NATHANIEL (COMPLETED)

By Putri_Gabriel

53K 5.8K 890

SUDAH DI REVISI!! "Gue nggak pernah takut ketika kematian menjemput gue, Cha." Chacha mendongak menatap Nath... More

01. Anniversary
02. Berdua Bersamamu
03. My Best Friend
04. Kecewa
05. Sebuah Keputusan
06. Berakhir dan Berawal
07. Sesak!
08. Bertamu
09. Pdkt
10. Murid Baru
11. Pulang Bareng
12. Jalan Berdua
13. Dihukum
14. Makin Dekat
15. Kumpul
CAST NATHANIEL
16. Check Up
17. Camping 1
18. Camping 2
19. Jerit Malam
20. Tersesat
21. Perhatian
22. Drop
23. Mengalah
24. Galau
25. Jenguk Nathan
26. Cemburu
27. Perasaan Aneh
28. Azka Serius
29. Rujak
30. Naik Peringkat
31. Pantai
32. Puncak
33. Jadian?
34. Puncak 2
35. Jalan Bareng
36. Nonton Bareng
37. Petir
38
39. Khawatir
40. Sebuah harapan
41. Tak Nafsu Makan
42. Sayang Kamu
43. Nathan Cemburu
44. Kabar Buruk
46. Koma
47. Rasa takut kehilangan
48. (-1)
49. Ldr-an?
50. End
Extra Part 01
Extra Part 02
Pengumuman!!!

45. Bahagia dan sedih secara bersamaan

675 42 0
By Putri_Gabriel

Happy reading guys
Sorry for typo

*

*

*

*

Nathan memarkirkan mobilnya tak jauh dari pantai. Waktu itu ia pernah mengajak Chacha ke pantai namun tepat di hari itu mereka mendengar Davin kecelakaan. Ia ingin sejenak meringankan beban pikirannya. Mengingat perkataan dari maminya Davin dan juga dokter membuat kepalanya serasa ingin pecah. Ia juga ingin menghabiskan waktunya dengan Chacha sebelum dirinya benar-benar tak mampu lagi menahan penyakitnya.

Chacha menggelar karpet yang sudah mereka sewa. Tak lupa ia memperbaiki kacamatanya yang sedikit melorot. Kali ini mereka datang di waktu sore menikmati pemandangan matahari yang akan tenggelam.

Nathan menarik Chacha untuk berjalan disekitar pantai sambil menunggu matahari tenggelam.
"Iya, dulu kita ke sini sebelum jadian. Dan sekarang kita ke sini kamu udah jadi pacar aku. Aku jadi ngebayangin kita ke pantai ini lagi saat kita udah jadi suami istri." Nathan tertawa mendengar ucapan Chacha. Ya kali minggu depan mereka berdua ke pantai ini lagi dan status mereka sudah berubah.

Bukannya marah karena Nathan tertawa mendengar ucapannya, Chacha ikut malah tertawa mengingat ucapannya tadi.

"Bisa aja kamu ngomongnya." Nathan mengacak pelan rambut Chacha setelah itu mengapit kedua pipinya. Namun setelah itu Nathan mengusap pipinya saat menyadari pipi Chacha jadi merah. Bukannya marah Chacha malah mengapit lengan Nathan dengan kedua tangannya.

"Ya lucu aja sih By, kalo itu beneran terjadi. Pertama kali kita ke pantai ini kan sebelum kita jadian. Nah sekarang kan ini kedua kalinya kita datang ke pantai ini, kamu udah jadi pacar aku. Bisa saja ketiga kalinya kita datang ke pantai ini kamu udah jadi suami aku."

"Halalin kamu hari ini juga aku bisa. Mau nggak?" bukannya melihat wajah Chacha yang merona malu, Chacha malah menabok punggungnya.
"Emang aku babi harus di halalin." Chacha mengerucutkan bibirnya dan menatap Nathan dengan kesal namun dimata Nathan itu malah terlihat menggemaskan. Dengan sekejap Nathan menariknya ke dalam pelukannya. Dan mengancak rambut Chacha dengan gemas.

"Kamu bukan babi tapi baby."

"Gombal aja terus." Chacha memutar bole matanya malas.

Tak terasa matahari sudah hampir tenggelam. Mereka berdua terpana dengan keindahan ciptaan Tuhan.

Nathan mengeluarkan ponselnya dan meminta tolong kepada salah satu pengunjung untuk memfoto mereka berdua.

Dengan mesra Nathan memeluk Chacha dari belakang, tanpa ragu mereka saling menempelkan bibir satu sama lain. Ingat ya guys hanya menempel tak usalah berfikir kejauhan ya beb 🤭🤭




Setelah mengambil beberapa foto Nathan menghampiri pengunjung yang baik hati ingin memfoto mereka. "Thanks ya bro." Nathan mengucapkan terimakasih sebelum mengambil ponselnya.

