Blind Date

By Desofie

124K 19.1K 1.7K

Raden mas Bagaskara Rahagi Hammani, pemuda tampan berkulit hitam manis, tengah dipusingkan dengan permintaan... More

Prolog
Part 1
Part 2
❤HALLO FROM KAROS PUBLISHER❤
Part 3
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
OPEN PO
VERSO EBOOK

Part 4

3.2K 569 31
By Desofie

Arimbi mematut dirinya sekali lagi di depan cermin. Hari ini jam empat sore di taman kota. Lelaki itu, Bagas mengatakan bahwa mereka sebaiknya bertemu di taman kota. Senja kafe bisa jadi pilihan keduanya nanti jika mereka sepakat tentang hubungan mereka selanjutnya.

Taman kota juga tidak masalah buat Arimbi. Bukankah ditaman juga banyak orang, jadi lelaki itu nggak akan bisa macam-macam dengannya jika ia berniat buruk. Polesan lipstick berwarna peach menjadi sapuan terakhir di wajah.

Celana jeans dan kaos berwarna biru serta sneaker menjadi pilihan Arimbi sore ini. Ia meraih jaket yang tergantung di belakang pintu lalu mengenakannya. Tak lupa ransel kesayangannya.

"Baiklah, Mr Bagas, i'm ready." Ucapnya seraya menarik gagang pintu kamar lalu mencari kunci motornya di atas meja, disamping bunga janda bolong milik ibunya.
(yang terus Bagas pikirkan sejak semalam. Berharap, bahwa Arimbi akan menyetujui keinginannya. Dengan segala hal yang akan ditawarkannya nanti, maka tidak ada alasan gadis itu untuk menolak.

Bagas melipat lengan bajunya hingga siku, dua kancing teratas terbuka memperlihatkan kaos putih di dalamnya. Terakhir Bagas memakai kaca matanya.

"Mau kemana?"

Langkah Bagas terhenti di tengah ruangan, ia menoleh dan melihat Eyang tengah membaca sebuah majalah bisnis.

Bagas tersenyum, ia berjalan menghampiri neneknya. Ia meraih tangan neneknya lalu mencium punggung tangannya.

"Bagas keluar sebentar dulu eyang."

"Kamu harus makan malam dirumah, jangan diluar." Ucap Eyang tegas.

Bagas berjongkok, ia mengusap punggung tangan eyang.
"Nanti Bagas usahakan. Eyang sudah minum teh jahenya?" Tanya Bagas. Kebiasaan eyang setiap sore.

"Belum, sebentar lagi juga dianterin." Jawab eyang.

"Eyang jaga kesehatan, jangan banyak pikiran."

Eyang menghela napas berat, "di pikiran eyang cuma satu. Mau nimang cicit."

Bagas tersenyum menanggapi ucapan eyang. Bagas kemudian berpamitan, ia memasuki mobilnya, bersiap bertemu dengan gadis bernama Arimbi.

Bagas tiba ditaman kota, ia melihat ke sekeliling, setelah mematikan mesin mobil. Bagas bergegas ketengah taman, ia memperhatikan orang-orang yang ada disana. Kumpulan anak-anak bermain ayunan, di sisi kiri taman berderet penjual makanan dan minuman ringan. Di sepanjang jalan taman tumbuh bunga-bunga cantik dengan aneka warna.

Bagas meraih ponselnya lalu menghubungi gadis itu.

Ya, halo.

Suara gadis itu terdengar ceria, suaranya membuat hati Bagas ikut merasakan keceriaannya.

Aku sudah ditaman kota. Kamu dimana?

Bagas masih mengedarkan pandangan, berusaha mencari keberaadaan gadis yang akan ia minta untuk jadi pasangannya.

Aku di sebelah kanan taman kota, aku mengenakan kaos nerwarna biru dan celana jeans.

Bagas mendengar arahan gadis itu dengan baik. Ia berjalan ke sisi kanan taman kota, setahunya disana ada berbagai permainan anak-anak. Beberapa meter didepannya seorang gadis dengan kaos biru dan celana jeans. Sebuah ponsel juga melekat ditelinganya.

Gadis itu tengah menaiki salah satu wahana bermain disana. Ia tertawa bersama anak-anak lainnya.

Aku dibelakang kamu.

