DySam (After Marriage) [Sele...

By DAPU49

1.3M 115K 11.9K

[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung... More

DySam (bacotan author)
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
[Hiatus]
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
πŸ‘‰πŸ‘ˆ
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Hai
Cerita Baru!!!
Cerita Baru!!!

75

12.9K 1.3K 156
By DAPU49

"Dy ... pusing ...."

Dyba menghela nafas kasar, ia memijat-mijat kepala Sam yang saat ini tenggelam di lehernya. "Ya inilah kan semalam berenang gak tau waktu, untung aja embul gak ikut sakit. Udah malem pun gak mau naik."

Sam mengigit leher Dyba. "Jangan diomelin aku nya, kepala aku lagi pusing, Dy."

"Buna ...."

Dyba menoleh ke arah pintu kamarnya. Di sana ada Rion yang sudah rapi dengan bajunya, tentunya mbak Ana yang memandikan bocah itu. Ia tidak mungkin bisa bergerak kalau bayi gedenya ini sedang sakit.

"Kenapa sayang?"

Rion menghampiri ranjang, ia naik dan duduk di pinggir ranjang. "Yayah cakit?"

Sam menoleh, ia meletakkan kepalanya di atas dada Dyba. "Iya, yahah cakit. Kamu gak mau mijitin kepala ayah, mbul?"

Tangan mungil Rion menyentuh kepala Sam. Jari-jari itu ikut memijat kepala Sam. "Yayah jangan cakit, nanti gak ada yang mau bantuin Yon kalau Yon mamam es klim gak bilang buna."

Mata Sam membulat, ia melotot ke arah Rion sambil berkata tanpa suara. "Ada buna embul!"

Rion mengerjap, tapi setelah sadar ia langsung menutup mulutnya. Rion dengan perlahan menoleh ke arah Dyba yang menatapnya dengan senyuman dan kedua alis yang terangkat.

"Bunaa ... jangan malah ...."

"Jadi sering ya kamu sama yayah kompromi. Ouh gitu ternyata kalau buna pergi belanja ya? Ternyata diem-diem berdua makan es krim?"

Rion menggeleng. "Endak buna ...." rengek Rion lucu sambil menggoyang-goyangkan lengan Dyba.

Dyba terkekeh, ia mengecup pipi Rion. "Jangan keseringan makan es embul. Buna ngelarang kamu demi kesehatan kamu. Kalau kamu kebanyakan makan es krim terus sakit gimana? Pilek kayak kemarin? Buna gak mau kamu sakit sayang."

Rion menunduk, ia mengangguk. "Maaf buna, Yon ndak bakalan lagi, kalau ndak kilap."

Dyba tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rion.

"Buna."

"Ya sayang?"

"Emm ...."

Dyba mengelus rambut Rion. "Apa sayang?"

"Yon boleh main cama Belbel ndak? Eh bukan main deh, mau ikut Belbel."

Sam menatap Rion heran. "Mau ke mana?"

"Kemalin Belbel ngajak Yon ke alun-alun kota, katanya di cana banyak jajan jadi bica jajan."

"Sama mama papa?" Rion mengangguk.

Dyba menghela nafas panjang. "Kamu ke rumah Belbel dulu sana, kalau mama atau papa lagi gak sibuk suruh ke sini, buna mau ngomong. Bilangin juga yayah lagi sakit makannya buna gak bisa ke sana."

Rion mengangguk semangat. "Aye aye captain! Wait ya!"

Dyba terkekeh saat Rion sudah berlari begitu saja. Bocah itu sudah biasa pergi bersama keluarga Bella, mungkin karena sudah akrabnya Rion dengan Barsha dan Bintang.

Dyba menunduk, ia mengecup kepala Sam. "Masih pusing?"

"Mas- hoekk ...."

Dyba menggaruk kepalanya, Sam sudah berlari ke kamar mandi. Dyba menyibak selimutnya, membenarkan gaun tidurnya yang sudah melorot sampai ke perut, untung saja Rion tadi tidak melihat dadanya karena tadi ditimpa oleh dada Sam.

