Saya Ayam Saya Diam (Terbit)

Par PelangiMimpi7

645K 128K 35.8K

Bagi Justin, Marpoah adalah ayam betina paling menggoda di seluruh semesta dengan bulu putih nan lebat yang s... Plus

[Prolog]
Note 1 [Tuanku]
Note 2 [Cinlok]
Note 3 [Penolong]
Note 4 [Pujangga Cinta]
Note 5 [Idola]
Note 6 [Geng]
Note 7 [Maljum]
Note 8 [Nungguin]
Note 9 [Deja Vu]
Note 10 [Yang Terluka]
Note 11 [Jiwa Yang Bersalah]
Note 12 [Die?]
Note 15 [Sungguh]
Note 16 [Padanya]
Note 17 [Tujuan]
Note 18 [Tanya]
Note 19 [Berbeda]
Note 20 [Darurat]
Note 21 [Penuntasan]
Note 22 [Why?]
Note 23 [Anak Istimewa]
Note 24 [Senbazuru]
Note 29 [Reynaldy]
Segera Terbit
SEKILAS SPOILERRRR!
Vote Cover
OPEN PRE ORDER!
cerita baru

Note 13 [Diam-diam]

12.8K 4K 493
Par PelangiMimpi7

*jangan siders ya*

🐓

Apa yang dilakukan Salsa setelah Zidan benar-benar pingsan adalah berlari keluar meminta pertolongan. Saya tidak mengikutinya, hanya duduk di samping Tuan saya. Sesekali saya menyunggingkan pantat di depan wajahnya, siapa tahu kan dia hanya pura-pura saja.

Namun kenyataan menghantam saya, Zidan benar-benar tak berkutik. Dari sudut ruangan, Ridan mendekat lalu memandangnya sayu. Dia menyentuh kepala Zidan dengan tangan yang tembus. "Kamu harus bangun. Kamu kuat." 

Setelahnya Salsa kembali, tidak sendiri, melainkan bersama pria yang saya kenal sebagai ayahnya. Sepertinya keluarga mereka memang memiliki wajah yang nyaris sempurna, lihat, ayahnya saja tampan bukan main, padahal sudah tidak lagi berusia muda.

"Papa tolongin Zidan, Pa!" Salsa memohon sambil menangis. Dia berlari ke arah Zidan lalu berjongkok di sana.

"Orang tuanya ke mana?" tanya pria itu sambil menatap Zidan beberapa lama.

"Mereka udah pergi! Aku yakin mereka yang bikin Zidan kayak gini!" Salsa lebih histeris lagi. Ridan saja sampai terkejut akibat teriakan gadis itu. Sedangkan saya hanya bisa mematung tanpa bisa melakukan apa pun. Dalam hati meruntuki diri, Zidan dihukum karena membela saya, harusnya saya melakukan sesuatu untuk menyelamatkannya.

Tak ubahnya seongok sampah, saya tidak berguna. Benar-benar tidak berguna. Saya lebih rela Zidan menggoreng Junaidi dari pada harus melihatnya seperti ini.

Jangan tertawa. Jika saya yang digoreng, sesungguhnya semesta akan berduka karena kehilangan makhluk paripurna seperti saya, tapi kalau Junaidi, saya pesta lah, cuk. Gila aja, Marpoah bisa langsung saya miliki.

"Kita bawa Zidan ke rumah sakit sekarang," kata ayahnya Salsa. Tanpa pikir panjang membopong tubuh Zidan dan membawanya keluar.

Salsa mengekor di belakang, disusul Ridan yang melesat serupa udara. Saya pun tak tinggal diam, saya mengikuti langkah kaki Salsa, bikin gadis itu berhenti lalu menoleh pada saya.

Oke saya paham sekarang. Mungkin di rumah sakit ayam dilarang masuk. Mendadak saya ingin berubah menjadi pangeran tampan atau dokter sekalian biar bisa mengobati Tuan saya yang malang.

