DySam (After Marriage) [Sele...

Par DAPU49

1.3M 115K 11.9K

[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung... Plus

DySam (bacotan author)
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
[Hiatus]
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
👉👈
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Hai
Cerita Baru!!!
Cerita Baru!!!

71

14.2K 1.3K 130
Par DAPU49

"Yayah!"

Sam menatap tajam Rion sedangkan yang ditatap malah menyengir tidak berdosa. "Apa embul?"

"Mau es klim, ambilin di kulkas."

Sam menggeleng. "No, no, nanti yayah yang dimarahin bunda kalau kamu makan es krim lagi."

Bocah tiga tahun itu menghentakkan kakinya kesal. "Yayah, plis."

Sam menghentikan ketikannya. Ia menghela nafas kasar kemudian keluar dari ruang kerjanya. Rion yang berada di belakang Sam langsung bersorak serang. "Es klim, Yon datang!"

Mata Rion mengerjap saat Sam malah memberikannya coklat berbungkus ungu. "Kok coklat?"

"Ya ini aja, gak ada es krim."

Bibir Rion mengerucut. "Yayah!"

"Gak ada es krim embul, hari ini kamu udah makan tiga, padahal ini masih jam dua siang."

Rion mengerucut. "Yon mau ke lumah BelBel aja, mamam es klim di cana!"

Sam menghela nafas kasar saat bocah cilik itu sudah berlari ke luar rumah. Tidak terasa bayi yang dulu ia gendongi itu sekarang sudah berlari dan tentunya makin mengesalkan dan membuat emosinya naik. Sumpah, sepertinya virus Bella menurun semua ke Rion.

Sam mengusap dadanya. "Sabar Sam sabar itu anak lo."

"Yayah! Rion makan es krim lagi!"

Sam yang baru saja akan masuk ke ruang kerjanya seketika terhenti mendengar teriakan gadis tujuh tahun yang langsung memasuki rumahnya.

"Yayah! Yayah di mana?"

"Di ruang kerja Bel!"

Sam mengurut keningnya, Bella dan Rion sekarang sudah menjadi seperti Tom and Jerry saja. Sam menatap gadis yang masih menggunakan seragam merah putihnya. "Siapa yang ngasih es krim?"

"Mama."

"Buset dah tuh manusia," ucap Sam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Biarin aja, tapi jangan ngomong sama buna ya nanti?"

Bella menyodorkan telapak tangannya ke arah Sam. "Duit."

"Astaghfirullah ni bocah, gak emak gak anak sama aja." Sam mengeluarkan uang berwarna biru dari saku celananya. "Awas aja kamu bilang buna ayah ambil semua uang yang pernah ayah kasih ke kamu."

Bella membentuk tanda hormat kepada Sam. "Siap pak bos! Bella pergi dulu!"

"Jangan berantem terus sama embul ya!"

"Iya!"

Sam menghembuskan nafas kasar, kelakuan Bella semakin hari semakin membuatnya naik darah. Ia berusaha tidak mengumpati Bella lagi, karena apa yang diumpatinya ke Bella itu terjadi ke Rion.

Sam berkutat dengan laptopnya lagi, jam menunjukkan pukul dua siang dan Dyba masih berbelanja di minimarket. Sengaja istrinya tidak mengajak Rion karena pasti Rion akan merengek dibelikan es krim dan mainan. Bukan masalah duitnya, tetapi masalah Rion terlalu banyak memakan es krim.

"Yayah."

"Apa mbul?"

"Ckk, tengok Yon duyu!"

Sam dengan berat hati menatap Rion dan mengabaikan pekerjaannya terlebih dahulu. "Ya Allah sabarkan hamba punya anak kayak gini!" Bagaimana tidak menyebut, di depannya Rion celemotan dengan es krim, bahkan sampai rambut coklat jagoannya itu terkena es krim.

"Embul habis ngapain?" tanya Sam sambil menghampiri Rion. Saat sudah sampai di depan bocah itu Sam menatap Rion dari atas sampai bawah dan kemudian menggelengkan kepalanya.

"Tadi Belbel ambil es klim Yon, teyus Yon lebut lah olang es klim nya punya Yon."

Sam dengan seksama memperhatikan bibir kecil yang bergerak karena bercerita dengan semangatnya itu. "Terus gimana?"

"Belbel nolek pipi Yon pake es klim, teyus Yon bayes."

"Nolek?"

Rion mengangguk semangat. "Heeh, dini loo." Rion mencolek jarinya yang masih kotor dengan es krim di pipi Sam yang membuat Sam tersenyum paksa.

"Nyolek sayang."

"Na itu."

"Bentar, embul diam di sini ayah simpen data dulu habis itu kita mandi. Ok?"

"Aye aye captain!"

Sam menyimpan data yang tadi dibuatnya dan tentu saja data itu belum siap. Ia menutup laptopnya dan ketika menoleh ke belakang bocah tiga tahun itu sudah hilang dari tempatnya berdiri tadi.