Dyba mengurut tengkuk Sam. Sesekali ia juga mengelus-elus punggung Sam. "Nah kan kamu masih angin ini."

Sam mengelap mulutnya dengan air. Ia menatap pantulan wajahnya di wastafel. Sam mengelus tangan Dyba yang melingkar di perutnya. "Dy ...."

Dyba mengecupi punggung Sam. "Kenapa? Bobok aja dulu ya, aku mau buat bubur sama teh dulu buat kamu."

Sam menggeleng, baru saja akan menjawab rasa mual langsung menyerangnya. Dyba melepas tangannya dari perut Sam, menekan-nekan perut yang keras itu supaya Sam bisa lega.

"Bentar, aku panggilin mbak Ana bentar aja ya sayang suruh bawain teh."

Sam hanya mengangguk. Tangannya bersandar di pinggir wastafel, ia masih berusaha mengeluarkan isi perutnya. Kepalanya pusing dan badannya sudah melemas.

"Dy ...."

Dyba langsung memeluk Sam saat ia menemukan Sam yang hampir terjatuh. "Eh, eh, jangan pingsan, yang."

Dyba mengelap bibir Sam terlebih dahulu dan ia menyiram bekas Sam di wastafel, sebenarnya tidak ada apa-apa, hanya cairan saja.

"Dy, pusingnya nambah."

Dyba dengan susah payah berjalan ke ranjang dengan Sam yang gelendotan di tubuhnya. Dyba langsung menjatuhkan tubuh Sam di atas ranjang. Ah, tubuh Sam berat.

"Dyba ... di sini aja, jangan pergi ke mana-mana."

Dyba mengambil salah satu kaos putih milik Sam. "Bentar Sam, aku ambilin baju dulu."

Suara ketukan pintu dan suara mbak Ana yang memanggilnya membuat Dyba berjalan ke arah pintu. Ia membuka pintu dan menerima secangkir teh yang dibuatkan mbak Ana.

"Makasih ya mbak. Oh iya nanti kalau ada Bintang atau Barsha yang datang bilang aja suruh ke kamar langsung, saya gak mungkin turun ke bawah kalau Sam sakit."

"Iya, non."

Dyba menutup pintu kembali, ia meletakkan secangkir teh itu di atas nakas dan menghampiri Sam yang tengah memejamkan matanya. Dyba menepuk pipi Sam pelan. "Sayang, bangun dulu yuk."

"Lemes, Dy."

Dyba menarik tangan Sam dengan sekuat tenaga. Saat sudah duduk, kepala Sam ia letakkan di tengah-tengah dadanya. "Masih lemes kalau dapat squishy gini?"

Sam tidak menjawab, ia malah semakin menduselkan wajahnya di tengah dada Dyba. Tangannya manut saja saat Dyba memakaikan baju ke tubuhnya.

"Bentar, aku mau ambilin kamu teh dulu."

Gelengan Sam membuat Dyba berdecak. "Bentar aja bayi besar, cuma ambil teh biar kamu nya juga anget."

Sam dengan terpaksa melepas wajahnya dari dada Dyba. "Hoekk ...."

Dyba berjongkok di depan Sam yang tengah menutup mulutnya. "Minum dulu nih."

Sam menerima teh itu, ia meminum sedikit demi sedikit. Saat akan memberikan cangkir itu ke Dyba, istrinya itu malah menggeleng.

"Minum dikit lagi, itu gak ada berkurang."

Sam mengerucutkan bibirnya. Ia menggeleng. "Gak mau, pahit Dy."

Dyba menarik nafasnya pelan, ia dengan pasrah akhirnya menerima cangkir teh itu dan diletakkan di sampingnya. Dyba menangkup pipi Sam. "Sebenernya gak panas loh."

"Emang iya, aku cuma pusing sama mual Dy."

Dyba tersenyum geli. "Kayak orang hamil aja."

Sam berdecak, ia merentangkan tangannya. "Mau peluk kamu."