Arimbi menoleh, kedua netra mereka bertemu. Untuk beberapa saat keduanya saling menatap, hingga akhirnya Bagas mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku, masih menatap Arimbi ia melangkah mendekati Arimbi.

Arimbi melakukan hal yang sama, ia menyimoan ponselnya didalam tas. Ia turun dari wahana tepat setelah Bagas berada beberapa senti didepannya.

***

"Maaf, mengajakmu bertemu disini." Bagas memulai percakapan mereka.

"Nggak apa-apa. Padahal aku lagi pengen ke senja kafe lo." Kata Arimbi jujur lalu ia meminum es jeruk yang dipesannya.

Bagas tertawa ringan, "Maaf. Oya kita belum kenalan yang sebenarnya, perkenalkan aku Bagas." Bagas mengulurkan tangannya dan disambut Arimbi.

"Arimbi, panggil aja Rimbi."

Bagas berdehem, "jadi aku ingin membahas tentang kita selanjutnya."

Ternyata laki-laki ini benar-benar nggak bisa basa basi batin Arimbi. Arimbi memperhatikan laki-laki bernama Bagas ini, over all dia tampan, penampilannya maskulin, suaranya dewasa banget nilai Arimbi.

"Jadi, apa alasanmu mencari pasangan melalui aplikasi madame rose?"

"Hah," Arimbi mengerjap. Ia sama sekali tidak pernah memikirkan jika lelaki itu menanyakan hal ini padanya

"Alasan kamu apa?" Alih-alih menjawab Arimbi melempar kembali pertanyaan lelaki itu.

Bagas yang sedari tadi hanya memainkan ujung cangkir kopinya kini meneguk kopinya. Setelah meletakkan cangkir kopi diatas meja, ia menatap Arimbi tajam. Membuat Arimbi sedikit ciut, seserius itukah laki-laki ini?

"Baiklah, aku nggak akan basa basi." Bagas memperbaiki letak kaca matanya padahal posisinya sudah benar.

"Yang jelas, kita mengikuti aplikasi perjodohan madame rose untuk mencari pasangan, benar?" Katanya.

Arimbi membatin, terus terang sekali sih ni orang.

"Benar." Balas Arimbi dengan tegas, ia tidak boleh terlihat lemah.

"Aku ingin kamu pura-pura menjadi pacarku." Kata Bagas.

"Aku juga," suara Arimbi sedikit tercekat, rasanya aneh berbicara dengan orang yang baru dikenalnya. Dan yang dibicarakan adalah kebutuhan masing-masing untuk memiliki pasangan. Kok rasanya menyedihkan ya.

Dirinya cantik, wanita karir, hobi bikin kue dan belanja, wanita banget. Tapi kenapa nggak punya pasangan? Arimbi sebenarnya sangat pemilih tentang laki-laki yang dekat ada sikap yang tidak disukainya.

"Bagus, berarti tujuan kita sama."

Suara Bagas menyadarkan Arimbi dari lamunannya. Ia menatap Bagas, mungkin lebih tepatnya meneliti. Wajah laki-laki itu terbingkai sebuah kaca mata yang cukup tebal, alisnya hitam, hidungnya mancung, rahangnya tegas. Laki-laki ini pasti akan terlihat sangat menawan jika tersenyum. Arimbi kembali meraih gelasnya, meminum jusnya hingga habis. Menatap laki-laki didepannya ini membuatnya gugup dan berdebar.

"Kita harus saling mengenal dahulu sebelum bertemu dengan keluargaku."

Uhuk uhuk.

Arimbi terbatuk, ia menepuk-nepuk dadanya. Ia ingin minum lagi tapi jusnya sudah habis. Kesal, Arimbi meletakkan gelas itu di meja.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Bagas khawatir dan refleks ikut menepuk-nepuk punggung Arimbi.

"Mbak, minta air mineralnya satu." Teriak Bagas pada pemilik kedai kopi. Pemilim kedai segera berlari, menyerahkan sebotol air mineral pada Bagas. Sekarang Bagas sudah berada disebelah kanan Arimbi. Bagas menyerahkan botol minuman yang sudah terbuka pada Arimbi.

Arimbi meraihnya dan segera meminumnya. Setelah pernapasannya normal ia menatap Bagas.

"Ber ... temu ke ... luargamu?" Kata Arimbi. Suaranya tercekat di tenggorokan.