"Embul!"

"Dapul!"

Teriakan dengan suara cempreng itu membuat Sam berdecak, sumpah anaknya itu jailnya nauzubillah. Sam berjalan ke dapur dengan cepat, takut kalau tiba-tiba Dyba datang dan menemukan kondisi anaknya yang dipenuhi es krim seperti itu.

"Astaghfirullah, masih bisa makan coklat?!"

Rion menyengir, menampilkan giginya yang berderet rapi. "Enak."

Sam menarik paksa coklat dari tangan Rion, ia menggendong Rion dan menepuk bokong Rion.

"Iiss, yayah!"

"Biarin, embul makin ngeselin. Dulu perasaan kamu ayah ucul-uculin sekarang astaghfirullah subhanallah masyaAllah ngeselinnya. Anak siapa sih?"

Rion mengusapkan bibirnya di kemeja putih Sam. "Nak yayah ama buna."

"Masa sih?"

Rion mengangguk, ia masih dengan santainya mengusap noda es krim yang masih tersisa di wajahnya ke kemeja Sam.

"Embul ngapain?"

"Macak."

Sam menepuk bokong Rion lumayan kencang. "Gundul mu tuh masak!"

Kaki Rion menendang perut Sam dengan pelan. "Yayah aneh cih."

"Buset, bapaknya di salahin."

Sam membuka pintu kamar, ia langsung ke arah kamar mandi dan membuka pintu kaca tersebut. Sam menurunkan Rion di bathup dan menyilangkan tangannya di depan dada. "Kita mau main bebek atau main burung?"

"Bulung gimana?"

Sam menggidikkan dagunya ke bagian bawah tubuh Rion. "Burung kamu."

Mata Rion membulat, ia menyilangkan tangannya di bagian bawahnya. "Yayah mayu!!"

Sam tertawa, ia mengacak rambut Rion. "Bentar ayah ambilin bebeknya."

Saat Sam mengambil bebek-bebekan Rion menatap bagian bawahnya. "Bulung Yon bica idup? Bica telbang?"

***

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh! Sam! Embul!"

Dahi Dyba mengerut saat tidak mendengar suara dari kedua lelakinya. "Tuh laki dua ke mana?"

Dyba meletakkan tas belanjanya di atas meja makan, ia berjalan ke kamarnya. Saat akan membuka pintu kamar suara Rion dan Sam membuatnya tersenyum. "Rupanya lagi menghabiskan waktu berdua, mentang-mentang bundanya gak ada."

Dyba membuka pintu kamar dengan perlahan, ia ber-istighfar saat melihat kelakuan kedua lelakinya. Astaghfirullah anaknya akan jadi apa kalau diasuh Sam sendiri? Di sana Sam hanya memakai handuk yang membungkus tubuh bawahnya sedang menoel-noel tubuh Rion.

"Buna!" Rion ternyata terlebih dahulu menyadari keberadaannya.

Dyba tersenyum, ia merentangkan tangannya dan Rion yang belum memakai baju langsung berlari ke arahnya. Dyba terkekeh, bagian itu-- ah sudah lah tidak usah ia jelaskan bergerak-gerak tidak beraturan.

"Habis mandi sama yayah ya?"

Rion mengangguk. "Yes buna."

"Main apa tadi sama yayah?"

"Main bulung-bulungan."

Mata Dyba mengerjap, ia menatap Sam yang berada di hadapannya. "Maksudnya apa?" tanya Dyba tanpa suara.

Sam menyengir. "Tenang aja, gak aneh-aneh kok," jawab Sam dengan senyuman tidak berdosanya.

Dyba menatap Sam tajam. Ia kembali mengelus-elus punggung telanjang Rion. "Tumben banget mandi jam segini?"

"Tadi kan Yon mamam coklat, teyus belantakan."

Sam menghela nafas lega, alhamdulillah anaknya itu bisa berbohong demi menyelamatkan dirinya, ayahnya, nusa, dan bangsanya.

"Pakai baju dulu yuk."

Rion mengangguk di pelukan Dyba. "Buna beyi apa?"

Dyba menidurkan Rion di ranjang, memakaikan minyak kayu putih dan bedak sambil menjawab pertanyaan Rion. "Beli sayur sama buah."

"Yon ndak au cayul!"

Dyba mencubit pipi Rion dengan gemas. "Dikit aja, kalau gak makan sayur gak bisa gede nanti, segini terus. Terus kalau gak makan sayur nanti gak boleh makan es krim lagi."

Rion menatap Sam yang baru saja keluar dari walk in closet. "Yayah, kalau ndak mamam cayul ndak boyeh mamam es klim?"

Lelaki yang sudah menggunakan celana pendek hitam dan baju kaos hitam itu mengangguk. "Iya."

"Kok ditu?"

Sam menghampiri Rion, mencium dada Rion dengan gemas. "Karena gak gini."