Dyba mendorong tubuh Sam agar terbaring di ranjangnya. Dyba menaiki tubuh Sam dan tertidur di atas dada Sam. "Dah, peluk lah. Jangan minta kamu di atasnya aku, berat tau!"

Sam mengangguk, ia menghirup wangi rambut Dyba. Tangannya ia lingkarkan erat di pinggang Dyba. Tangan Dyba bergerak ke atas, mengelus-elus rambut Sam.

Ketukan pintu membuat kedua sejoli itu tersentak. Dyba ingin melepaskan pelukan Sam, tetapi pelukan itu semakin di eratkan.

"Siapa?"

"Bintang."

"Suruh masuk aja Dy, kamu jangan pergi ke mana-mana," bisik Sam.

Dyba menghela nafas panjang. "Masuk aja Bin, gak di kunci kok!"

Saat membuka pintu Bintang berdecak sebal, ia bersedekap dada di tengah pintu kamar. "Kalau lagi buat anak bilang aja, jangan suruh gue masuk."

"Siapa yang buat anak kampret! Noh, Sam kalau lagi sakit gak bisa dilepas dari gue."

Bintang terkekeh, ia duduk di sofa kamar Sam. "Kenapa lo nyuruh gue ke sini?"

"Beneran mau ke alun-alun?"

Bintang mengangguk. "Emangnya kenapa?"

"Rion gak papa kalau ikut?"

"Ya Allah Dy, Rion udah gue anggap anak gue sendiri, santai aja kali. Lagian Bella kalau ada Rion juga makin aktif."

"Sam, bentar lepas dulu aku mau ngasih duit ke Bintang, gak enak Rion dia bawa terus kita gak ada ngasih duit," bisik Dyba sambil berusaha melepas eratan tangan Sam di pinggangnya.

"Aaa, transfer kapan-kapan aja lah Dy."

Dyba mencubit pinggang Sam pelan. "Bentar aja ngainem, gak bakalan aku sampai sepuluh menit!"

Sam dengan terpaksa melepas pelukannya. Dyba mengambil uang di dalam dompet dan memberikan kepada Bintang. "Kurang gak?"

"Ha? Apa ini?"

"Duit untuk jajan lah, gak mungkin anak gue lo bawa gue gak ngasih apa-apa."

Bintang menarik sejumput rambut Dyba yang terurai. "Ngadi-ngadi ni emak-emak. Gak usah kali Dy, duit gue banyak."

"Sombong lo."

Bintang menatap tajam Sam. "Orang sakit diem aja, gak usah ikut ngebacot."

"Gue cuma sakit kepala bukan bisu!"

"Gue gak nanya bapak Samudera yang posesif."

Dyba memutar bola matanya malas mendengar perdebatan kedua orang ini, kedua orang ini kalau sudah di rumah akan berbeda perilakunya dari pada di kantor.

Dyba mengambil tangan Bintang kemudian dengan cepat meletakkan beberapa lembar uang berwarna merah muda ke tangan Bintang. "Ambil aja Bin, gak mungkin Rion nanti gak banyak jajan. Embul itu nampak jajan bahaya."

Bintang meletakkan uang itu kembali di atas meja. "Gak usah Dyba yang cantik, gue ikhlas ngajak embul."

"Terserah lo deh Bin, buat gue kesel aja jadinya."

"Dyba ...."

Dyba berjalan ke ranjang dan kembali merebahkan tubuhnya di atas tubuh Sam. "Dah diem, gak usah manggil-manggil lagi, aku dah di sini."

Dyba menatap Bintang. "Gue nitip embul ya sama lo, kalau nakal tepuk aja bokongnya. Jangan di kasih es krim banyak-banyak, dia gak suka-"

"Sayuran, dia gak suka ceri, dia gak suka nanas. Gue dah hafal di luar kepala Dy apa yang gak di sukai sama anak lo."

Bintang berjalan ke ranjang, ia menjambak rambut Sam. "Gak usah modus sama istri."