Ini diluar dugaan, Arimbi tidak pernah berpikir untuk bertemu dengan keluarga laki-laki ini. Ia pikir hubungan ini sebatas mencari pasangan untuk teman kencan dan untuk diperkenalkan pada teman-teman saja.

"Iya. Eyang mendesakku untuk segera menikah sedangkan aku belum siap. Eyang sudah menyiapkan calon buatku. Karena aku nggak mau aku mencari seseorang yang bisa membantuku untuk berpura-pura menjadi pasanganku."

Arimbi berdehem, baiklah, toh hanya pura-pura saja.

"Sebenarnya aku butuh pasangan pura-pura untuk menghadiri sebuah pesta," Balas Arimbi. "Tapi, kamu," Arimbi tertawa, "kamu ... mau aku ketemu sama keluargamu?" Arimbi bertanya untuk memastikan kembali.

Bagas mengangguk dengan sangat yakin membuat Arimbi menunduk lemah.

"Aku tahu ini sedikit berat." Lanjut Bagas.

Sedikit? Batin Arimbi.

"Jadi, aku akan memberikan kompensasi buatmu."

"What?" Seru Arimbi.

Bagas melepas kaca matanya sebentar, ia mengusap wajahnya memggunakan sapu tangan lembut berwarna putih tulang. Bagas memberaihkan kaca matanya terlebih dahulu sebelum mengenakannya kembali.

Arimbi terpana melihat ketampanan Bagas. Sangking terpananya ia tidak memperhatikan ketika Bagas mengeluarkan dompetnya.

"Ini."

Hah. Arimbi tidak mengerti kenapa Bagas menyodorkan sebuah kartu kredit padanya.

"Apa ini?" Tanya Arimbi.

"Ini kartu kreditku, kamu boleh menggunakannya untuk keperluan hubungan pura-pura kita. Kamu pasti perlu pakaian tas atau apalah untuk penampilanmu saat bertemu dengan keluargaku nanti."

"Kamu pikir aku nggak punya pakaian?" Kata Arimbi marah, tersinggung dengan kata-kata Bagas barusan.

"Kamu jangan salah paham dulu." Bagas cepat-cepat meluruskan. "Aku kan sudah bilang, kalau permintaanku ini sedikit berat, pasti sulit buatmu untuk menghadapi keluargaku. Jadi, aku memberikan ini sedikit, anggap saja sebagai kompensasi atas kebersediaanmu. Aku lihat di data aplikasi katanya kamu hobi belanja."

Dalam hati Arimbi menggerutu, tapi apa yang ditawarkan Bagas menggiurkan, kan rezeki nggak boleh ditolak.

"Bagaimana?" Tanya Bagas tidak sabar.

Arimbi berdehem, ia meraih kartu kredit yang diberikan Bagas.

"Apa yang kamu katakan benar juga, aku akan mengambilnya. Tapi aku nggak minta lo ya, ini kamu yang kasih atas kemauan kamu sendiri." Kata Arimbi.

"Tentu saja. Lagian itu nggak seberapa kok."

Hah. Sombong juga ni orang batin Arimbi.

"Baiklah, kalau begitu kita sepakat kalau hubungan kita pura-pura saja, semua akan berakhir setelah misi kita selesai." Ucapan Arimbi terhenti ia ingat hal ini belum mereka bahas.

"Sampai kapan kita pura-pura di depan keluargamu?" Tanya Arimbi.

Bagas berdehem, ia belum menentukan kapan semuanya selesai karena ia memang tidak tahu kapan akan mengakhirinya.

"Aku akan memberitahumu jika sudah waktunya." Kata Bagas.

"Oke, deal."

Arimbi mengulurkan tangan, ia ingin mereka berjabat tangan sebagai ikrar akan sebuah misi yang telah disepakati.

"Deal."

***

Waaaaahhhhh enaknya Arimbi bisa shoping sepuasnya ya 🤣

Continue Reading

You'll Also Like

23.4K 1.9K 6
Sebelumnya aku tak pernah berani membayangkan, menikah dengan seseorang yang selama ini kupuja diam-diam, aku sering merasa ia jauh tak terjangkau, m...
1.8M 60.5K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
1.5M 6.7K 14
Area panas di larang mendekat 🔞🔞 "Mphhh ahhh..." Walaupun hatinya begitu saling membenci tetapi ketika ber cinta mereka tetap saling menikmati. "...
5.6M 291K 58
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...