Rose bersandar pada lift yang membawanya naik menuju penthouse dengan mata terpejam. Hari ini tidak kalah melelahkan daripada kemarin. Selain menuntaskan penundaan rapat dan berkas, tadi siang Rose harus rela bermacet-macetan karena menjemput Alyssa di studio pemotretan. Maka, di sepanjang perjalanan pulang kantor, Rose berpikir malam ini ia akan berendam air hangat dan langsung tidur.
Ketika pintu lift terbuka dan Rose melangkah keluar, ia melihat dari kejauhan seorang perempuan sedang memasukkan kode akses ke penthouse Mikael. Perempuan yang sama seperti yang ia lihat kemarin di ruang tengah Mikael, tetapi kali ini pakaiannya lebih kasual. Apa itu Keneisha? pikir Rose.
Wanita itu kemudian berjalan dan membuka apartemennya sendiri dengan lambat. Ia tahu hanya orang tertentu yang bisa mengakses properti pribadi Michael Leclair dan pasti perempuan itu bukan orang biasa bagi Mikael. Rose menarik napas. Mungkin memang benar. Mungkin Mikael bertemu perempuan cantik di Singapura dan mereka berkencan.
"Too many fail attemptions. Itu akses kamu disabled, Rose."
Rose mengerjap beberapa kali saat Mikael berdiri di sebelahnya. Ia lalu melihat door lock-nya terkunci karena terus memasukkan kode yang salah dan ia butuh beberapa waktu untuk mengaksesnya lagi. Batal sudah berendam air hangat dan tidur. Batal karena kamu tidak fokus dan memikirkan Mikael, Rose!
"Ya," Rose membalas Mikael dengan singkat sehingga pria itu mengerutkan dahinya.
"That's it?" tanya Mikael, tidak terima hanya dijawab begitu saja oleh Rose.
Rose menoleh untuk menatap Mikael. Pria itu masih mengenakan setelan jas biru tua lengkap dengan dasi dan Rose menduga Mikael juga baru sampai. Entah bagaimana Mikael tetap terlihat tampan walau Rose tahu sekali pria itu kelelahan.
"Michael, today's a tough day. Aku sedang tidak ingin adu mulut dengan kamu."
Mikael tertegun. "Aku hanya berkata akses kamu error. I'm about to ask you to stay in my penthouse for a while. Hanya sampai akses kamu normal lagi."
"Menunggu akses aku tidak harus di penthouse kamu. Aku bisa pulang ke rumah. You've had your companion already anyway, bukan?" Rose mengangkat sebelah alisnya. Sebenarnya ia tidak ingin mengatakan itu semua tetapi mulut dan hatinya seperti punya otak sendiri.
"Rose—"
"Dia punya akses kamu dan sudah menunggu di dalam, Mikael. Kamu lebih baik masuk sekarang."
"Oh, istri aku sedang cemburu, ya?" Mikael bertanya dengan bercanda dan ia menahan senyumnya.
Rose tertawa sinis lalu berkata, "Cemburu? Untuk apa? Here's to remind you, kita ini suami-istri bohong-bohong. Jangan berbicara seperti kita adalah pasangan sungguhan karena itu tidak akan pernah terjadi."
"So, you're jealous," kata Mikael tanpa mempedulikan Rose sehingga wanita itu semakin sebal.
"Look, Michael—"
Mikael memotong dengan cepat, "You called me Michael twice. It's Mikael, Rose."
"Here's the thrice. Sama saja, Michael," kata Rose dan menyebut nama Mikael penuh penekanan. "Aku akan menunggu aksesku kembali di sini. Sendirian dan kamu akan masuk ke penthouse kamu. Tidak mungkin kamu menemani istri bohongan kamu di depan apartemen saat kekasih kamu menunggumu di dalam."
"You're so demanding. Jelas aku akan menemani istri aku yang sedang cemburu, Rose. Aku tidak ingin dia marah kepadaku."
Rose menggeram dan membuang wajahnya yang tersipu merah. Jelas-jelas Mikael sedang meledek Rose tetapi hati wanita itu justru berkhianat dengan menikmatinya.
"Kamu pakai apa hari ini? Brioni? Tom Ford? Kiton?" tanya Rose.
"Dormeuil Vanquish, seingatku." Mikael menaikkan kedua alisnya.
"Oke. This is when you should go inside," kata Rose lalu bergerak duduk di lantai di samping pintu apartemennya. "Kamu tidak akan membuat Dormeuil Vanquish kotor—Mikael!"
"Kenapa, Rose? Aku juga mau duduk." Mikael tanpa ragu ikut duduk di lantai dan Rose dengan seram menatapnya.
"Mikael, aku duduk di lantai karena aku tahu kamu tidak mungkin duduk di lantai dengan jas mahal kamu itu!"
"Kalau begitu kamu salah, Choupinette. When I say I want to stay, I'll stay."
"Kamu keras kepala sekali, ya. Aku sudah bilang aku tidak cemburu dan aku mau sendirian di sini, tapi kamu tidak mendengarkan aku."
"Aku keras kepala? Lalu kamu apa?" tanya Mikael kepada Rose.
Rose memutar kedua bola matanya. "Stop it. I'm not in the good mood, Mikael."