Sam mengumpat dan bibirnya langsung dihadiahi pukulan oleh Dyba. Sam menatap Bintang tajam. "Kepala gue pusing bangsat!"

"Sam ...."

Sam mengerucut bibirnya. "Iya, khilaf sayang."

"Lo mual?"

Anggukan Sam membuat Bintang tersenyum menggoda ke arah kedua orang yang tertidur itu. "Awas tanda-tanda hamil."

Sam melempar bantal yang ada di sampingnya ke Bintang. "Gue gak bisa hamil goblok!"

Sekali lagi Bintang menjambak rambut Sam. "Ya Dyba lah yang hamil anjim!"

Dari Dyba mengerut. "Emang bisa gitu?"

"Gue hamilnya Bella gitu, gue yang ngidam, gue yang mual-mual."

Dyba dan Sam langsung bertatapan. Dyba meneguk ludah kasar sedangkan Sam menatap Dyba dengan binaran mata.

"Gue keluar dulu, bentar lagi Rion gue perginya. Rion gue bawa ya, kalau emang gak hamil kesempatan ini bisa kalian gunain buat bikin dedek embul. Bye!" Bintang menutup pintu kamar dengan keras.

"Dy, coba aja sana, gak ada salahnya mencoba."

Dyba mengigit bibirnya. "Kalau garis satu gimana?"

"Gak papa, gak bakalan juga aku ngamuk sama kamu. Kita dulu kan sering gitu waktu hamilnya embul. Udah sana, aku gak bisa nemenin masuk ke dalam, takutnya entar aku pingsan pula."

Dyba berdiri dengan perlahan, ia mengambil testpack yang ada di nakas samping ranjang kemudian memasuki kamar mandinya. Dyba melakukan step demi step. Ia menatap pantulan wajahnya di cermin sambil menunggu hasilnya. Memang ini sudah hampir sebulan dari terakhir kali ia datang bulan dan setelah datang bulan terakhir kemarin ia di gempur habis-habisan oleh Sam, jadi kemungkinannya bakalan ada.

"Gak, gak, suruh Sam aja yang liat."

Menunggu lima menit Dyba mengambil testpack itu sambil menutup matanya. Ia menggenggam erat testpack dan keluar dari kamar mandi.

"Gimana, Dy?"

Dyba berlari ke arah Sam, ia menubruk tubuh Sam dan duduk di atas pangkuan Sam yang saat ini tengah bersandar si kepala ranjang. "Kamu aja yang liat, aku gak mau liat."

Sam tersenyum, ia mengambil testpack yang ada di tangan Dyba dan melihat hasilnya. Matanya berbinar, ia dengan cepat memeluk tubuh Dyba yang ada di pangkuannya.

"Makasih buna, gak papa yayah yang ngerasain sakitnya, yang penting dedek udah ada di dalam sana."

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁'◡'❁)

Jangan lupa vote dan comment
Terima kasih yang udah baca, vote, dan comment cerita ku ♡♡

08 Februari 2021

Continue Reading

You'll Also Like

7M 297K 60
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
10K 232 41
Menikah dengan Naufal adalah salah satu hal yang tidak pernah Melody bayangkan. Bagaimana mungkin dia menikah dengan seorang kakak kelas di sekolah n...
18K 1K 50
❝ π™ΊπšŽπš™πšŠπšπšŠ πšπš˜πš›πšŽπšœπšŠπš— πš•πšžπš”πšŠ, πšŠπš”πšž πš–πšŽπš›πš’πš—πšπšžπš”πšŠπš— πš™πšŽπš—πš’πšŽπš‹πšŠπš‹ πš•πšžπš”πšŠ πš’πš—πš’ πšπšžπš–πš‹πšžπš‘. ❞ Positif. Apa yang akan kalian la...
1.9M 116K 50
"Sini aku peluk," Menceritakan tentang kisah Clarissa Putri Valentine dan Revan Megantara Putra. Dua sejoli yang sekelas dan masih menduduki bangku S...