Dyba berdecak, ajaran Sam itu sesat!

Sam mengecup kening Dyba. "Aku kerja lagi ya, diganggu embul terus dari tadi."

Dyba mengangguk, ia masih sibuk memasang baju Rion. Saat kaos hitam dan celana pendek itu sudah terpasang sempurna di tubuh Rion Dyba tersenyum. "Dah ganteng anak buna."

Rion ikut tersenyum. "Yon ditu yohh."

Dyba terkekeh, ia mencubit hidung Rion. "Bunda jadi inget kamu masih kecil jadinya." Dyba mengambil tas nya, mengambil ponsel miliknya dan mencari sebuah foto.

Rion duduk, ia menatap bundanya dengan heran. "Buna nali apa?"

"Bentar mbul."

Rion menyusup ke pangkuan Dyba, matanya ikut menatap foto-foto yang ada di galeri Dyba. Rion terkekeh saat melihat fotonya. "Iyu Yon!"

"Ya emang semua isinya kamu," jawab Dyba sambil mengecup puncak kepala Rion.

"Nih, tengok, lucu kan?"

"Iyu Yon?"

Dyba mengangguk. "Waktu kamu masih kecil, umur satu tahunan lebih."

Rion hanya manggut-manggut. Tangan Rion menggeser ke slide sampingnya. "Na, ini capa?"

"Kamu, waktu nikahan om Gean."

"Yom dede?"

Dyba terkekeh. "Gege sayang."

Gigi yang terbentuk sempurna itu seketika terlihat saat Rion senyum. "Yon anteng."

"Gak ganteng bukan anaknya yayah sama buna kamu."

Rion mendongak, tangannya bergerak menuju wajah Dyba. "Na, lapel."

"Ulululu, bentar kamu sama yayah dulu ya biar bunda masak. Oke jagoan?"

"Ote mommy! "

Dyba menggandeng tangan Rion untuk menuruni tangga. "Kita ke ruangan yayah! Jangan ganggu yayah ya, kamu diem aja liatin yayah. Atau kamu mau main?"

Rion menggeleng. "Ama yayah aja."

Dyba membuka pintu ruang kerja Sam. "Yang, bentar nitip Rion lagi, aku mau masak dulu."

Sam mengangguk. "Letak aja, entar lari-larian sendiri dia. Bentar lagi aku juga mau selesai kok."

Dyba mengangguk, sebelum keluar dari ruang kerja Sam ia mengecup pipi Rion. "Buna masak dulu, jangan gangguin yayah."

Rion mengangguk. Saat melihat bundanya sudah menjauh dan keluar dari ruang kerja ayahnya Rion berjalan pelan ke arah Sam. Ia tiba-tiba menyusup di antara kaki Sam dan berteriak, "Baa!"

Sam berpura-pura memegangi dadanya. "Aduh kaget yayah!"

Rion tertawa puas. Sam membawa bocah yang masih sibuk dengan tawanya itu ke pangkuannya, menghadap laptop yang berisikan angka-angka.

"Tuh kamu liatin, siapa tah lambung nyantol di otak kamu."

"Catu, dua, tiga, empat ...."

Sam memperhatikan telunjuk Rion yang menunjuk angka yang ada di depannya. Sam tersenyum senang dan mengangguk saat Rion menunjuknya dengan benar. "Yey, anak anak hebat!"

Rion melihat Sam dan tersenyum. "Pintel kan?"

Sam mencubit hidung Rion pelan. "Jelas dong. Tinggal kamu nurunin semua sifat ayah aja. Beberapa aja yang perlu diajarin lebih mendalam lagi, kayak misalnya dunia plus plus."

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁'◡'❁)

Jangan lupa vote dan comment
Terima kasih yang udah baca, vote, dan comment cerita ku ♡♡

03 Februari 2021

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

STAY WITH ME [COMPLETE] Par Cha/Sya

Roman pour Adolescents

86.5K 4.5K 47
[SQUELNYA ALYZIL] [SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE. FOLLOW UNTUK MEMBACA] Azriel sudah meninggal? Entahlah april juga tidak tau, yang ia tau hanyalah tent...
1.7M 65.2K 47
# 1 in wedding (19/12/19) # 1 in old (05/01/20) # 2 in bullying (14/05/20) # 3 in boy (14/05/20) # 4 in rahasia (14/05/20) Keysha Tiarani gadis remaj...
7.6K 387 15
❗️PART SUDAH TIDAK LENGKAP❗️ [HER BADBOY HUSBAND SEASON 2] Pernikahan bukanlah sebuah akhir, tetapi awal dari segalanya. Akankah kehidupan rumah tang...
17.9K 1K 50
❝ 𝙺𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚐𝚘𝚛𝚎𝚜𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚛𝚒𝚗𝚍𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚗𝚢𝚎𝚋𝚊𝚋 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚞𝚖𝚋𝚞𝚑. ❞ Positif. Apa yang akan kalian la...