"Tidak perlu kamu bilang, semut-semut di lantai ini juga tahu you're having bad mood, Rose. Masalahnya sekarang, aku ingin tahu apa yang membuat mood kamu jelek."
"Ada, orang. Pakai jas mahal tapi ikatan dasinya lebih jelek dari mood aku sekarang. Masih saja keras kepala padahal dia sendiri sedang lelah," kata Rose dengan nada sebal sementara Mikael tersenyum.
"Oh, ya, ada informasi tambahan," Rose berkata lalu mendekatkan diri kepada Mikael dan berbisik, "Sekarang sudah punya pacar."
Mikael melirik Rose dan tertawa kecil. "Memangnya dasi orang itu sejelek apa? Masih lebih jelek dari dasiku tidak?" tanya Mikael kemudian menarik dasinya sehingga ikatannya semakin berantakan.
Rose berdecak dengan gemas saat melihat dasi Mikael menjadi aneh. "Kamu sengaja ya, Mikael?"
Mikael mengendikkan bahunya. "Mungkin saja ada yang mau mengikatkannya ulang."
"Smooth, Leclair, smooth," ucap Rose dan tidak bisa menahan senyuman. Dengan alasan gemas dan tidak kuat melihat dasi tidak rapi, Rose merangkak mendekati Mikael. Ia meraih dasi pria itu lalu menyentaknya.
"Aw," ledek Mikael tetapi Rose hanya menjulurkan lidahnya. Rose menunduk untuk membuka dasi Mikael dan kemudian mengulang simpul dasi dari awal. Mikael yang bersandar pada dinding menyingkirkan rambut di sekitar dahi Rose sehingga wanita itu benar-benar salah tingkah.
Rose nyaris kehilangan napas berada di bawah tatapan Mikael yang sebenarnya datar dan biasa saja. Bahkan Rose beberapa kali salah memutar simpul sehingga Mikael meledeknya lagi, "Apa memang selama ini?"
"See, Mikael? Orang itu semakin membuat mood aku buruk," kata Rose, masih membenarkan dasi Mikael.
Mikael mengikuti permainan konyol Rose dengan membalas, "Oh, orang yang kata kamu keras kepala padahal lelah dan sekarang sudah punya pacar itu?"
Rose mengangguk.
"Well, Choupinette, kalau kamu tahu dia lelah, mengapa tidak menuruti ucapannya saja? Mungkin dia khawatir kamu menunggu akses pintu sendirian," kata Mikael dan Rose mau tidak mau tersenyum.
"Buat apa dia khawatir dengan aku? Dia kan sudah punya pacar."
Mikael tersenyum lembut dan Rose tidak sanggup menahan tangannya sendiri sehingga ia memegang pipi pria itu. "Dia tidak punya pacar, Choupinette. Dia hanya punya satu istri yang sama keras kepala seperti dirinya dan sangat menarik di matanya."
Rose mendongak lalu tertawa. "Oh, ya? Walau istri bohongan?"
"Walau istri bohongan," ulang Mikael.
"Sudah, drama kita selesai. Kamu melantur," Rose berkata dan mendorong pipi Mikael pelan. Dasi Mikael sudah rapi sehingga ia hendak menarik diri, tetapi gagal karena Mikael menahannya.
"Aku serius. Tidak ada pacar." Mikael menatap Rose dalam.
"Aku sudah bilang dari awal, aku tidak peduli, Kael."
"Alright, Bad Liar."
Rose memutar kedua matanya. "Aku cuma berpikir, Mikael. Kalau perempuan itu hanya orang biasa, kenapa bisa mudah sekali punya access code kamu. Beda sekali dengan aku. Masa aku harus menikahi kamu dulu baru punya access code kamu?"
Mikael tidak kehabisan akal untuk menjawab, "Mungkin karena kamu bukan orang biasa."
"Tidak nyambung," cibir Rose dan saat itu door locknya berbunyi, menandakan Rose sudah bisa mengaksesnya lagi.
Wanita itu bangkit berdiri diikuti Mikael. Rose tertawa ketika Mikael menepuk-nepuk jasnya dan membersihkan debu di sana.
"Jadi mood kamu sudah baik, Rose?" Mikael bertanya.
"You tell me," kata Rose, sekali lagi menjulurkan lidahnya sebelum masuk ke penthouse-nya dan membuat Mikael menggelengkan kepala.
Ketika Rose menutup pintunya, ia mendengar suara Mikael yang dalam berbicara dengan seseorang. Sepertinya melalui telepon karena Rose tidak mendengar balasan siapa-siapa.
"Good evening. I want to change my access code, please. Tolong kirim orang ke penthouse saya sekarang."
...
"That would be fine. Thank you."
Mikael mengganti kose akses penthouse-nya dan entah mengapa Rose tersenyum mendengarnya. Hal-hal kecil yang pria itu lakukan selalu sukses membuat hatinya terjun bebas dan Rose tahu ini semakin berbahaya—Mikael semakin berbahaya.
Rose memejamkan mata sambil bersandar di pintu dan menggigit bibirnya. Ini salah, Rose. Kamu dan Mikael baru saja memulai sebuah kesalahan.
***