Saya menatap Salsa lekat, berdiri di hadapannya tanpa pergerakan sama sekali. Sesaat kemudian saya melihat Salsa mendengkus frustasi. "Aku tau kamu mau ikut. Tapi ayam nggak bakal diizinin masuk ke rumah sakit."

"Salsa cepat, Nak!" Ayahnya memanggil. Salsa langsung berlari, namun saya lebih cepat menghadang langkahnya.

"Oke, aku akan bawa kamu. Tapi jangan berisik ya."

Saya bersorak girang ketika Salsa membawa tubuh saya masuk ke dalam mobil. Gadis itu duduk pada kursi di belakang ayahnya, Zidan di sampingnya, bersandar pada jendela. Tidak begitu lama karena sesaat kamudian, Salsa menarik kepala Tuan saya untuk rebah di bahunya. Salah satu tangan Salsa tak henti mengelus kepala Zidan.

Saya melompak ke jok paling belakang, di sana sudah ada Ridan yang duduk termenung. Entah sejak kapan Arwah ini masuk ke sini.

Mobil melaju melewati jalan raya, Salsa merengkuh Zidan lebih erat dari sebelumnya. Dalam keheningan itu, saya menoleh pada Ridan. Arwah itu kelihatan sendu. Matanya berkaca-kaca, menunjukkan jika dia bisa menangis kapan saja.

Ah tidak. Sekarang pun dia sudah terisak. Ingusnya meler lagi.

Setelah setengah jam kita sampai di rumah sakit. Ayahnya Salsa kembali menggendong Zidan. Setelah itu saya tidak tahu apa yang terjadi karena langkah saya kurang cepat. Di tambah lagi, di koridor rumah sakit ada yang menendang saya, mengusir saya, bahkan petugas kebersihan di sana memukul saya dengan sapu.

Miris sekali nasib saya hari ini.

Saya berjalan menunduk sendirian, tidak pergi meski berkali-kali diusir orang. Ridan sudah tidak ada. Enak sekali dia bisa menghilang dan muncul kapan saja. Saya menebak jika dia sedang berada di samping kembarannya.

Bagus lah. Zidan jadi nggak sendirian.

Setelah sekian lama menunduk, saya mengangkat kepala, apa yang saya dapati setelahnya sungguh mencengangkan. Kenzo duduk di salah satu kursi di depan ruangan. Dia menunduk, memegang kepala, ada amplop coklat besar di tangannya.

Apakah dia sakit?

Saya mulai punya hasrat ingin mengintip apa yang dia lakukan ketika tiba-tiba, Salsa mengangkat tubuh saya sambil berkata, "rupanya di sini capek aku cariin. Kamu jangan main jauh-jauh, Just. Bisa-bisa diculik trus digeprek."

Saya diam. Kalau saya jawab pun dia tidak akan mengerti.

"Ayo lihat Zidan." Salsa menurunkan saya kembali. Lalu berjalan di depan saya menuju ruangan di mana Zidan di rawat. "Hati-hati jangan sampai ketauan, atau kalau nggak kamu bakal diusir."

Dari pintu saya bisa melihat wajah pucat Zidan. Ada sesuatu melekat di punggung tangannya. Dia sudah sadar dan tampak berbicara dengan ayahnya Salsa. Tapi pembicaraan tadi terhenti karena mereka sadar Salsa datang.

"Zidan, kamu nggak apa-apa 'kan? Aku khawatir banget!" Salsa langsung memeluk tubuh Zidan sesampai di sana. Zidan tidak melakukan apa pun selain mengelus punggung pacarnya.

"Ng-nggak apa--ohok, ohok."

"Aku pikir k--"

"Salsa, Papa ingin bicara berdua dulu sama Zidan."

