sampingnya. "Embul gak punya temen selain Belbel?"

Rion menggeleng, bibir bawahnya maju. "Ndak, yang lain kalau main pasti bawa HP, na. Yon kan pelnah ketemu meleka waktu ke taman cama papa Bintang, eh meleka malah main HP."

Dyba mencubit hidung Rion pelan. "Itulah kenapa buna gak ngasih HP sama kamu. Boleh main HP, tapi tau batasnya."

Rion mengangguk. "Yon paham kok, na, ndak papa kan macih ada Belbel, bental lagi kan juga ada dedek yang lahil."

Dyba tersenyum, bersyukur ia memiliki anak pengertian seperti Rion. Bukan bermaksud pelit atau membuat Rion kudet, tapi Dyba memiliki alasan mengapa ia tidak memberikan ponsel sejak dini ke Rion. Banyak dampak negatif dari penggunaan ponsel sejak dini kepada anak, misalnya anak dapat terpengaruh konten buruk di internet, nah seperti sekarang sudah banyak contoh, anak-anak lebih hafal lagu tiktok dari pada lagu kebangsaan atau lagu anak-anak. Dampak negatif lainnya itu dapat membuat anak menjadi malas bergerak, anak dapat lamban dalam berpikir, gadget dapat mempengaruhi setiap perkembangan mental sosial anak, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan luar secara baik, mempengaruhi perkembangan otak anak.

Dyba bukan bermaksud menjadi ibu yang melarang masuknya teknologi ke kehidupan anaknya, tapi ia akan memberikan pada waktu yang tepat. Sekarang mungkin ia akan berikan, tapi tetap ditentukan waktu. Sebagai orang tua harus dapat memberikan ketegasan dalam menetapkan memberikan gadget kepada anak yang masih beranjak usia dini.

"Dy ...."

Dyba tersenyum geli, ia merentangkan tangannya dan Sam langsung masuk ke dalam pelukan Dyba. Dyba mengelus punggung Sam. "Habis ngapain?"

"Minum susu, gak kuat pedes banget baksonya."

Tangan Rion ikut mengelus-elus rambut belakang Sam. "Yayah cih, itu tuh cabenya banyak tau!"

Sam menempatkan kepalanya di dada Dyba, ia menatap Rion dengan bibir yang di kerucutkan. "Yayah pengen mbul."

"Yayah makan belapa cendok?"

"Baru satu."

Dyba tertawa, ia memukul punggung Sam. "Baru satu, ku kira udah lima sendok gitu."

Sam mendongak. "Pedes banget, yang."

"Ya udah gak usah di makan lagi, yang satu lagi di kasih ke pak Hadi sana."

Sam mengangguk. Ia semakin membenamkan wajahnya di dada Dyba. Posisinya sekarang berlutut di depan Dyba dengan wajahnya yang menempel di dada Dyba.

"Yayah, mau Yon ambilin ail putih?"

"Bisa?"

Rion menggigit telinga Sam. "Ngelaguin Yon, bental Yon ambilin. Atau yayah mau cucu?"

Dyba menatap Rion. "Bisa nuangnya? Kalau gak bisa bawain aja susunya satu tempat ke sini, buna takut kamu gak bisa nuang."

Rion mengangguk. "Ciap buna!"

Dyba menunduk sedangkan Sam mendongak. Dyba tersenyum geli saat melihat bibir itu menebal dan bertambah merah. Dyba mengusap bibir itu. "Pedes banget ya?"

"Iya, gak kuat. Mending aku beli seblak tadi dari pada bakso mercon."

Dyba menggigit bibir Sam. "Ih kayak habis cipokan."

"Iya, cipokan sama kuah bakso."

Dyba tertawa mendengarnya. "Cipokan sama aku kan selalu tiap malem, pagi, siang, sore."

Sam menyengir. "Kalau bisa 24 jam mah aku cium terus."

Dyba tersenyum gemas melihat ekspresi Sam. "Mesum."

"Bunaa, ini!"

Dyba mendorong tubuh Sam, ia langsung mengambil susu kotak berukuran besar dari tangan Rion. "Berat ya?"

Rion menggeleng sambil tersenyum. "Endhak, Yon kan stlong."

"Strong sayang," ucap Sam membenarkan.

"Nah itu Yon makcud yah."

Sam terkekeh, ia duduk di samping Dyba sambil merentangkan tangannya. "Mbul, cini, yayah mau peluk."

Rion mengangguk, ia akhirnya terduduk di pangkuan Sam. Sam memeluk tubuh Rion erat, menenggelamkan wajahnya di leher mungil milik Rion. "Bwayu kwmau enak."

"Apanya yang enak yayah?" tanya Rion sambil menarik-narik kecil rambut belakang Sam.

"Bau kamu harum."

"Oh, bilang kek."

Sam berdecak. "Ini kan bilang mbul."

Rion tertawa. "Iya-iya yayah."

"Sam, aku mau ngasih bakso ke pak Hadi dulu ya?"

Sam dengan terpaksa melepas wajahnya dari leher Rion. "Jangan lama-lama."

"Yayah ih, buna cuma ke depan ke tempat pak Hadi, ndak mungkin campe lima jam."

Dyba tertawa. "Kasih tau tuh yayah kamu mbul, di kira buna kayak mau ke mana aja."

"Yayah."