Karena pada dasarnya Chacha yang hobinya makan, gadis itu dengan semangat menarik tangan Nathan ke beberapa penjual yang menjajakan dagangannya dipinggir pantai. Setelah mencicipi beberapa makanan di pinggir pantai. Nathan menggandeng tangan Chacha untuk kembali ke tempat mereka saat pertama kali datang.

Nathan menarik pinggang Chacha agar duduk ditengah kaki kiri dan kaki kanannya lalu memeluknya dari belakang. Chacha menyandarkan kepalanya ke dada Nathan dan mendongak menatap kekasihnya yang juga sedang menatapnya.
"Aku kenyang banget, tapi masih bisa di isi satu piring nasi dan pecel lele. Nanti kita singgah ya By." Nathan terkekeh pelan mendengarnya.
"Iya nanti kita mampir di tempat biasa kita makan." Chacha mengangguk senang kemudian menggerakkan tubuhnya mencari posisi nyaman untuk bersandar.

"Mereka berdua nggak kedinginan ya pake baju kurang bahan gitu di pantai apalagi ini sudah malam." Dirinya saja pakai jaket lagi agar tubuhnya hangat. Jiwa ghibah Chacha muncul saat melihat dua orang perempuan yang hanya memakai baju tanpa lengan dengan celana yang begitu pendek.

"Mungkin mereka sudah terbiasa By," saat tahu Nathan juga ikut memperhatikan objek yang ia bicarakan. Dengan refleks Chacha menutup kedua mata Nathan menggunakan telapak tangannya.
"Kamu mah kalo liat yang bening gercep banget." Nathan tertawa mendengar ucapan Chacha.
"Itu sudah kodratnya laki-laki By. Karena kami punya mata untuk melihat, sayang banget untuk dilewatkan. Barang bagus." Chacha mencibir mendengar ucapan Nathan. Dasar para lelaki liat yang bening aja matanya langsung fokus ke sana.

*********

Setelah beberapa jam menghabiskan waktu di pantai, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. Namun diperjalanan menuju parkiran Nathan merasakan dadanya begitu sesak. Ia melirik kearah Chacha yang sedang mengembalikan karpet yang mereka sewa tadi, ia berharap Chacha tak menyadari dirinya yang sedang menahan rasa sakit.

Chacha yang sudah mengembalikan karpet yang mereka sewa menghampiri Nathan dengan senyum yang lebar, namun senyum itu langsung tergantikan dengan pekikan begitu melihat Nathan yang bersimpuh ke tanah sambil memegangi dadanya.

"Nath kamu kenapa??" dengan khawatir Chacha membantu Nathan untuk berdiri dan membawanya duduk dibangku yang tersedia di area parkiran.

"Hiks...... kamu kenapa? Dada kamu sakit ya?." Tangis Chacha langsung pecah melihat keadaan Nathan yang jauh dari kata baik. Tangannya memegang tangan Nathan yang sedang memegang dadanya.

"Don't cry By" dengan susah payah ia mengusap air mata Chacha dengan salah satu tangannya yang bebas. Nathan menggelengkan kepalanya agar kesadarannya tidak hilang. Keringat dingin mengucur deras di sekitar pelipisnya.

"Kita ke rumah sakit sekarang,"

"Nggak, kita pulang aja." ucap Nathan dengan susah payah. Namun Chacha tak menuruti ucapan Nathan, ia membantu Nathan berjalan ke arah mobil mereka yang terparkir. Ia juga bersyukur ada dua orang pemuda yang tak sengaja lewat menghampiri mereka dan membantu Chacha membawa Nathan masuk ke dalam mobil. Karena begitu panik, Chacha meminta tolong kepada pemuda tersebut untuk membawa mereka ke rumah sakit. Sedangkan temannya yang satu mengikuti mereka dari belakang menggunakan motor.

"Aku mohon bertahan Nath hiksss." Nathan memeluk erat pinggang Chacha dari samping dan meletakkan kepalanya dipundak Chacha. Dadanya begitu sesak, kesadarannya sudah menipis. Dirinya sudah tak mendengar suara Chacha yang begitu mengkhawatirkannya.

Begitu sampai di rumah sakit, Nathan langsung dibawa ke ruang icu. Beruntung saat tiba di rumah sakit mereka berpapasan dengan dokter Ryan yang kebetulan baru datang.

Chacha menatap nanar pintu icu didepannya. Air matanya tak berhenti mengalir. Pikirannya hanya tertuju pada Nathan. Ia hanya berharap Nathan baik-baik saja. Chacha merogoh ponselnya dikantong celananya kemudian menghubungi Dava. Karena hanya Dava yang langsung terlintas dipikirannya.