Salsa mengerti, tak melanjut ucapan lagi, lantas berlalu keluar dengan bibir mengerucut. Sedangkan saya, masuk ke dalam ruangan untuk melihat Zidan dan tanpa sengaja, mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Saya harap kamu mengerti apa yang saya bilang tadi." Pria itu memulai. Dia menatap Zidan dengan pandangan mengintimidasi. "Salsa putri saya satu-satunya. Putri kesayangan keluarga kami."

"Saya tau, Om. Tapi saya nggak bisa putus sama Salsa. Saya mencintai dia. Begitu juga sebaliknya."

Pembicaraan apa ini, saya nggak paham. Oke, sekarang mari pasang telinga baik-baik.

Pria itu menghela. "Kamu juga menyayangi Ridan 'kan? Tapi apa yang terjadi, dia meninggal gara-gara kamu. Bagaimana jika itu terjadi pada putri saya?"

Zidan seperti tertohok, dia langsung menunduk kelu. Di sudut ruangan saya mencari-cari keberadaan Ridan yang ternyata tidak saya temukan.

"Saya janji akan jaga dia, Om," ucap Zidan lagi.

"Nggak salah? Bukannya selama ini dia yang terus jagain kamu, ya?" Astaga, saya pikir pria ini baik rupanya--ah sudah lah. Lama-lama saya muak dengen eksistensi manusia. "Tadi aja kamu pingsan di gudang, dia yang datang dan memohon pada saya supaya menolong kamu. Dan sekarang kamu masih berani bilang akan menjaga dia?"

Zidan terdiam.

"Orang tua kamu membenci kamu, saya nggak mau suatu hari mereka juga menyakiti Salsa. Jika kamu butuh pertolongan silakan minta ke saya, bukan malah ke putri saya. Saya bisa laporkan orang tua kamu ke polisi ha--"

"Jangan," Zidan memotong. Lihat lah, betapa bodohnya anak ini. "Jangan laporin orang tua saya."

"Baik, tapi jauhi Salsa."

"Saya nggak bisa."

Pria dewasa itu mengangkat salah satu sudut bibir. "Zidan, saya nggak larang kamu berteman dengan Salsa. Tapi tolong jangan pacaran sama dia, saya nggak mau kamu terlalu dekat dengan putri saya."

"...."

"Saya mau kalian putus."

"S--"

"Ah kayaknya sudah terlambat, saya akan pergi. Administrasi udah saya urus semua. Kamu tinggal tunggu kapan kamu dibolehkan pulang."

Pria itu keluar begitu saja dan meninggalkan Zidan yang mengepal tangan erat. Buku jarinya memutih. Dia menatap kosong ke depan sebelum kemudian air mata menuruni pipinya.

Tuan saya menangis lagi. Tuan saya terluka kembali.

Maafkan saya Zidan, saya tidak bisa berbuat apa pun untuk kamu.


🐓

Sudah saya bilang jangan diseriusin😭

Dah lah. Yg penasaran sama part selanjutnya. Silakan spam next yang baaaaanyak banget.

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

Tulisan Sastra✔ Par HIATUS

Roman pour Adolescents

15.1M 1.7M 31
[SUDAH TERBIT] "Sahara, hidup itu perihal menyambut dan kehilangan. Kamu tahu lagu Sampai Jumpa-nya Endank Soekamti, kan? ya kira-kira begitu lah. Ta...
8.9K 1.4K 21
[SUDAH TERBIT DI GUEPEDIA] ✤ ft─txt lokal Bumi yang mereka pijaki terus bergoyang. Mungkin semesta sedang marah akan kerusakan yang manusia perbuat...
Kelam Par vaearen

Mystère / Thriller

290 97 8
*proses revisi, cerita ini sebelumnya udah tamat di noveltoon Sekumpulan remaja yang berencana untuk berlibur namun dalam perjalanan mobil mereka men...
982 230 21
Jika ada satu pertanyaan, siapa yang mampu menahan perasaan cinta terhadap temannya selama 5 tahun, maka Launa Givanya adalah orang yang tepat untuk...