Sam kembali merebahkan kepalanya ke pundak Rion. "Hmm?"

"Tau ndak-"

"Enggak, kan kamu belum ngomong."

Rion berdecak, ia mengigit bahu Sam. "Yon belum celecai ngomong!"

"Ya kamu pakai di spasi sih ngomongnya. Jadi, apa?"

"Masa Yon kemalin kete-"

"Cerita apa sih?" tanya Dyba sambil duduk di samping Sam.

Rion menoleh ke Dyba. "Belum cempet celita kalena buna motong celita Yon."

Dyba terkekeh, ia mencubit pipi Rion. "Maaf sayang. Jadi, cerita apa?"

"Yayah lepas dulu dali lehel Yon, Yon cecek!"

Sam dengan terpaksa melepas pelukannya. Kepalanya ia sandarkan ke Dyba yang ada di sampingnya, tetapi tatapannya tetap mengarah ke Rion. Ya, tujuannya hanya satu, menatap bibir pink mungil itu berceloteh dengan lucunya.

"Udah lama cih tapi Yon balu inget cekarang. Yon mimpi ketemu kakak cantik, kalau ndak calah namanya kakak Alin, eh ciapa ya?"

Dyba meneguk ludahnya. "Kakak Airin?"

Rion menepuk tangannya. "Nah itu! Kakaknya cantik banget. Kakak itu bilang kalau dia kakaknya Yon. Lah Yon kan ndak punya kakak, maca dia bilang dia kakaknya Yon."

Dyba tersenyum tipis, nanti, ia janji nanti sewaktu Rion sudah paham arti dunia ia akan bercerita tentang Airin.

Sam mengelus tangan Rion. "Terus kakaknya ngomong apa lagi?"

"Katanya kakaknya ndak cuka liat yayah cama buna malah, kakaknya cayang cama buna cama yah. Emm, telus apa lagi ya?" Rion mengetuk-etuk dagunya. "Bental, Yon inget-inget dulu."

"Oh iya! Habis itu kakaknya bilang jangan buat ke- ke apa ya na?? Yon belum pelnah dengel kata-katanya. Kenewa, ketawa, ke- eh jadi ketawa, hehehe."

Cengiran Rion membuat Sam gemas. "Kecewa?"

"Benel! Yayah pintel cama kayak Yon!"

Sam menepuk kening Rion pelan. "Kamu yang pinter kayak yayah."

"Pokoknya kakaknya bilang jangan buat ke- ah Yon lupa lagi, pokoknya kayak yang dibilang cama yayah tadi. Jangan buat ke- cama yayah buna, Yon halus jadi anak baik. Terus maca kakak itu peluk Yon, tangannya dingin lagi."

Dyba menahan air matanya yang akan jatuh. "Kakak Airin emang kakak kamu sayang."

Mata Rion mengerjap. "Kok bica?"

"Kapan-kapan buna cerita ke kamu."

Rion mengangguk. "Pokoknya kakaknya bilang kakak Ailin, eh Ailin kan buna?"

Dyba mengangguk sambil tersenyum. Rion yang melihat itu bersorak. "Yey, benel! Jadi kakak Ailin bilang, kakak cayang banget cama yayah cama buna, telus telakhir kakak bilang cayang banget cama Yon. Tamat deh, Yon cuma inget itu."

Dyba dan Sam kompak mengelus kepala Rion. "Hebat bisa inget apa yang kakak bilang ke kamu," ucap Sam.

"Iya dong, kakaknya cantik coalnya jadi Yon inget." Rion kemudian merebahkan kepalanya di dada Sam sambil memeluk tubuh Sam. "Yah, Yon mau bobok boleh?"

"Bobok aja, nanti yayah pindahin ke kamar kamu sendiri ya?"

"Ndak au, ke kamal yayah cama buna aja."

Sam mengeratkan pelukannya ke tubuh Rion. "Tau gitu gak usah yayah buatin kamar dulu kamu."

Dyba mendongak menatap langit-langit rumahnya. Ia memejamkan matanya sebentar kemudian membukanya lagi dan pandangannya sudah kabur oleh air mata yang menggenang. "Hai bidadarinya bunda, makasih udah nemuin dedek kamu. Maaf kalau dedek kamu pasti buat kamu repot di sana. Bunda sama ayah sayang banget sama kamu, do'a pasti selalu bunda panjatkan untuk kamu. We love you kakak Airin."

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁'◡'❁)

Jangan lupa vote dan comment
Terima kasih yang udah baca, vote, dan comment cerita ku ♡♡

10 Februari 2021

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.3M 252K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
213K 19.4K 75
"Ketika benci menjadi cinta" Itu lah yang dialami Audy saat ini. Setiap hari harus berdebat dengan kakak kelasnya yang sangat amat menyebalkan dan tu...
1.2M 72.6K 35
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
21.2K 1K 50
❝ π™ΊπšŽπš™πšŠπšπšŠ πšπš˜πš›πšŽπšœπšŠπš— πš•πšžπš”πšŠ, πšŠπš”πšž πš–πšŽπš›πš’πš—πšπšžπš”πšŠπš— πš™πšŽπš—πš’πšŽπš‹πšŠπš‹ πš•πšžπš”πšŠ πš’πš—πš’ πšπšžπš–πš‹πšžπš‘. ❞ Positif. Apa yang akan kalian la...