Tak lama setelah itu mommy dan daddy Nathan beserta Dava dan yang lainnya menghampirinya dengan raut wajah yang begitu khawatir.

"Cha bagaimana keadaan Nathan, dia baik-baik saja kan." karena tak mendapat jawaban Maya melangkah ke depan pintu melihat kedalam kaca icu yang transparan, tangisan Maya begitu menyayat hati takkala melihat tubuh Nathan yang dikelilingi beberapa dokter dengan beberapa alat medis yang menempel ditubuhnya. Bahkan Key yang ikut melihatnya tak kuasa menahan tangisnya. Chacha yang ditanya hanya menggeleng dengan air mata yang mengalir begitu deras. Tubuhnya bahkan bergetar dan rasa khawatir yang begitu kuat kala mengingat erangan Nathan yang menahan rasa sakit.

Jessica memeluk Azka menguatkan laki-laki itu. Gilang yang berdiri membelakangi ruang icu dan menyandarkan kepalanya ke dinding menyembunyikan air matanya yang selalu keluar. Sedangkan Dava duduk dengan siku yang bertumpu di kedua pahanya dengan telapak tangannya yang menutupi wajahnya. Tak ada yang tahu dibalik itu Dava mati-matian untuk tidak terisak dihadapan sahabatnya. Ini yang kedua kalinya mereka menunggu di luar ruang ICU dengan perasaan tak karuan. Dava berharap kedua sahabatnya bisa bertahan.

Seorang suster keluar bersamaan dengan teriakan dari salah satu dokter yang berdiri di dekat alat monitor jantung "Dokter jantung pasien semakin menurun." ucapan dari seorang dokter membuat mereka yang diluar mendengarnya bertambah panik.

"Defibrillator." dokter Ryan meraih alat pemberian dari perawat dan menempelkannya tepat dibagian jantung Nathan. Tekanan demi tekanan dokter Ryan lakukan namun tekanan jantung Nathan semakin menurun.

Maya yang mendengarnya sudah tidak kuat lagi, tubuhnya ambruk di dekapan sang suami. Sedangkan Chacha yang sejak tadi berdiri melihat Nathan dari luar kaca tak kuasa melihatnya, ia kemudian duduk disamping Dava menumpukan sikunya di kedua pahanya dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Tangisnya bertambah deras melihat Nathan di dalam sana.

Dava menoleh dan mendapati Chacha yang terisak di sampingnya. Saat ingin menyentuhnya tubuh Chacha ambruk begitu saja. Beruntung ia dengan cepat menangkap tubuh Chacha sebelum menyentuh lantai rumah sakit yang dingin.

"Bawa ke ruangan mommy saja Va, biar gue minta sama suster biar nyiapin satu brankar lagi." Dava hanya mengangguk mendengar ucapan Azka. Ia mengangkat tubuh Chacha ke ruangan yang Azka sebutkan. Dengan hati-hati ia meletakkan tubuh Chacha ke atas brankar rumah sakit.

Laki-laki itu menatap Chacha dengan pandangan yang sulit diartikan. Tangannya terangkat menyingkirkan beberapa helai rambut di wajah Chacha, menyelipkannya di belakang telinga. "Nathan beruntung punya lo Cha. Jagain dia, buat ia bertahan setidaknya demi lo." lirih Dava. Setelah itu ia keluar kembali ke depan ruang icu bergabung bersama sahabatnya dan Daddy Nathan.











Hai guys, i'm comeback. Semoga kalian terhibur membacanya. Oh iya jika ada kata-kata yang salah tolong di comment ya soalnya aku nggak begitu paham yang berhubungan dengan rumah sakit. Jangan lupa vote and comment ya.

Continue Reading

You'll Also Like

6.6K 696 60
Leonardo Adiwalaga. Laki-laki yang terlahir dalam naungan zodiak Leo, membuatnya berambisi ingin menguasai dunia dan menjadi orang nomor satu. Si pem...
Samudra By Deviayuda

Teen Fiction

850K 24.8K 61
Samudra Putra Aditya Alanzo ketua dari infiniti,disegani oleh semua murid SMA Alanzo. Samudra memiliki sifat dingin dan tidak peduli dengan sesuatu. ...
25.5K 1.5K 33
[FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA] @restii_09 __________________________________________________ Auranya, tatapan tajamnya, tindakan kebengisanya, sudah...
306K 43.1K 41
Dayen di follow dulu ya maniez sebelum baca😗 Trilogi Ada Cinta di Pondok Pesantren. Sequel Family Gaje. Zaid dan Shira sudah punya anak. Kira-kira...